Bluurrllpp!!
Semburan air itu lolos dari mulut Danis yang ada di depan Luna. Luna menjadi sangat kaget atas reaksi Danis yang kini sedang melotot melihatnya.
“Danis! Jorok bener sih kamu?!” ucap Luna yang segera membersihkan dirinya dengan serbet.
‘Anjiir ... siapa dia? Apa dia Luna? Ga mungkin. Ini ga mungkin Luna!’ ucap Danis dalam hati.
“Nyonya ... Anda tidak apa-apa?” tanya Lisa yang membantu Luna membersihkan dirinya.
Luna melihat ke arah Danis dengan pandangan sinis, “Aku ga papa. Sebelum orang di depan ini menyemburkan minumannya padaku.”
Danis masih tidak bereaksi. Dia juga terlihat mengelap mulutnya.
“Kenapa? Kaget ya liat aku jadi cantik?”
“Apa? Apa kata kamu? Kamu cantik? Heh Luna jangna bikin aku ketawa deh.”
“Kalo kamu ga liat aku cantik kenapa kamu sampe kaget kaya gitu? Pake nyembur aku segala.”
“Justru aku kaget karena liat kamu aneh. Mukamu makin kaya badut tau ga. Mukamu makin bikin aku ketawa saat ini,” ucap Danis sambil tertawa.
Luna diam melihat Danis. Dia merasa sangat tersinggung dengan ucapan Danis tadi.
Dia sudah berusaha untuk menjadi sangat cantik dengan merubah penampilannya, tapi lah dia di bilang seperti badut. Ini past makin buruk dari yang sebelumnya. Luna merasa sangat kecewa dan sakit hati.
Mata Luna berkaca-kaca. Air mata itu seolah siap untuk membanjiri wajah Luna yang masih kemerahan. Danis mmenyadai ada air mata di mata bulat itu. Dia sadar kalau apa yang dia katakan tadi past menyakiti hari sang istri.
“Bersihan makanan ini. Aku mau makan menu yang lain!”
“Kenapa dengan makanannya? Ini makanan kesukaan pacar kamu kan.”
Danis melihat tajam ke arah Luna, “Jangan mencampuri urusanku dengan Maya. Dan jangan pernah mengadirikan makanan ini di depanku lagi! Kamu tau!!”
Luna sedikit gemetr saat dia mendengar ucapan Danis. Seperti nya Danis sangat serius dengan apa yang dikatakannya. Dia menjadi sedikit ragu untuk menjawab apa yang di katakan Danis.
“Siapkan makanan pengganti dalam 30 menit!” ucap Danis sebelum dia meninggalkan ruang makan.
“30 menit? Apa kamu gila? Makanan apa yang akan siap dalam waktu sedikit.”
“Waktumu sudah berjalan Luna! Akan semakn habis kalau kamu banyak bicara!”
Danis pergi makin menjauh dari meja makan. Meninggalkan Luna yang sedang bingung di sana. luna yang tersadar waktunya hanya sebentar, dia segera berlari menuju ke dapur.
Luna segera membuka apa saja yang ada di dalam lemari penyimpanan. Dia tidak bisa berpikir apa pun saat ini. Para cfhef yang ada di sana menawarkan bantuannya. Tapi bantuan mereka di tolak oleh Luna.
Luna mengambil beberapa bahan makanan yang akan dia masak. Nampaknya kini dia harus mempraktekkan ilmu memasak kilat yang dulu sering dia lakukan. Dia menyuruh semua pelayan menjauh agar tidak mengganggu ruang geraknya.
Danis memilih masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia tidak ingin ketahuan Luna kalau dia tadi sempat kagum pada penampilan Luna yang memang terlihat sangat segar dan imut. Dia sempat kehilangan bayangan Maya saat Luna datang.
“Gila cantik banget dia kalo di potong kaya gitu. Padahal gw ga pernah suka cwe yang rambutnya pendek. Tapi kenapa kalo dia yang rambutnya pendek jadi keliatan makin imut ya. Makin gemesin.”
“Eh apaan sih! Sadar Danis, sadar! Dia cuma pelayan di sini. Dia bukan level yang sepadan sama kamu,” ucap Danis menyadarkan dirinya.
Danis membaringkan dirinya di sofa panjang yang ada di sana. Pikiranya kembali memutar senyum dan tawa Luna yang sangat alami tadi saat dia bermain lompat tali.
Senyum yang sangat penuh dengan rasa bahagia dan ketulusan. Senyum yang membuat semua orang di sekiarnya ikut bahagia.
Sangat berbeda dengan saat Maya masih dia percaya untuk mengatur para pelayan. Semua di rumahnya menjadi sangat kaku dan sangat sepi.
“Padahal Cuma lompat tali doank ... tapi dia udah bisa senyum seringan itu. Maya gw beliin berlian paling mahal aja masih kadang ga bisa senyum setulus itu. Sebenernya apa yang salah dari dua cwe itu.”
Tok tok tok
Suara ketukan di depan pintu membuyarkan lamunan Danis. Dia bangun dari rebahannya dan duduk di sofa.
“Apa?” teriak Danis.
“Tuan makan siang udah siap?”
“Haah udsah siap? Kayanya cuma 20 menitan ini,” gumam Danis.
“Iya, aku ke sana.”
“Waaah alamat, pasti dia bakal bikinin aku telur ceplok doank neeh,” ucap Danis sambil melangkah keluar dari ruang kerja.
Mata Danis kaget saat dia melihat menu yang ada di depan matanya. Ada sate udang, tumis sayuran dan juga ada tempe goreng.
“Pesen di mana?” tanya Danis.
“Pesen? Aku masak sendiri in tadi.”
Danis melihat ke arah Luna, “Kamu? Kamu masak ni sendiri?” tanya Danis tidak percaya.
“Kalo ga percaya tanya aja sama semua orang dapur.”
“Benar Tuan. Ini semua menu buatan Nyonya, bahkan beliau melarang kami untuk ikut membantu memasak.”
Danis melihat ke arah Luna lagi. Penampilan Luna memang sedikit berantakan. Rambutnya yang tadi di blow dengan sangat rapi kini sedikit berantakan tatananya.
Beberapa keringat juga masih membasahi kening Luna. Tapi sayangnya Danis melihat Luna semakin seksi dengan penampilan seperti itu. Dia kembali terpesona dengan pesona baru yang ditunjukkan Luna saat ini.
“Sini kamu,” panggil Danis.
“Mau ngapain lagi?”
“Udah sini aja dulu.”
Luna masih diam. Dia takut dirinya akan dimarahi atau akan dipukul oleh Danis karena hanya menyiapkan makanan yang sangat sederhana seperti ini.
Karena Luna tidak mau datang, akhirnya dia yang memutuska mendekati Luna. Luna menjadi deg –degan saat Danis makin mendekatinya.
Danis mengulurkan tangannya ke arah wajah Luna. Begitu takutnya Luna sampai memejamkan matanya dan memesang ekspresi takut.
“Kalo masak tuh yang bener, masa saus mempel di muka kok ga kerasa,” ucap Danis sambil mengusap wajah Luna dengan tisu.
‘Ngurangin cantik kamu tau ga,’ lanju Danis dalam hatinya.
Mendengar itu, Luna membuka matanya. Dia melihat Danis sedikit tersenyum padanya. Tapi sayangnya Luna seperti terkena serangan jantung saat ini. Dia tidak bisa meepaskan ekspresi apa pun. Dia hanya diam memandang lurus ke arah Danis.
“Layani aku makan. Kita makan bareng,” ucap Danis.
Melihat Luna yang masih mematung pun, Danis menautkan kedua alisnya. Dia tau Luna pasti sedang terpana padanya.
Klik
“Adduuh,” keluh Luna sambil memegang keningnya.
“Ngelamun aja. Laper neeh aku!” ucap Danis setelah menyentil kening Luna.
“Kalo laper yuh makan. Kenapa juga pake nyentil orang.”
“Ayo layani aku makan. Buruan! Jangan ngelamun lagi!”
“Dasar bunglon!” gerutu Luna.
“Apa kamu bilang?”
“Enggak, aku ga bilang apa-apa kok.”
Dua orang itu segera duduk bersama. Luna melayani Danis makan. Dia mengambilkan nasi dan lauk yang dia siapkan untuk Danis.
Danis sedikit tersenyum melihat sikap Luna. Dia menyimpan senyumnya itu dari semua orang. Dia akan sangat malu nanti kalau ada yang tahu dia mngagumi Luna.
Semua pelayan yang ada di tempat itu ikut senang dengan aksi kedua majikan mereka yang tampak sangat romantis itu. Pasangan muda yang sangat lucu. Yang satu terlalu polos dan yang satu terlihat jual mahal.
“Mulai hari ini makan bersamaku. Aku bosen makan sendiri.”