Jika Tuhan berkenan, aku ingin mengukir namamu dan namaku dalam sebuah ikatan bernama Cinta.
Paris Cassandra Hubert.
Paris adalah ibu kota Perancis. Terletak di sungai Seine, di utara Perancis, di jantung region Île-de-France. Kota Paris pada batas administratifnya memiliki penduduk 2.167.994 jiwa. Paris terkenal sebagai kiblat fashion dunia. Paris juga terkenal dengan sebutan "city of light" karena keindahannya di malam hari.
Paris, hanya dengan menyebut nama itu orang akan mengingat menara Eiffel. Tempat yang di anggap paling romantis di dunia. Tetapi, kali ini Paris Cassandra Hubert bukanlah nama sebuah ibu kota. Wanita muda berusia dua puluh satu tahun yang telah menyandang nama Hubert di belakang namanya. Arselino Hubert, ia adalah adalah seorang pengusaha kaya raya, pria itu memiliki beberapa mall kelas atas di Perancis, ia juga memiliki beberapa persen saham di pabrik kendaraan roda empat yang memproduksi mobil termahal di dunia, ia juga miliki saham di beberapa perusahaan yang bergerak di bidang properti, tak tertinggal ia juga memiliki beberapa hotel bintang lima di negara itu.
Paris, wajahnya seelok namanya, tubuhnya tinggi semampai dengan rahang yang sempurna. Dagunya yang runcing, hidungnya yang lancip sempurna, kelopak matanya besar, bulu matanya seindah sayap kupu-kupu dan memiliki alis yang sangat lebat. Bibirnya yang sensual melengkapi kecantikan wajahnya, rambutnya berwarna hitam seolah kontras dengan warna kulitnya yang putih. Matanya yang berwarna hijau menambahkan kecantikannya yang luar biasa menjadi semakin sempurna.
Arsen, begitu biasanya Arselino Hubert di panggil. Pria itu tergila-gila saat pertama kali bertemu Paris di ruang kerjanya, kecantikan Paris membuatnya tidak mampu untuk membiarkan gadis itu lepas dari genggamannya. Ia tidak pernah menyangka jika mendiang istrinya memiliki keponakan secantik Paris. Ya, sepuluh tahun yang lalu istrinya meninggal dunia saat melahirkan putri pertama mereka. Istrinya adalah adik bungsu ibunda Paris, kakak iparnya yang kini menjadi ibu mertuanya.
Paris dan kedua orang tuanya tinggal di Swiss. Tetapi, Paris di kirim oleh ayahnya ke Perancis dalam rangka menjalani hukuman agar belajar hidup mandiri. Ayahnya kewalahan karena tingkah lakunya yang gemar membuat masalah dan menghabiskan uang. Ayahnya telah angkat tangan karena kenakalan Paris hingga meminta tolong kepada Arsen untuk mendidiknya tetapi faktanya Arsen justru bertekuk lutut dan meleleh di kaki keponakannya.
Di sisi lain Paris, berkali-kali ia menolak lamaran Arsen karena ia tidak ingin memiliki suami yang terpaut usia dua puluh tahun dengannya. Usianya baru dua puluh satu tahun dan seorang pria berusia empat puluh tahun melamarnya? Tentu saja Paris menolak. Apalagi pria itu memiliki seorang anak berusia sepuluh tahun. Demi Tuhan, Paris tidak ingin menjadi ibu di usia muda. Ia adalah penganut paham hidup bebas tanpa ikatan, ia menyukai hal-hal gila, ia sedikit maniac dan terkadang berfantasi liar bersama pria yang hanya ada di dalam pikirannya.
Setelah Arsen melamarnya untuk yang kelima kalinya akhirnya Paris menyerah. Paris luluh karena materi yang di berikan oleh Arsen, bukan karena cinta. Di samping ia adalah gadis yang sedikit gila dalam artian lain, ia juga penggila materi. Arsen cukup pandai menilai Paris, ia memberikan segalanya dalam bentuk materi. Uang, mobil, berlian, tas bermerek, kartu kredit tanpa limit. Semua ia persembahkan untuk Paris, bahkan sebuah pent house dengan latar belakang mengarah langsung ke menara Eiffel, ia berikan untuk Paris. Dan semua yang di berikan Arsen kepadanya adalah atas nama Paris.
Paris menerima lamaran Arsen dengan syarat Arsen tidak boleh melarangnya untuk bergaul dengan siapa pun selama dalam batas wajar. Arsen menyetujui syarat yang di ajukan oleh Paris selama Paris bisa menjaga nama baik Hubert yang akan melekat di belakang namanya kelak. Bagi paris itu syarat yang mudah. Tentu saja ia menyanggupinya.
Pernikahan yang sama sekali tidak dilandasi dengan cinta, entah apa jadinya. Arsen yang tergila-gila kepada kecantikan Paris dan Paris yang tergila-gila dengan kekayaan Arsen.
Satu tahun berumah tangga ternyata sama sekali tidak membuat Paris bahagia. Kekayaan yang tak ternilai harganya, kebebasan yang ia nikmati, kehormatan dan kehidupan sosial kelas atas. Terasa membosankan.
Untuk apa memiliki materi yang sempurna? Untuk apa memiliki kehidupan sosial kelas jet set? Untuk apa memiliki suami yang memujaku bak seorang manusia yang menyembah dewi, jika yang ada hanya hawa dingin di atas tempat tidurku?
Seperti saat ini mereka sekarang berada di atas ranjang. Kurang dari lima menit suaminya telah mencapai puncaknya, melepaskan penyatuan mereka dengan napas yang memburu Arsen terkulai lemas di samping tubuh Paris. Sedangkan Paris? Ia sama sekali belum mendapatkan apa pun, suaminya tidak pernah berusaha lebih gigih lagi di atas tempat tidur.
"Aku masih menginginkannya," erang Paris dengan nada memohon.
"Tunggu sebentar aku akan pulihkan tenagaku terlebih dahulu," ucap Arsen sambil mengatur napasnya, dengan posesif lengannya melingkar di pinggang Paris.
Semua hanya bualan Arsen karena faktanya pria itu telah mendengkur dengan halus di samping Paris yang tubuhnya kaku sekaku kayu.
Paris, wanita cantik itu hanya mampu menghela napasnya yang terasa menyesakkan d**a kemudian ia mengembuskannya perlahan. Meski hati dan jantungnya terasa membengkak di dalam dadanya ia tak mampu berbuat apa-apa. terkadang ia menyesali keputusannya menikahi pria yang tidak diketahui bagaimana permainannya di atas tempat tidur, pada saat itu Paris dan memang belum pernah melakukan hubungan badan dengan Arsen. Saat itu Paris yakin, Arsen adalah pria yang berpengalaman karena statusnya pernah berumah tangga.
Seharusnya saat hendak membeli sebuah mobil, bukankah sebaiknya kita harus melakukan test drive terlebih dahulu?
Paris sama sekali tidak mengira jika pria yang ia nikahi mengalami cacat secara s****l. Pria yang dinikahinya mengalami menderita penyakit yang di namakan ejakulasi dini. Mungkin.
Lima menit kemudian ia perlahan melepaskan lengan suaminya, menurunkan kedua kakinya lalu berjingkat menuju kamar mandi. Paris menarik sebuah laci yang berisi barang-barang keperluannya, ada sebuah botol polos kecil di sana berisi obat. Ia mengambil satu butir dan menelan menggunakan air yang ada di botol air mineral yang selalu di siapkan oleh maid di rumahnya khusus untuknya di dalam kamar mandinya. Paris tidak ingin memiliki anak dari Arsen, tidak juga pria lain. Ia tidak ingin tubuh indah dan kecantikannya rusak hanya karena anak.
Paris menarik bagian laci yang lain, ia meraih sebuah benda berbentuk alat kelamin pria. Mengolesinya dengan cairan khusus kemudian Paris mulai mempermainkannya di antara kedua pahanya, dengan caranya sendiri yang tampak begitu ahli hingga ia merintih mengerang seraya pikiran nakalnya mengembara, membayangkan bercinta bersama seorang pria yang belum pernah ia temui, pria khayalannya yang hanya ada di dalam pikirannya. Pria yang mampu memuaskannya, pria yang mampu mengerti dirinya yang liar di atas ranjang hingga ia menjerit, mengerang lalu melebur.