Bab 18

1760 Words
Bastian baru saja selesai melakukan praktek. Dan jam sudah menunjukkan pukul 6 malam. Bastian bersiap untuk pulang karena tadi Luna menelponnya bahwa ia sudah menyiapkan makanan untuk makan malam. Tentu saja Bastian mengiyakan permintaan Luna untuk makan malam di penthouse. Semenjak Luna tinggal bersamanya Bastian lebih suka berada di penthouse miliknya untuk bisa makan bersama-sama. Karena dulu sebelum ada Luna Bastian lebih sering menghabiskan waktu di rumah sakit ataupun memantau bisnisnya. Dan ketika Bastian berada di ruang kerjanya lagi-lagi Bastian mengingat perkataan dari sang Daddy tentang perasaannya yang sesungguhnya kepada Luna. Apakah ia benar-benar mencintai Luna atau hanya sebagai balas budi. Tapi yang Bastian yakini adalah ketika ia bersama dengan Luna ia merasa nyaman dan yang bisa tersenyum hanya dengan melihat wajah Luna. Bastian sudah mengganti baju dokternya dengan kemeja warna biru. Ia bersiap untuk pulang tapi tiba-tiba ada yang masuk ke ruang kerjanya. "Bastian apakah benar kamu sudah punya calon istri? Kenapa kamu malah menikah dengan wanita lain padahal dari dulu aku sudah sering mengutarakan perasaan aku sama kamu. Jadi kenapa kamu memilih wanita lain?" tanya seorang wanita dengan ekspresi wajah yang marah. Bastian melirik sekilas kearah wanita yang baru saja masuk ke ruanganya. Setelah tahu siapa yang masuk keruangannya Bastian memilih untuk bersiap untuk pulang. "Bastian jawab pertanyaan aku?" tanya wanita itu yang sudah terlihat sangat kesal. Bastian tak menanggapi apapun pertanyaan yang dikatakan oleh wanita itu. Ia terlalu malas menanggapi pertanyaan yang tak penting. "Bastian......" Wanita itu akhirnya berteriak karena Bastian tak menggubrisnya sama sekali. "What's???" Bastian merasa kesal karena wanita yang bernama Tania Gunadi yang merupakan putri dari Toni Gunadi yang merupakan pemilik rumah sakit ini dan juga teman dari daddynya itu. "Bastian jawab pertanyaan aku. Kenapa kamu malah menikah dengan wanita lain. Padahal dari dulu kamu tahu jika aku sudah suka sama kamu dan sudah sering sekali meminta kamu untuk menikahi aku. Tapi kamu selalu menolak dengan segala macam alasan. Tapi kenapa ketika aku kembali dari seminar di Bandung tiba-tiba aku mendengar jika kamu akan menikah. Kenapa Bastian?" tanya Tania yang terlihat frustasi. "Saya gak perlu menjawab pertanyaan dari kamu. Karena kita tak punya hubungan apa-apa. Hubungan kita hanya sebatas dokter di rumah sakit ini tidak lebih. Jadi tak ada alasan untuk saya mengatakan masalah pribadi saya dengan kamu," jawab Bastian dengan wajah tanpa ekspresi. Bastian tak pernah meladeni apapun kata-kata yang Tania ucapakan. Karena dia sendiri memang tak terlalu ingin menjalin hubungan lebih dengan Tania. Ia tahu jika Tania memiliki peranan yang lebih kepada dirinya. Tapi emang dari dulu Bastian tak pernah memiliki perasaan apapun kepada Tania. Bastian memilih untuk tak menggubris Tania dan bersiap untuk pulang. "Maaf saya harus pulang sekarang. Kalau kamu masih mau berada disini silahkan saja," kata Bastian masih bersikap formal kepada Tania. "Stop Bastian kita harus bicara. Siapa wanita yang sudah mengambil kamu dari aku? Apa dia wanita yang pantas buat kamu? Atau ini cuma akal-akalan kamu saja buat menghindari aku," bentak Tania kesal. Bastian sama sekali tak menggubris kata-kata yang dikatakan oleh Tania dan memilih keluar dari ruang kerjanya. "Ok kalau kamu gak mau jawab aku akan cari tahu sendiri siapa wanita yang sudah merebut kamu dari aku. Setelah itu aku akan kasih pelajaran sama dia," teriak Tania tak bisa menguasai dirinya. Baru beberapa langkah Bastian keluar dari ruang kerjanya tiba-tiba ia berhenti ketika mendengar Tania akan mencari keberadaan Luna dan memberi pelajaran jika berhasil menemukan Luna. Dengan ekspresi wajah yang marah dan tatapan tajam, Bastian melangkah kearah Tania. "Selama ini saya tak menggubris semua tingkah kamu karena saya menghormati pak Toni sebagai pemilik rumah sakit ini. Saya tahu jika selama ini kamu mengejar-ngejar saya dan saya tak peduli dengan segala hal yang kamu lakukan. Tapi sekarang masalahnya sudah berbeda. Jika kamu berani melukai calon istri saya maka kamu gak akan bisa membayangkan apa yang bisa saya lakukan kepada anda. Jadi lebih baik anda pikirkan baik-baik lagi soal itu. Karena anda tak mengenal siapa sebenarnya saya. Jika anda tahu siapa sebenarnya saya maka saya jamin hidup anda akan sangat menderita." Bastian pun mengancam Tania dengan tatapan tajam khas seorang Draco. Tania sendiri terlihat pucat pasi ketika mendengar ancaman yang disampaikan oleh Bastian. Untuk pertama kalinya ia melihat sisi lain dari seorang Sebastian Philip. Alasan Tania menyukai Bastian karena ia terpesona dengan kharisma yang ditunjukan Bastian ketika ia bekerja sebagai dokter. Selain itu sikap Bastian yang tak banyak bicara membuat Tania semakin penasaran. Bahkan ketika Tania secara terang-terangan menyatakan rasa sukanya kepada Bastian tapi di tolak mentah-mentah oleh Bastian dan itu membuat Tania semakin penasaran dibuatnya. Hingga ia pun semakin tertarik kepada Bastian. Hampir disetiap kesempatan Tania berusaha untuk menggoda dan meluluhkan hati Bastian. Tapi sampai detik ini Tania tak pernah membuahkan hasil. Hanya penolakan yang Tania dapatkan. Dan lama-lama penolakan yang Bastian lakukan pada dirinya membuatnya frustasi. Bastian sendiri setelah mengatakan hal itu memilih untuk pergi meninggalkan Tania yang masih terdiam setelah mendengar ancaman dari Bastian. Sementara itu di penthouse milik Bastian Luna sedang sibuk memasak untuk makan malam. Tadi setelah pulang dari kampus dan makan siang bersama Franda, Luna memilih untuk kembali ke rumah. Berhubung Franda tak bisa tinggal menemani Luna di penthouse membuat Luna memilih untuk tidur siang setelah pulang melakukan segala hal yang berhubungan dengan kampus. Dan ketika ia bangun tidur ternyata jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Saat itu Luna pun menghubungi Bastian apakah Bastian mau makan malam di penthouse atau di luar. Dan ternyata Bastian menjawab jika ia akan makan malam di penthouse dan akan tiba di rumah sekitar pukul setengah tujuh. Setelah mendengar jawaban dari Bastian, Luna pun segera menyiapkan makanan untuk makan malam berdua dengan Bastian. Luna pun melihat isi bahan makanan di kulkas. Dan setelah ia melihat beberapa bahan di kulkas akhirnya Luna memilih membuat ayam goreng mentega di padukan dengan salad sayur yang segar. Berhubung waktu masak yang terbatas sehingga membuat masakan yang sederhana aja. Hingga sekarang masakannya sudah selesai. Ketika Luna melihat jam ternyata masih ada 15 menit sebelum Bastian sampai disini. Luna pun akhirnya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu karena tubuhnya begitu berkeringat dan membuat tak nyaman. Dan Luna pun menghabiskan waktu untuk mandi dan setelah selesai ia pun segera kembali ke dapur untuk menata makanan yang sudah ia buat tadi. Sementara itu Bastian baru aja sampai di penthouse miliknya dan ketika masuk ia sudah bisa mencium bau harum masakan yang pasti menggugah selera makannya. Bastian meletakkan tas dan jas dokternya di kursi keluarga kemudian ia berjalan menuju sumber bau harum dari masakan yang dibuat oleh Luna pastinya. Dan ketika Bastian sampai di dapur ia melihat seorang wanita dengan pakaian piyama yang lucu sedang sibuk memindahkan makanan ke piring-piring. Bastian pun berjalan mendekat untuk melihat masakan apa yang dibuat oleh Luna. "Apa yang kamu buat sayang?" tanya Bastian langsung kepada Luna. "Kakak udah pulang. Kok aku gak dengar kalau kakak pulang?" tanya Luna yang kaget dengan kedatangan Bastian. "Mungkin karena kamu terlalu sibuk didapur jadi gak sadar kalau kakak udah pulang. Sayang kamu belum jawab pertanyaan kakak. Apa yang kamu masak?" tanya Bastian lagi. "Berhubung tadi aku sempat tidur siang dan waktunya mepet jadi aku cuma buat ayam goreng mentega sama salad sayur aja. Kakak gak apa-apa kan kalau aku masak cuma kayak gini aja?" tanya Luna was-was. Bastian memperhatikan ekspresi wajah Luna yang takut jika masakannya tidak disukai oleh Bastian. Padahal dari bau masakan yang dibuat oleh Luna aja benar-benar membuatnya lapar dan ingin cepat-cepat mencicipinya. "Siapa bilang kalau kakak gak mau makan makanan yang kamu buat. Kakak akan selalu makan apapun makanan yang kamu buat. Kakak juga bukan tipe orang yang milih-milih makanan. Kakak bisa makan makanan apapun terutama masakan kamu," puji Bastian. Luna pun tersipu malu ketika mendengar pujian dari Bastian. Tentu saja sebuah pujian yang sederhana seperti ini bisa membuatnya terus bersemangat untuk terus memasak makanan yang enak untuk Bastian. "Ya udah kakak mandi dulu aja. Aku mau siapin semuanya," kata Luna meminta Bastian untuk mandi. Dan tak perlu menunggu lama lagi Bastian pun segera berjalan ke kamar untuk membersihkan diri. Sementara Luna memindahkan makanan yang ia buat ke meja makan. "Gimana tadi di kampus? Apa udah selesai semua?" tanya Bastian yang tampak menikmati masakan buatan Luna. "Tadi di kampus lancar-lancar aja sih kak. Aku udah daftar untuk semester berikutnya. Jadi tinggal tunggu pengumuman aja kapan proses kuliahnya di mulai. Dan tadi Franda banyak membantu aku Disana sehingga semuanya bisa berjalan lebih cepat," jawab Luna sambil menyuapkan nasi ke mulutnya. "Bagus kalau Franda melakukan tugasnya dengan baik. Sudah menjadi tugasnya untuk menjaga dan membantu kamu," kata Bastian menambahkan. "Kak seharusnya kakak gak usah menekan Franda seperti. Aku sudah cukup dewasa untuk melakukan kegiatan apapun. Selain itu aku juga bisa menjaga diri aku sendiri. Jadi kakak gak usah berlebihan seperti itu. Aku kan jadi gak enak sama Franda. Dia pasti punya kesibukan lain yang harus di selesaikan juga. Jadi biarkan dia mengerjakan kegiatanya dan aku juga melakukan kegiatan aku sendiri. Dan aku jamin aku gak akan berbuat yang aneh-aneh. Kakak pasti tahu gimana sikap aku. Aku tipe gadis rumahan yang kurang suka melakukan kegiatan yang tak penting. Jadi jika nanti aku mulai kuliah kakak gak boleh bersikap berlebihan. Kita kan sudah janji satu sama lain untuk belajar menjalani hubungan ini. Dan aku mau hal pertama yang harus dilakukan adalah saling percaya satu sama lain. Dalam sebuah hubungan kalau gak saling percaya satu sama lain buat apa hubungan itu dilanjutkan. Jadi aku harap kakak bisa mengerti." Luna pun mengutarakan isi hatinya kepada Bastian. Bastian sendiri sebenarnya masih merasa takut meninggalkan Luna sendirian di publik seperti itu. Tadi aja Tania yang tak mengenal Luna aja ingin mencari keberadaan Luna dan setelah itu akan membuat perhitungan kepada Luna. Bagaimana jika nanti musuh-musuhnya tahu tentang keberadaan Luna maka Luna akan dalam bahaya dan Bastian tak ingin turut terjadi. Tapi lagi-lagi ia tak boleh terlalu mengekang Luna. Karena jika ia mengekang Luna mungkin akan membuat Luna merasa tak nyaman dan Bastian tak ingin itu terjadi. "Ok kakak akan mencoba belajar untuk percaya sama kamu. Tapi satu hal yang harus kamu ingat apapun yang kakak lakukan sama kamu itu untuk kebaikan kamu. Kakak gak mungkin melakukan semua itu tanpa alasan. Jadi kakak harap bisa mengerti dengan setiap hal yang kakak lakukan buat kamu," kata Bastian mencoba menejelaskan kepada Luna. Luna sendiri hanya menganggukkan kepala mengerti. Sebenarnya Luna masih penasaran kenapa Bastian begitu ketakutan jika Luna berada di luar sendirian. Padahal sejak ibunya meninggal Luna sudah terbiasa hidup sendirian. Jadi kenapa Bastian begitu ketakutan? Luna tak bisa menjawab semua pertanyaan yang terlintas di kepalanya dan mungkin ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah Luna berhasil mencari alasan kenapa Bastian begitu protective kepada dirinya? See you next chapter.... Happy reading...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD