Pagi tiba dengan begitu cepat. Lagi-lagi Kriss bangun kesiangan. Terlihat sekali bagaimana dia yang memakai bajunya dengan tergesa-gesa. Setelah selesai berpakaian, Kriss pun berlari keluar dari mess dan berjalan ke arah laboratorium.
Di dalam laboratorium, semua orang sudah berkumpul tapi dan menghadap ke arah pegawai perusahaan yang memang ditugaskan untuk mengawasi semua orang yang ada di dalam lab.
Kriss berlari dan masuk ke dalam barisannya, tangannya masih sibuk membenarkan kancing bajunya yang belum terkancing semua itu.
"Kalian bisa meneruskannya dan tinggalkan anak baru." Kata pegawai perusahaan itu memerintah.
Semuanya pun bubar, meninggalkan Kriss di dalam barisannya sendiri. Tiffany menatap ke arah Kriss kasihan, tapi dirinya juga tidak bisa berbuat banyak untuk membantunya.
"Ayo ikut ke luar." Kata pegawai perusahaan itu yang langsung saja dituruti oleh Kriss.
Di dalam lab, semua orang mencibir Kriss kecuali Tiffany dan Anto. Mereka mengatakan jika Kriss terlalu santai dan sombong. Padahal jelas-jelas dia tidak tahu apapun.
Kriss terus mengikuti langkah orang itu ke arah lapangan. Sebenarnya ini adalah lapangan yang berada tidak jauh dari lab. Hanya saja lapangan ini di buat khusus untuk pegawai-pegawai baru yang ingin melamar jadi pengawal.
"Hei, hajar dia." Teriak pegawai itu yang langsung saja membuat kerumunan orang menoleh dan menatap ke arah Kriss.
Kriss yang tidak tahu situasi pun hanya diam dan menatap ke arah pegawai perusahaan itu. Padahal kelas kerumunan orang itu sudah berlari ke arahnya untuk mengajarkannya.
Sekali tendangan, Kriss pun tumbang. Tubuhnya tidak terlihat karena ada banyak sekali orang yang mengerumuninya untuk menghajarnya. Berbeda dengan pegawai perusahaan itu yang hanya tertawa senang.
Setengah jam, mereka berhenti menyerang Kriss setelah mendapatkan intruksi dari orang yang sama. Orang-orang yang tadinya berkerumun pun mulai menyingkir. Memperlihatkan Kriss yang tergeletak dengan berbagai luka di wajahnya dan juga darah yang mengenai baju putihnya. Kriss juga terlihat tidak sadarkan diri setelah dikeroyok banyak orang itu.
"Biarkan dia, yang berani menolongnya, berarti dia tidak ingin masuk ke perusahaan." Kata laki-laki itu yang langsung saja pergi meninggalkan lapangan.
Semua orang pun mulai bubar dari tempatnya, meninggalkan Kriss yang tergeletak tak sadarkan diri itu.
Kriss memang memiliki akal yang cerdas, tapi dirinya tidak memiliki sebuah kemampuan bertarung yang cukup. Selama ini yang dia lakukan hanyalah mencari makan untuk bertahan hidup, bersembunyi dari geng berandalan yang suka memalak orang-orang sesuka hati. Dirinya tidak pernah sekalipun bertarung secara nyata pada orang lain.
Keseharian Kriss pun tidak jauh-jauh dari mengasah otaknya dan juga bermain game saat dirinya mendapatkan uang lebih. Tidak ada yang tahu jika Kriss akan mendapatkan perlakuan seperti ini.
Siang hari, Kriss membuka matanya berat. Silaunya matahari siang membuatnya enggan membuka mata. Badannya terasa sakit semua dan hampir tidak bisa bergerak. Wajah dan matanya terasa sedikit perih dan juga membesar. Kriss terdiam, mengingat kembali apa yang baru saja terjadi padanya. Setelah mengingat semuanya, Kriss pun memilih bangun dengan perlahan. Meskipun semuanya terasa sakit, tapi dirinya juga tidak boleh terbaring seharian di sini. Dirinya harus kembali ke messnya dan istirahat.
Kriss berjalan tertatih untuk kembali, kakinya terlihat pincang karena kebanyakan diinjak oleh orang-orang tadi. Di dalam hatinya yang paling dalam, Kriss benar-benar menyimpan dendam pada orang itu. Kriss mulai membayangkan bagaimana jika orang itu mati di makan oleh makhluk-makhluk yang ia lihat di dalam gamenya.
Sesampainya di mess, Kriss pun akhirnya memilih untuk tidur. Badannya benar-benar tidak bisa digerakkan lagi. Semuanya terasa sangat sakit. Bahkan, Kriss memilih untuk mengabaikan rasa laparnya dari pada harus bangun lagi dan menyiksa badannya yang sakit semua itu.
Di dalam laboratorium, Tiffany tidak bisa bekerja dengan tenang. Dirinya memikirkan apa yang terjadi pada Kriss. Bagaimanapun juga, bawahan ayahnya ini cukup keterlaluan dalam memperlakukan orang lain. Jadi Tiffany cukup khawatir karena hal itu. Tiffany juga masih ingat bagaimana dulu ada orang yang menyinggung bawahan ayahnya itu dan berakhir diusir dari tempatnya.
Jam makan siang, Tiffany hanya duduk dan meminum soda sebagai gantinya. Dirinya benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan Kriss yang belum juga kembali ke lab. Apakah laki-laki itu mendapatkan kesulitan?
"Jangan dipikirkan, lagi pula salahnya juga sebagai anak baru tidak pernah datang tepat waktu." Kata Anto pada Tiffany.
Tiffany yang mendengarnya pun hanya diam dan menatap ke arah Anto dengan tajam. Jika di ingat-ingat lagi, laki-laki di depannya juga tidak terlalu suka pada Kriss. Dirinya memang tidak tahu alasannya, tapi yang pasti laki-laki itu memang tidak menyukai Kriss.
"Dia punya kesibukan sendiri, lagipula seandainya dia datang terlambat pun tidak masalah. Karena yang dia kerjakan hanya mencatat dan mencatat saja. Dia pun tidak bisa menyuarakan pendapatnya karena semua orang yang tidak percaya pada kemampuannya." Jawab Tiffany dengan suara pelan namun terdengar sangat kesal.
"Siapa yang kamu beritahu tentang hal itu? Kamu bisa mengatakannya dengan mudah. Seharusnya tadi kamu menegur bawahan ayahmu dan bukan malah kesal padaku seperti ini." Kata Anto lagi ikut-ikutan kesal.
Sebenarnya yang membuat Anto sangat kesel adalah Tiffany yang membela anak baru itu. Padahal dulu Tiffany adakah orang yang sangat lurus. Siapa salah dia di hukum, dia juga tidak pernah ikut campur dalam hal itu. Tapi sekarang, wanita itu terang-terangan membela Kriss yang notabenya anak baru dan tidak memiliki pengalaman apapun itu. Anto juga bingung, apa yang dimiliki anak itu hingga membuat Tiffany suka dan membelanya seperti itu.
"Lagi pula, siapa yang berani membuat bawahan ayahmu itu marah? Selama ini tidak ada yang melakukannya. Tapi Kriss terus melakukannya dan membuatnya geram, jadi sudah pasti akan diberikan hukuman." Lanjut Anto mengatakan hal itu pada Tiffany dengan hati-hati.
Bagaimanapun juga, Anto ingin menyadarkan Tiffany. Wanita itu sudah banyak berubah setelah bergaul dengan Kriss dan itu membuatnya tidak senang saat melihatnya. Dirinya yang sudah mengenal Tiffany bertahun-tahun pun tidak bisa membuat wanita itu makan di kantin, tapi Kriss yang baru mengenalnya sudah bisa membuat Tiffany makan di kantin lab secara suka rela.
"Aku ingin cepat kembali dan melihat keadaannya, jangan sampai dia diusir dari sini." Balas Tiffany pada akhirnya.
Anti pun memilih diam, sepertinya dirinya memang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Kriss. Tiffany terlihat terang-terangan mengkhawatirkan laki-laki itu, padahal wanita itu selalu acuh padanya meskipun dirinya sudah melakukan banyak hal untuk wanita itu.
Di dalam hatinya yang paling dalam, Tiffany tidak akan membiarkan Kriss pergi dari tempat ini sebelum penelitiannya tentang bendungan itu selesai. Bagaimanapun juga dirinya tahu semua itu dan dirinya juga tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
Tbc