Suasana makan malam di kediaman keluarga Fabrizio terlihat hangat. Tampak Carlos dan juga Philip beserta Sisca terlibat dalam perbincangan yang hangat. Mereka baru saja selesai makan malam dan sekarang sedang duduk di ruang keluarga sambil menyantap puding buatan Sisca. Sedangkan Paula tampak tak nyaman ketika Aero dari tadi terus memandang kearahnya. Paula tentu bukan gadis polos yang tak bisa membaca arti tatapan dari Aero. Tatapan Aero kearahnya benar-benar membuat Paula merasa tak nyaman. Dan tatapan itu tak luput dari perhatian sang Daddy dan juga Mr. Philip.
"Wah sepertinya ada yang saling suka ternyata," sindir Philip Darkstone ketika melihat putranya mulai memperlihatkan ketertarikannya dengan Paula.
"Mr. Carlos putri anda benar-benar cantik dan sepertinya saya tertarik dengan dia. Bagaimana jika saya mendekati putri anda? Atau mungkin saya bisa menjadi menantu anda nantinya," kata Aero tanpa basa basi.
"Kalau saya sih terserah Paula aja. Kalau Paula memang memiliki perasaan sama kamu ya gak apa-apa. Kalau mungkin kalian mau hubungan yang serius lagi saya juga tidak jadi masalah," jawab Carlos terlihat santai.
"Daddy no. Paula gak mau nikah sama dia dad. Paula sudah punya laki-laki yang Paula sukai. Dan Paula mau nikah sama laki-laki itu," tolak Paula dengan tegas.
Suasana pun sedikit menegang karena mendengar penolakan dari Paula. Dan Paula sendiri memilih pergi dari sana menuju ke arah kamarnya.
"Maaf Mr. Philip dan Aero jika sikap Paula seperti itu. Paula memang dari dulu sangat manja dan tingkahnya jadi kekanak-kanakan jadi harap maklum jika sikap Paula terlihat tidak sopan," kata Sisca meminta maaf.
"Ahhhhh tidak apa-apa nyonya Sisca wajar saja jika Paula menolak pernyataan cinta yang dikatakan oleh putra saya. Paula juga masih sangat muda jadi mungkin belum mau memikirkan soal pernikahan," jawab Philip maklum.
Suasana pun kembali cair setelah beberapa orang bisa mengerti penjelasan yang disampaikan oleh Sisca. Dan setelah itu para lelaki sudah terlihat dengan obrolan tentang bisnis. Sisca sendiri memilih untuk pergi karena memang tak paham soal bisnis. Ia memilih untuk masuk ke kamar anaknya. Ia ingin melihat keadaan putrinya saat ini.
Paula sendiri terlihat kesal ketika secara terang-terangan sang Daddy mempersilahkan laki-laki yang baru dikenalnya itu jika ingin mendekati dirinya. Padahal dari awal Paula sudah bilang jika ia tak suka dijodohkan seperti itu.
Ketika Paula sedang terlihat sangat sebal pintu kamarnya dibuka dan sosok sang mommy yang ada disana. Sisca pun berjalan mendekat kearah sang putri. Dan ia pun duduk di samping putri sambil membelai kepala sang putri.
"Anak mommy kenapa cemberut kayak gini? Kamu gak pernah cerita sama mommy kalau udah punya pacar? Bukannya kamu pernah bilang kalau gak pengin nikah cepat-cepat. Mau fokus kuliah dulu sebelum nantinya memutuskan menikah. Tapi kenapa tadi di bawah kamu bilang sudah ada laki-laki yang kamu sukai? Memangnya siapa laki-laki yang kamu sukai itu sayang?" tanya Sisca sambil membelai rambut Paula.
Paula tahu jika ia tak pernah bisa menyembunyikan apapun dari sang mommy. Selama ini ia selalu cerita apapun kepada sang mommy kecuali tentang rasa sukanya kepada Bastian pastinya. Karena ia takut jika sang mommy akan marah jika mengetahui jika dirinya menyukai kakak angkatnya itu. Tapi sepertinya ia sudah tak bisa menyembunyikan lagi dari sang mommy hingga ia harus menceritakan semuanya kepada sang mommy.
"Sebenarnya aku masih belum siap mau cerita ini sama mommy. Karena aku takut jika mommy akan kaget ketika tahu siapa laki-laki yang aku sukai. Tapi sepertinya aku udah tak bisa menyembunyikan lagi dari mommy. Jadi laki-laki yang aku sukai itu adalah kak Bastian," jawab Paula takut-takut.
"Apa???"
Sisca sangat kaget ketika Paula mengatakan jika laki-laki yang ia sukai adalah Bastian anak angkatnya sendiri. Sisca pikir selama kedekatan diantara mereka berdua hanya sebatas kakak dan adik saja. Tapi putrinya ini ternyata menganggap Bastian lebih dari seorang kakak. Sisca ingat betul saat itu sang suami membawa seorang anak laki-laki berusia sekitar 15 tahu datang ke rumahnya. Sang suami bilang ia mengangkat anak laki-laki itu untuk dijadikan anak pertama mereka. Selama ini Carlos memang sangat menginginkan anak laki-laki tapi sayang setelah dirinya melahirkan Paula dokter memvonis dirinya tidak bisa memiliki anak lagi. Saat itu Sisca tentu saja kaget karena tak bisa memenuhi keinginan sang suami untuk bisa memiliki anak laki-laki. Sisca pun berusaha untuk bisa mengandung lagi dan berharap anaknya laki-laki tapi sayang sekali segala usaha sudah diusahakan tapi ia tak kunjung hamil juga. Hingga akhirnya Carlos pun mengangkat seorang anak laki-laki yang ia temukan ketika Carlos bekerja di luar negeri. Awalnya Sisca sedikit menolak ketika Carlos bilang ingin mengangkat anak laki-laki itu menjadi anak mereka tapi ketika melihat bagaimana Carlos bisa kembali tersenyum dan wajahnya begitu bahagia ketika bersama Bastian akhirnya ia pun setuju untuk menerima keberadaan Bastian. Selain itu Paula juga dalam waktu dekat sudah dekat dengan Bastian dan ia begitu manja kepada Bastian. Hingga keluarga ini yang sebelumnya terlihat biasanya berubah menjadi lebih berwarna dengan kedatangan Bastian.
"Sayang kamu serius kalau kamu suka sama kakak kamu? Tapi Bastian kan kakak kamu. Kenapa kamu bisa suka sama dia?" tanya Sisca memastikan lagi.
"Iya mom aku suka sama kak Bastian. Lagian kita juga gak ada hubungan darah jadi gak apa-apa kan kalau aku suka sama kak Bastian? Iya kan mom?" tanya Paula menatap kearah sang mommy.
Sisca bingung harus menjawab apa pertanyaan dari sang putri bagaiamana pun juga Bastian itu sudah ia anggap anak sendiri. Jadi ketika tiba-tiba sekarang sang putri mengatakan jika ia suka dengan Bastian ia pun gak tahu harus bagaimana.
"Sayang untuk saat ini mommy gak tahu harus jawab apa. Karena mommy makan kaget dengan apa yang kamu katakan. Mommy juga gak tahu gimana tanggapan Daddy kamu. Karena Daddy kamu sangat menyayangi Bastian jadi mommy juga gak bisa berkata apa-apa jika Daddy kamu tak setuju jika kamu mau menikah dengan Bastian. Dan mommy yakin nanti Daddy kamu harus menanyakan perihal hal tadi. Dan kamu harus jawab yang jujur apapun itu. Karena kamu tahu kan kalau Daddy gak suka di bohongi," kata Sisca mencoba mengingatkan sang putri.
Paula pun hanya bisa mengangguk kepalanya ketika sang mommy berkata seperti itu. Mau tak mau Paula harus siap di interogasi oleh sang daddynya nanti.
Sementara itu di penthouse milik Bastian sudah terlihat rapi karena Luna yang memang tipe orang yang rapi. Dan saat ini Bastian serta Luna berada di ruang keluarga menonton film sambil bersantai.
"Kakak benar gak apa-apa gak masuk kerja? Kalau nanti ada pasien mendadak gimana?" tanya Luna yang penasaran ketika Bastian bilang jika ia mengambil cuti untuk tiga hari kedepan.
"Memang dokter di rumah sakit cuma kakak aja. Masih banyak dokter yang bisa mengantikan posisi kakak di rumah sakit. Jadi kamu gak perlu khawatir," jawab Bastian dengan santainya.
"Oooo gitu. Aku cuma kaget aja sewaktu kakak tadi bilang jika hari ini ngambil cuti. Terus kakak ngapain ambil cuti? Kakak mau di rumah aja atau mau ada acara lain?" tanya Luna lagi.
Bastian yang sedang memakan keripik kentang sambil menonton film pun menghentikan kegiatannya karena merasa sebal mendengar celotehan Luna yang tak ada habisnya.
"Sayang memang aku ambil cuti harus ada alasannya? Aku ambil cuti ya karena ingin aja. Selama ini aku sudah sibuk kerja jadi butuh waktu istirahat. Selain itu aku juga mau menghabiskan waktu bersama dengan kamu. Jadi jangan tanya-tanya lagi." Bastian pun mengatakan langsung kepada Luna untuk tak banyak tanya.
Luna hanya bisa mengerucutkan bibirnya karena diminta oleh Bastian untuk tak banyak bertanya. Padahal ia hanya ingin tahu aja alasan Bastian mengambil cuti. Dan itu membuat Luna sebal.
"Ya udah terserah kakak aja," kata Luna yang dalam mode ngambek.
Karena terlalu kesal ketika pertanyannya di acuhkan oleh Bastian membuat Luna bangkit dari sofa dan pergi jauh dari Bastian karena ia terlalu sebal dengan Bastian. Tapi belum jauh Luna berjalan meninggalkan Bastian tiba-tiba Bastian sudah menarik tangan Luna dan berakhir dengan Luna yang terduduk di pangkuan Bastian.
"Kak lepasin pelukan kakak. Aku mau ke kamar," kata Luna mencoba melepaskan pelukan Bastian di pinggangnya.
"Kakak gak akan lepas pelukan kakak. Sayang sekarang lihat kakak. Apa kamu marah sama kakak?" tanya Bastian meminta Luna menatap kearahnya.
Luna enggan untuk menatap kearah Bastian karena ia masih merasa kesal dengan Bastian. Tapi seperti yang sudah-sudah Bastian selalu dapat cara bagaimana bisa membuat Luna menatap kearahnya. Dan cari yang ampuh itu adalah mengecup leher ataupun bahu Luna yang telanjang karena memang saat itu Luna sedang memakai baju dengan model tali spageti yang bisa menunjukan bahunya yang putih.
"Kakak....."
Akhirnya Luna pun menatap kearah Bastian setelah ia mendapatkan ciuman yang bertubi-tubi dari laki-laki m***m di hadapannya.
"Kenapa kamu marah sama kakak? Salah kakak apa?" tanya Bastian yang sudah mengubah suaranya menjadi lembut.
Luna masih menunjukan ekspresi wajah kesal tapi lama-lama ekspresi itu mulai memudar ketika ia mendapatkan perlakuan yang manis dari Bastian.
"Aku kan tadi cuma nanya kenapa kakak ambil cuti. Tapi kenapa kakak bilang kalau aku gak usah banyak tanya. Aku cuma pengin tahu aja tapi kakak kelihatan gak suka," jawab Luna jujur.
Bastian tak kuasa menahan senyum tampannya ketika mendengar alasan dari Luna tentang kenapa ia tadi kesal kepada dirinya. Sikap Luna yang apa adanya ini membuat Bastian semakin jatuh dalam pesona yang ditunjukan oleh Luna.
"Sayang kakak bukannya gak suka kamu tanya-tanya soal itu. Kakak pikir pertanyaan kamu gak penting. Lagian kakak sengaja mengambil cuti karena ingin menikmati waktu bersama dengan kamu. Atau mungkin kita bisa mendiskusikan tentang pernikahan kita. Membahas tentang konsep pernikahan seperti apa yang ingin kamu inginkan. Atau mungkin kamu ingin gaun pengantin seperti apa. Dan segala hal tentang pernikahan yang kamu inginkan. Kakak akan memenuhi semua keinginan kamu," kata Bastian yang terus melihat kearah bibir Luna.
Bibir Luna sedikit bengkak karena semalam ia menciumnya habis-habisan. Bibir yang dimiliki Luna benar-benar sudah membuat dirinya candu. Ingin rasanya ia terus mencium bibir seksi milik Luna.
"Aku gak tahu mau konsep yang seperti apa. Tapi aku gak mau pernikahan yang besar. Pernikahan yang sederhana saja tapi terkesan hangat. Aku ingin pernikahan yang di hadiri teman terdekat aja jadi mereka bisa merasakan kebahagian kita juga," jawab Luna dengan wajah yang menggemaskan.
"Kalau gitu kamu aja yang menentukan konsep pernikahan kita. Aku akan selalu suka apapun pilihan kamu," kata Bastian yang akak menuruti apapun keinginan dari Luna.
Luna pun semakin hari semakin nyaman di dekat Bastian. Bahkan sekarang dengan santainya ia pun merebahkan kepalanya di d**a bidang Bastian. Bahkan sekarang posisinya berada di pangkuan Bastian tapi bisa membuat Luna merasa nyaman dan perlahan ia pun mulai mengantuk.
"Kak kita bahas soal pernikahan nanti aja ya. Sekarang biarin aku tidur sebentar. Aku ngantuk banget," kata Luna yang mulai terlelap tidur.
Ingin rasanya Bastian mengumpat karena posisinya saat ini membuat sesuatu di bawah sana mulai mengeras sehingga membuat Bastian dengan mudahnya terpancing gairahnya. Tapi Bastian tak boleh egois karena ia bisa melihat Luna sudah terlelap tidur di pangkuannya. Walaupun ia harus menderita saat ini tapi Bastian mencoba untuk menahannya.
Wah ada yang lagi panas dingin nih??.
Dan luna ada saingan lain nih...
Kira-kira apakah Luna bisa mulai mengerti dengan perasaannya sendiri kepada Bastian??
See you next chapter.....
Happy reading.....