Tim kepolisian dari kantor kepolisian Shanghai langsung bergegas menuju ke pelabuhan Waigaoqiao.
Memilih tempat seperti pelabuhan sebagai tempat untuk melarikan diri karena keamanan yang tidak seketat keamanan yang ada di bandara adalah hal terbaik dan termasuk akal bagi para penjahat.
Banyaknya kapal gelap yang membawa imigran gelap adalah salah satu penyebab para burnonan memilih pelabuhan atau dermaga dibandingkan dengan bandara atau stasiun kereta.
Letnan Chen dan para bawahannya segera mencaritahu kapal-kapal yang berangkat di waktu dini hari. Kapal yang menyelundupkan seseorang secara ilegal, biasanya akan berlayar pada waktu tengah malam atau dini hari untuk mengelabuhi para petugas.
"Letnan." Si Zhui berlari ke arah letnan Chen yang berdiri sembari menyandarkan lengannya di cap mobilnya.
"Kami mendapatkan informasi dari salah satu awak kapal, mereka mengatakan bahwa kapal yang menyelundupkan seseorang akan berlayar pukul tiga hingga lima pagi. Tujuan mereka biasanya akan menuju Jepang atau Vietnam." Si Zhui memberikan laporannya dengan suara tenang.
"Ini masih pukul dua belas malam. Masih ada tiga jam sebelum jam tiga." Letnan Chen melihat arlojinya, dia berbicara, "Bagaimana penjagaan di Pudong dan Bandara-bandara lainnya? Apakah kalian sudah menghubungi kantor polisi terdekat?"
Si Zhui mengangguk, "Jing Yi baru saja pergi menuju ke Bandara Pudong. Kami juga telah menghubungi kantor polisi yang memiliki lokasi terdekat dari bandara dan dermaga lainnya. Selain itu, sejumlah pemberitahuan dan berita nasional tentang kaburnya buronan Song Manchu telah di sebar. Dia tidak akan bisa meninggalkan China letnan." Kata Si Zhui.
*_
Sementara itu di Badan Forensik Shanghai, dokter Gu dan para juni-o-rnya juga tengah menyaksikan berita yang telah tersebar. Mereka dengan tenang mendengarkan presenter stasiun berita nasional membacakan narasi beritanya.
Jin Ling, "Dia telah menganiaya istrinya, dia juga telah berzinah, melarikan diri dari hukuman, dia terlibat kasus narkoba, dan sekarang, dia mencoba untuk kabur? Dia bukan manusia!"
Dokter Gu mengangguk, tampak setuju dengan ucapan Jin Ling, "Kau benar nak. Aku rasa dia setidaknya akan menerima hukuman seumur hidup. Kejahatannya bahkan tak termaafkan."
Sekelompok penggosip itu akhirnya berhenti berbicara ketika dokter Gu teringat bahwa dia harus menghadiri kuliah umum di Universitas Fudan esok hari. Dia secara khusus dipanggil oleh Profesornya ke Universitas yang dulu dia tempati untuk menimba ilmu.
"Aku lupa menyiapkan materi untuk kuliah umum besok pagi." Dokter Gu menampar dahinya.
Dokter Gu mulai mencari materi-materinya di Baidu, "Jin Ling, tolong siapkan.."
(Baidu: Search engine seperti Google)
Dokter Gu, "…"
Fu Pei menggaruk-garuk kepalanya seolah-olah ada kutu di rambutnya, "Dia pergi beberapa detik yang lalu dokter."
"Ah aku mengerti." Dokter Gu berdiri dan merangkul Fu Pei sembari berkata, "Bisa bantu aku membuat PPT? Aku sangat lemah dalam teknologi."
(PPT atau Power Point)
Siapa yang lemah dalam teknologi? Bukankah dia adalan manusia modern yang memiliki tipe mobil terbaru dan gadget super modern? Keterampilan dokter Gu memang akan musnah jika itu tidak menyangkut hal-hal yang tidak dia sukai.
"Maafkan aku dokter, tapi aku harus membantu dokter Ma. Dia ada jadwal autopsi…" Fu Pei melihat arjlojinya, "…itu akan dimulai sepuluh menit lagi."
"Yah, yah, pergilah." Kata dokter Gu, "Aku akan membuatnya sendiri. Aku akan mengerahkan segenap kemampuanku ini."
Dokter Gu tengah berada di ruangannya, dia tampak memandangi laptopnya dengan serius. Jari-jarinya sama sekali tidak kelihatan bergerak untuk mengetik. Jika diibaratkan sebagai soft file yang biasa terdapat di dalam sebuah perangkat komputer, maka format yang bisa menggambarkan dokter Gu adalah jpg dan bukan mp4 atau MKV. Dari layar laptopnya tertulis kata-kata "buat slide baru", tetapi dia sama sekali tidak berniat untuk membuat slide untuk ppt-nya. Hal bodoh ini berlangsung sekitar sepuluh menit.
Sementara itu, di luar ruangan dokter Gu, pemuda kaya raya yang selalu mengenakan pakaian dan aksesoris berlabel GC nampak mondar-mandir seperti cacing kepanasan.
Jin Ling, si cacing kepanasan tampak bingung apakah ia akan mengetuk pintu ruangan seniornya itu atau tidak. Lengan pemuda itu terlihat memeluk sebuah map berwarna hijau bertuliskan "Thesis Jin Ling."
"Ah, masuk sajalah. Jika aku tidak mendapatkan tanda tangannya, thesis ku ini tidak akan selesai." Kata Jin Ling.
Pintu terketuk, suara malas terdengar dari dalam ruangan dokter Gu, "Masuk."
Tatapan dokter Gu beralih dari layar laptop ke arah Jin Ling yang tampak lesu. Ada seringai di dalam hati dokter Gu seolah-olah dia telah kedatangan dewa.
"Aku harus bersikap seperti biasanya." Kata dokter Gu didalam hatinya.
Jin Ling berjalan mendekat, tampak tidak enak dan sangat kikuk. Dokter Gu bertanya, "Apa yang ingin kau katakan?"
Jin Ling, "Ehm, itu.."
Jin Ling, "itu.. , aku.."
Dokter Gu, "Katakan saja, aku akan mendengarkannya. Apa yang membuatmu menjadi seperti ini? Apakah kau sedang mengalami PMS?"
(Pra Menstruasi)
Jin Ling, "…."
Dokter Gu terlihat menyanggah kepalanya menggunakan tangannya, tampak lesu dan tidak bersemangat, tetapi dia tidak mengatakan apapun.
Jin Ling merasa hati nuraninya terketuk. Dia benar-benar menyesali kepekaan yang ada pada hatinya. Pemuda tampan yang terlahir dengan sendok perak di mulutnya itu akhirnya meletakkan map-nya di sebuah meja di depan sofa yang ada di ruangan dokter Gu.
Dokter Gu berpikir, "Dia memakan umpanku."
"Menyingkirlah. Aku yang akan membuatkan ppt untuk dokter." Kata Jin Ling.
"Okay!" Dokter Gu segera berdiri dari tempat duduknya. Dan berjalan ke arah sofa, dia berkata, "Dimana aku harus bertanda tangan?"
Jin Ling, "…."
Jin Ling berpikir, "Apakah sudah terlambat untuk tidak menjadi asistennya?"
Jin Ling belum memulai pekerjaannya, tetapi dokter Gu sudah terlebih dahulu berkata, "Kerjakan di rumahku saja. Ini sudah larut malam. Aku akan membuatkanmu camilan tengah malam. Selain itu, aku harus merawat keluargaku."
Jin Ling mengangguk dan bertanya, "Keluarga dokter ada di Shanghai? Dia di rumahmu sekarang? Aku rasa tidak sopan bagiku untuk datang tanpa membawa buah tangan. Biarkan aku yang menyetir mobilnya, kita singgah sebentar di toserba 24 jam."
Dokter Gu tidak tahu harus tertawa atau menangis, "Kau tidak perlu…"
"Tidak, tidak, tidak.." Jin Ling melambai-lambaikan tangannya di depan dokter Gu dan berkata, "Orangtua dokter juga orang yang harus kami, para junior, hormati. Jika tidak ada mereka, maka senior seperti dokter tidak akan terlahir ke dunia. Selain itu.." Jin Ling mengambil mapnya dan berkata, "..aku selalu di ajarkan untuk berbuat baik pada setiap orang, terlebih lagi jika mereka adalah orangtua guruku. "
"Tapi kau…" Dokter Gu baru saja akan menjelaskannya, tetapi Jin Ling sudah terlebih dahulu keluar dari ruangannya.
Dokter Gu berpikir, "Terserah saja, kau tidak boleh mengutukku nanti nak."
Keduanya akhirnya sampai di rumah dokter Gu dan letnan Chen. Tangan Jin Ling tampak penuh dengan belanjaan yang dia beli dari toserba 24 jam. Pemuda kaya raya itu menghabiskan beberapa ratus ribu Yuan di tengah malam.
Dokter Gu melihat Jin Ling yang dengan semangat berjalan ke arah pintu rumahnya, "Kau akan menyesalinya."
Keduanya akhirnya masuk ke dalam rumah. Jin Ling dengan sopan duduk di sofa, tampak anggun dan mencerminkan pemuda yang memiliki kepribadian berbudi luhur.
"Dokter, apa keluargamu sudah tidur?" Tanya Jin Ling.
"Aku akan memanggilnya." Kata dokter Gu, Dokter Gu Wei dengan senang hati memanggil buah hatinya, buah hati yang baru saja dia beli beberapa hari yang lalu, "Jiangguo? Kemarilah, ada Gege tampan yang ingin bertemu denganmu."
Jin Ling berpikir, "Namanya 'buah kering'? Apa dia anak-anak?"
(Jiangguo: Nuts/dried fruit)
Merasa namanya dipanggil, bola bulu yang menggemaskan itu akhirnya muncul. Itu adalah Jiangguo, kucing baru dokter Gu berjenis Munchkin.
Jin Ling, "Dia..dia, dia Jiangguo? Dia yang kau maksud adalah keluargamu?"
Dokter Gu mengangguk, tangannya membelai bulu Jiangguo yang lebat, "Jangan mengutukku, itu semua salahmu karena tidak mau mendengarkan ku."
Jin Ling, pemuda sopan dan berbudi pekerti luhur tampak loyo. Tenaganya ketika mengangkat belanjaan yang baru saja dibelinya di toserba itu seolah-olah lenyap bersama rohnya yang akan naik ke surga.
Jin Ling berpikir, "Aku membelanjakan beberapa ratus ribu Yuan, membeli buah, tonik herbal, dan anggur, hanya untuk seekor kucing?"
*_
Tepat di pukul dua malam, petugas kepolisian yang bertugas untuk mengamankan dan melaksanakan penangkapan secara sembunyi-sembunyi terhadap tersangka yang terlibat dalam kasus pembelian narkotika, Song Manchu, sedang bersiaga di pelabuhan Waigaoqiao.
Letnan Chen berada di dalam mobilnya, tengah mengawasi situasi bersama dengan Si Zhui. Sementara Jing Yi berada di bandara Pudong untuk mencegah Song Manchu mengubah rencananya.
Menangkap dua tikus dengan satu jebakan adalah rencana Letnan Chen. Selain untuk menangkap Song Manchu yang akan berlayar menggunakan kapal ilegal, letnan Chen juga akan berupaya untuk meminimalisir adanya kapal yang menyelundupkan orang-orang yang tidak seharusnya pergi dari dataran China.
Tiga jam berlalu, sudah pukul tiga pagi, tapi mereka masih belum melihat penampakan Song Manchu. Pihak kepolisian sudah berjaga hampir semalaman, tidak tidur dengan kantong mata sepanjang empat centimeter dibawah mata mereka. Walau demikian, para petugas kepolisian dari Unit Kejahatan Kepolisian Shanghai itu tidak bisa mengendurkan penjagaan mereka.
Beruntung, tiga puluh menit kemudian, apa yang mereka nantikan benar-benar muncul. Song Manchu telah muncul dan merubah penampilannya. Dia hanya memakai pakaian olahraga, bersiap menaiki kapal Jepang yang akan membawanya keluar dari Tiongkok.
Tetapi bahkan sebelum kakinya menginjakkan dek kapal, Song Manchu sudah terlebih dahulu dihentikan oleh pihak kepolisian.
Pihak kepolisian sudah mau berbaik hati dan menyuruh bos besar Song Group itu untuk menyerah, namun pria paruh baya itu masih tidak mau menyerah dan memilih untuk berlari ke dek kapal. Kapal yang akan membawa Song Manchu itu kabur juga tampak kehilangan kendali saat mereka tahu bahwa pihak kepolisian tengah berada di pelabuhan. Jika kapal mereka tertangkap, maka tamatlah riwayat mereka.
Rasa kesihan dan kesempatan untuk Song Manchu sudah habis. Letnan Chen sudah kehabisan kesabarannya. Sebagai gantinya, letnan Chen melepaskan peluru panas dari pistolnya hingga peluru itu bersarang di paha Song Manchu.
Bunyi tembakan terdengar disuluruh pelabuhan Waigaoqiao.
Song Manchu berhasil diamankan dan langsung dibawa ke kantor polisi Shanghai. Dia tampak kesakitan ketika peluru panas yang masih bersarang di pahanya itu belum dikeluarkan.
Pernyataan nasional dan pemberitaan mengenai tertangkapnya CEO Song Group akhirnya tersebar luas bahkan ke televisi Internasional. Dan dalam hitungan detik, saham Song Group luluh lantah dan jatuh ke titik terendah.
Tidak butuh waktu lama untuk seorang penjahat seperti Song Manchu ini untuk diadilie. Beberapa hari setelah penangkapannya, sidang pertamanya akhirnya digelar. Jaksa Xifan selaku jaksa penuntut umum menuntutr hakim ketua menjatuhkan vonis hukuman mati untuk Song Manchu atas tiga kejahatan besar yang menjeratnya, membunuh ayah kandungnya sendiri, terlibat dalam pengedaran narkotika dan obat-obatan terlarang, serta tersangka penganiayaan terhadap almarhumah istrinya.