Sepuluh Keluarga

2022 Words
Arunika hanya bisa menampilkan senyum. Dia berusaha memberikan senyum yang menawan, tetapi yang keluar adalah senyuman ganjil. Senyumnya sama sekali tidak berguna. Puluhan mata yang mulanya hanya menatap Bayu, kini beralih padanya. Mereka memandang Arunika dari sepatu kets putihnya sampai tatanan rambut seginya. Bayu mengabaikan mereka dan menyuruh Arunika duduk di sampingnya. Tetapi Arunika malah menggeser kursinya agak ke belakang. Bayu hanya mengernyit tanpa mengatakan apa-apa. Arunika merasa suasana hati Bayu berubah drastis. Dari yang easygoing, kini menjadi lelaki angkuh dan dingin. Arunika serasa membeku berada di dekatnya. "Sebelum rapat dimulai, aku ingin kalian tahu. Bahwa gadis yang ada di sampingku, adalah Arunika. Kalian semua mengenalnya bukan? Dan mulai saat ini dia akan membantuku dalam mengurusi kalian," kata Bayu dengan nada yang mampu membekukan samudra. Arunika menggigit bibir dalamnya. Bagaimana mungkin Bayu mengatakan 'mengurusi kalian'. Pilihan katanya buruk. Tetapi Arunika mengamati reaksi orang orang itu. Tentu saja mereka menampilkan wajah tidak puas, tidak suka, dan marah. Tetapi Bayu nampaknya tidak peduli. Laksmana mengedip mata pada Arunika. Arunika bergidik ngeri. Dia merasa merinding. Padahal di samping kanan dan kiri lelaki itu sudah ada perempuan cantik, tetapi masih berani menggodanya. Huh, Arunika merasa mual. Bayu mengetahui hal itu. Dia mendelik pada Laksmana, dia berharap Laksamana menjaga sikapnya. Laksmana menyengir. Dia merasa tidak bersalah. Tetapi tatapan Bayu yang mengancam, membuatnya diam dan tak berani berulah. Sepuluh keluarga masih memandangi Arunika dan Bayu bergantian. Mereka tahu rumor, Bayu adalah playboy. Mereka tidak peduli dengan hal itu. Namun, berbeda dengan adanya Arunika di sini. Arunika adalah variabel aneh yang muncul. Mereka takut keberadaan Arunika akan merugikan mereka. "Bayu, aku pikir tidak tepat untuk menyerahkan tanggung jawab organisasi pada Arunika. Dia gadis yang dicurigai," kata Haya. "Aku juga setuju, kita tidak bisa mengambil risiko setelah kematian Lukman." Kali ini Candra bersuara. Arunika hanya diam, dia memasang ekspresi tenang. Sebab dia tahu, ini adalah perang. Perang melawan kekuasaan politik. "Bagaimana kalau kau biarkan dia bersamaku beberapa waktu, jadi aku bisa menyakinkan kalian bahwa dia bukan gadis yang berbahaya." Saran itu keluar dari mulut Laksmana. Semua orang menatap pada Laksamana. Mereka tidak terlalu setuju. Sebab mereka tahu motif dibalik sarannya itu. Arunika akan dijadikan boneka oleh Laksamana. Arunika merinding. Dia tidak menyangka, ayah Panji adalah orang yang menjijikan. Bahkan di depan semua orang dia mengatakan hal itu. Arunika merasa berat ditatap oleh Laksamana. Dia menarik lengan kemeja Bayu. Bayu melepaskan tangan Arunika dari bajunya. Dia menggenggam tangan Arunika, dan berbisik bahwa dia akan baik-baik saja. Arunika mengangguk. Kini dia punya keberanian menatap mata lapar Laksamana. Dia menatap mata itu dengan penuh kebencian dan keberanian. Laksamana merasakan kesal. Dia tidak menyangka ayam kecil itu berani padanya. Dan sesuatu yang tak pernah dia duga, dipermalukan dalam rapat petinggi. Bayu melempar puplen ke wajah Laksamana. Semua orang terbelalak. Ada juga yang tersenyum. "Kalau kau bertingkah lebih dari ini, kupastikan kau pulang dengan merangkak!" Kata Bayu dengan ketenangan yang menakutkan. Laksamana terdiam kali ini. Perempuan perempuan di sampingnya berusaha menghiburnya. Dan mereka juga melemparkan tatapan marah dan kesal pada Arunika. Arunika menganggap mereka bodoh. Karena membuang masa depan mereka untuk lelaki tak berharga, macam Laksamana. Bayu puas bisa membuat Laksamana diam kali ini. Namun dia masih menaruh dendam pada Laksamana. Setelah rapat ini selesai, dia akan memberi pelajaran khusus pada kakak tak bergunanya itu. Bayu meragukan rencana awalnya untuk mengangkat Laksamana jadi petinggi. Kemarin, dia merasa bahwa itu ide yang bagus. Namun sekarang, ide itu ide konyol, setelah melihat kelakuannya. Bayu menghela nafas panjang. Siapa yang tepat menjadi pengganti Lukman untuk sementara. "Ehem, bisakah aku bicara?" Tanya pendekar dari keluarga Paku bumi. Bayu mengangguk. "Tentunya kami yakin kau memiliki alasan sendiri kenapa Arunika mejadi bagian dari ApiAbadi. Bolehkah kami apa alasannya? Sehingga kami menyetujui Arunika bergabung dalam rapat ini." Bayu tersenyum. "Tentu, alasannya sederhana. Karena dia gadis yang dicurigai." Mereka semua berpandangan tidak mengerti. Bayu berdeham. "Karena dia dicurigai, lebih baik menempatkan dia bersama kita. Jadi kita bisa tahu tindakannya. Bukan begitu?" Kali ini Airlangga mengangkat tangannya. "Aku tidak menjadi soal mau dia di sini atau tidak. Kontribusinya membantu kita dalam membasmi wewe sudah cukup. Aku hanya ingin rapat ini dilanjutkan dengan topik yang lebih penting. Bagaimana kelanjutan organisasi setelah Lukman tiada? Apakah kau, Bayu, akan menggantikan posisi Lukman? Kalau itu kau, aku akan setuju. Tidak ada yang lebih tahu pergerakan Organisasi selian kau." Pernyataan Airlangga membuat sebagian orang setuju. Percakapan tentang Arunika tidaklah penting lagi. "Aku tidak bisa menempati posisi Lukman dengan alasan pribadi. Aku justru ingin kalian memberikan pendapat siapa dari kalian yang bisa menggantikan Lukman," kata Bayu. Mendengar perkataan Bayu, Laksamana mendelik. Bayu mengingkari janji untuk menjadikan dirinya sebagai pengganti. Hal ini membuat Laksamana marah. Dia menggebrak meja. "Apa yang katakan Bayu?" Bayu menyuruh Laksamana diam dengan isyarat tangan. Dia tidak mau mendengar apapun yang keluar dari mulut Laksamana. Panji datang terlambat. Dia masuk ruangan dengan langkah santai. Dia hanya mengangguk pada semuanya. Panji berjalan melewati bangku Laksamana, dan dia lebih memilih duduk di kelompok Airlangga. Laksamana berang. Setelah diacuhkan oleh Bayu dan gadis itu, kali ini oleh anaknya sendiri. Dia akan membuat perhitungan dengan mereka semua. Tiba tiba lima orang di antaranya mengusulkan Airlangga. Sebab dengan kehilangan Lukman, kepercayaan masyarakat terhadap organisasi menurun drastis.besar. yang masuk ke ApiAbadi menjadi berkurang setengah.  "Kami mengusulkan Airlangga. Selama ini dia selalu berusaha menjadi penengah antara kaum bangsawan dan rakyat. Selain itu, sosoknya dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat," kata Pakubumi. "Benar, Airlangga adalah jawaban terbaik untuk sekarang," imbuh Haya. Panji setuju. Dibandingkan dengan Laksamana. Airlangga lebih bisa dipercaya diberi amanat. Dia tidak akan mengkhianati Bayu. Sebab keselamatan Kiandra jadi taruhannya. Airlangga menolak keras. "Tidak bisa. Aku menolak. Aku sudah sangat sibuk dengan bisnisku. Aku tidak mau menambah beban lagi." Penolakan Airlangga ini disayangkan oleh Bayu. Dia tidak bisa memberikan kepercayaan pada yang lainnya. Karena diskusi ini sangat alot. Maka Bayu pun meminta masing masing kelompok keluarga berdiskusi. Mereka akan membahas kelanjutan pengganti Lukman di pertemuan mendatang. "Kalau begitu, Aku akan beberkan laporan keuangan yang ada," kata Bayu. Bayu menerangkan angka angka yang akan telah mereka gunakan. Dan bagaimana angka angka itu harus bertambah di tahun mendatang. Arunika pusing mendengarnya. Arunika membaca berkas nama nama yang hadir. Ada sepuluh keluarga, setiap keluarga yang datang ada dua sampai tiga orang. Hanya dari melihat tampilannya, Arunika tidak bisa menebak siapa saja mereka. Mayoritas yang datang rapat mengenakan setelan resmi. Kemeja atau jas. Yang perempuan mengenakan dress. Arunika melirik seorang perempuan di kelompok itu. Gadis itu sangat aneh. Dia mengemut lollipop dari awal rapat sampai sekarang. Dia melihat hanya enam orang pendekar yang dia kenal wajahnya. Mereka bertemu saat memperbaiki lingkaran sihir. Yang lainnya kemana? Arunika mengirim pesan pada Panji. Daripada Panji terlihat bengong saja. Dia menanyakan tentang sepuluh keluarga. Panji mengamati sebentar, kemudian mengirim diskripsi yang diminta Arunika. Keluarga Airlangga adalah yang terkaya, dengan bisnis kayunya. Seluruh pembangunan gedung, rumah dan kayu selalu membeli di perusahaan Airlangga. Sebab dia yang mengelola hutannya. Karena itu dia memiliki penyihir pribadi sejak turun temurun. Panji melewati menjelaskan siapa Laksamana. Dia merasa, Arunika tidak perlu penjelasan lagi. Hanya sekali lihat, di manapun dia berada, orang akan langsung mengenali Laksamana yang mana. Ada keluarga Candra. Mereka keluarga yang sangat tertutup. Sebab mereka tinggal di perbatasan. Lukman adalah bagian dari mereka. Mereka tentu merasa di atas angin, ketika Lukman menjadi petinggi agung. Nyatanya identitas Lukman baru terbongkar ketika dia sudah meninggal. Bagaimana kalian tahu kalau Lukman bagian dari Keluarga Candra? Tentu Saja. Pada tubuh kami, para keluarga memiliki tato lahir. Letaknya berbeda tiap orang. Tetapi selalu ada tanyanya. Simbol keluarga. Apakah tanda itu diberikan ketika bayi? Tidak. Tanda itu tanda lahir. Tidak bisa dipalsukan. Keluarga Candra lebih pendiam. Lihat saja mereka. Kau benar. Bagaimana yang lainnya. Aku ingin tahu tentang mereka. Apakah sebaiknya kita pergi saja dari rapat membosankan ini? Sebagai jawaban, Arunika mengangguk. Dia berbisik pada Bayu dan meminta izin keluar ruangan. Bayu menyetujuinya asalkan dia pergi dengan Panji.  "Tentu, Bos!" Kata Arunika bersemangat. Dua orang itu menyelinap keluar ruangan. Mereka tertawa-tawa begitu sudah jauh dari ruangan. "Kau tahu, tadi terjadi hal yang luar biasa. Ups, Sorry, ini tentang ayahmu," kata Arunika. Panji merenggakan kepalanya. "Kalau tentang dia, tidak perlu minta maaf. Dia pantas mendapatkannya." Arunika mencibir. "Kau kan belum tahu ceritanya." Panji mengangkat bahunya. "Dia tidak pernah melakukan sesuatu yang dipuji. Jadi dia pantas mendapatkan perlakuan buruk." Arunika merasa tidak enak."Tapi tetap saja dia ayahmu. Aku jadi merasa tidak enak." Panji terkekeh. "Aku tidak pernah menganggapnya begitu. Meski aku darah dagingnya. Tetapi aku lebih senang, Lukman jadi ayahku." Arunika tertarik."Lukman sangat baik ya?" Panji menggeleng. Dia mengajak Arunika melwati lorong. Jalan tercepat menuju cafetaria. "Berhenti kau, anak nakal!" Sebuah suara berteriak di belakang mereka. Panji dan Arunika berhenti. Keduanya menoleh. Mereka sedikit kaget, melihat Laksamana menyusul mereka. Panji dengan sigap berdiri di depan Arunika. Arunika menarik-narik telinganya, gelisah. "Apa maumu, orangtua?" tanya Panji sinis. "Serahkan gadis itu. Aku ingin bicara dengannya," desis Laksamana. Arunika waspada. Dia membuka tasnya, mencari jepit hitam rambutnya. Dia genggam erat jepit hitam itu untuk jaga-jaga.  "Tidak bisa. Arunika berada di bawah perlindungan Bayu. Kau tidak bisa seenaknya membawa dia," kata Panji mengancam dengan membawa nama Bayu. "Dasar anak tidak tahu diuntung," desis Laksamana. Dia mengangkat tongkat untuk memukul Panji. Panji mundur sedikit. Arunika mengibaskan jepit rambutnya menjadi pedang. Tetapi ada yang lebih dulu menahan tindakan Laksamana. Dia Bayu. Bayu menendang kaki Laksamana sehingga dia jatuh tersungkur. "Aduh, sialan siapa yang menyerangku!" Laksamana mengaduh dan mengeluarkan ancaman. Bayu berjalan dan menginjak telapak tangan Laksamana. "Aku. Ada masalah?" Arunika dan Panji tersenyum. Dasar lelaki sombong. Panji bersyukur dia tidak harus menggunakan tinjunya untuk melawan orang tersebut. Dia melirik Arunika. "Simpan pedangmu," bisik Panji. Arunika mengangguk, dia mengubah pedang menjadi jepit rambut dan memasukkan kembali ke dalam tas. "Kalian pergilah. Biar aku yang mengurusnya," perintah Bayu pada Panji dan Arunika. Keduanya mengangguk. *** "Tadi kau bertanya apa? tentang sepuluh keluarga kan?" ulang Panji.  Arunika yang menyeruput minumannya hanya mengangguk.  "Hmm, tidak semuanya mencolok. Mereka masing-masing memiliki kekuatan sendiri. Dan tidak semuanya tinggal dalam kota. Hanya ada keluarga Airlangga dan Laksamana yang tinggal di kota. Sedangkan lainnya menempati wilayahnya masing-masing. Mereka diberi tanggung jawab oleh Lukman untuk membasmi wewe di wilayahnya. Karena itu setiap keluarga memiliki pendekar yang tergabung dalam Apiabadi." Arunika menyomot kue lumpur dari piring dan mengunyahnya pelan. "Apakah setiap keluarga memiliki satu pendekar?" "Tidak, ada banyak. Tetapi yang terkenal bisa dihitung jari. Seperti aku," jawab Panji dengan bangga. "Apakah keluarga Airlangga juga memiliki pendekar? Anaknya kan hanya Kiandra?" Panji melongo. "Kau tidak tahu? Semua yang ada di istana Airlangga, mulai dari satpam sampai pelayannya adalah pendekar. Mereka berhenti dari organisasi ApiAbadi dan mengabdi di sana." Panji mengambil ponselnya. "Aku dapat pesan dari Bayu. Kita akan meluncur ke rumah Haya besok." "Haya?" "Salah satu keluarga. Kau tidak hapal?" Arunika menggeleng malu. "Namanya aneh-aneh, aku ingat Philip." "Giliran nama asing, kau malah ingat." "Hei..." Panji tertawa. Melihat Panji tertawa, dia pun ikut tertawa.  "Seperti apa keluarga Haya?" tanya Arunika. "Hmm... aku tidak terlalu tahu. Tetapi mereka mengurus panti anak-anak," kata Panji. "Panti asuhan?" "Iya, tempat di mana anak-anak yang tidak memiliki orangtua diadopsi mereka. Aku juga pernah menjadi bagian dari anak anak itu," kata Panji tertawa getir. "Kau kan punya orangtua dan keluarga besar. Bagaimana bisa?" tanya Arunika tidak percaya. "Yah, aku tidak diinginkan mungkin," Panji kembali tertawa. Arunika kembali menyeruput minumannya. Tidak tahu harus berkata apa. "Selain Haya, ada keluarga Pakubumi. Tugasnya menjaga gunung berapi. Ada Oriza Sativa. Sesuai dengan namanya mereka yang menyuplai beras. Sebab mereka yang merawat pertanian. Kemudian ada Jangkung, Gardapati, Semanggi dan Philip." "Tugas Jangkung, Gardapati, Semanggi dan Philip apa?" Panji mengacungkan telapak tangannya. Meminta waktu untuk mengahbiskan kue yang di mulutnya. "Mereka memiliki tugas masing-masing. Hmm.. tugas semanggi merawat kebun dan bunga. Philip merawat penerangan dan listri. Sedangkan Jangkung dan Gardapati..." Arunika mencatat satu per satu informasi yang dia dapat. Dia ingin sekali tahu sejarah masing-masing keluarga. Tetapi Panji pasti tidak tahu detail. Tetapi dia bisa mencari tahu nanti. "Apa tugas mereka?" "Hmm apa ya, sepertinya aku lupa," jawab Panji. Arunika meletakkan pulpennya. "Bagaimana kau bisa lupa. Katanya mereka memiliki tugas penting." "Otak manusia ada batasnya," elak Panji. Arunika mengejek. "Batasan otak manusia belum ditemukan. Ingatanmu saja yang payah!" Dor! Dor! Dor! Arunika dan Panji mendengar suara letusan. Keduanya berdiri. Apa yang terjadi?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD