Woman on top

897 Words
Penuh sandiwara, itulah Paris. "Sayang...!" seru Paris seraya melangkah cepat menghampiri suaminya lalu menghambur ke dalam pelukan Arsen. "Sayang, kau ada di rumah rupanya. Kau kembali begitu cepat apa hari ini ada acara khusus?" tanya Paris dengan nada manja yang mampu membuat Arsen benar-benar bisa meleleh di kaki Paris hanya dengan mendengar Paris memanggil namanya. "Dari mana saja kau?" Arsen memeluk istri kesayangannya lalu menghadiahkan ciuman kecil di rambut yang ada di kepala Paris dengan penuh kasih sayang. Paris menggeliat di dalam pelukan Arsen, ia sedikit mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah suaminya dengan tatapan khasnya yang nakal. "Aku hanya pergi makan bersama teman-temanku," jawabnya. "Oh ya? Apa yang kalian makan tadi siang?" "Aku hanya makan satu piring salad," jawab Paris dengan nada tidak berminat membahas apa yang ia makan. Yang jelas tadi siang ia makan di sebuah restoran bersama teman sosialitanya yang lain. Setelah ia bercinta bersama Kazuma tentunya. "Malam ini kita harus menghadiri pesta perjamuan," kata Arsen memberitahu istrinya. Tangannya dengan gerakan lembut membawa sejumput rambut paris ke belakang telinganya. Samudra matanya yang berwarna biru menatap Paris penuh kasih sayang. "Kenapa mendadak sekali?" tanya Paris dengan nada protes. Namun, ia sama sekali tidak bertanya pesta apa yang akan mereka hadiri. Arsen meraih pinggang Paris lalu mereka berjalan beriringan menuju kamar mereka. "Aku telah menyiapkan gaun untuk kau kenakan malam ini," katanya. Paris menghentikan langkahnya, ia tersenyum manis kemudian mengecup sebelah pipi suaminya. "Terima kasih sayangku, aku yakin gaun itu sangat indah." Wajah Arsen tampak berseri-seri, istrinya sangat patuh dan manis di matanya. "Kau lebih indah dari apa pun," ujarnya. "Kau selalu mengerti keinginanku. Kau benar-benar suami yang sangat baik, aku sangat beruntung." Suara Paris terdengar begitu manis. Arsen memang selalu mengerti selera Paris, setiap kali hendak menghadiri acara pesta Paris hanya tinggal duduk manis orang-orang suruhan Arsen mendandaninya dengan sempurna sesuai instruksi Arsen. "Akulah yang beruntung memilikimu, kau sangat cantik, sayangku, aku sangat memujamu," ucap Arsen. "Arsen, aku menyukai caramu memujaku. Aku tidak bisa hidup tanpamu suamiku," ucap paris. Aku tidak bisa hidup tanpa uangmu, Arsen. Arsen selalu terbius oleh ucapan Paris, ia segera meraih telapak tangan istrinya menghadiahkan kecupan manis di ujung jemari Paris. Menatap Paris dengan penuh kekaguman lalu menggendongnya ala bridal style memasuki kamar mereka. Di dalam kamar Paris menautkan bibirnya di bibir Arsen, lidahnya yang mungil mendorong masuk membelai lidah hangat Arsen. Arsen membalas cumbuan bibir Paris, menyelimuti bibir Paris hingga menimbulkan suara-suara kecil penuh gairah yang berasal dari tenggorokan wanita itu. Tangan Paris bergerak menelusuri kancing kemeja Arsen, dengan tidak sabar ia membuka kancing itu satu demi satu tanpa melepaskan cumbuan bibir mereka. Jemarinya begitu terlatih membuka kancing pakaian pria. Ia bahkan tidak memerlukan indra penglihatannya untuk melakukan pekerjaan seperti itu, dalam sekejap d**a bidang Arsen telah terbuka, tersaji dengan indah. Pria tampan berusia empat puluh tahun itu memiliki d**a yang kokoh. Paris dengan leluasa membelainya, tangannya meraba ke bawah di mana sesuatu yang mengeras di antara paha Arsen telah tersiksa di balik kain. Dengan sekali jentikan Paris melepaskan pengait ikat pinggang yang di kenakan suaminya lalu telapak tangannya menyusup membelai benda yang tengah meronta meminta pembebasan. Sementara Arsen, sebelah tangannya berada di pinggang ramping Paris dan sebelah tangannya meremas gundukan kenyal di d**a Paria yang telah menegang di balik kain bra yang membungkusnya. Istrinya mengerang merintih dengan sensual. Arsen hampir gila setiap menghadapi Paris yang terbakar gairah. Arsen mengubah posisi mereka, ia membuka pakaian Paris kemudian ia membasahi ujung d**a Paris yang mengeras dengan lidahnya, menggigitnya hingga Paris menjerit dalam nikmat. "Apa kau ingin terlebih dulu, sayangku?" tanya Arsen. Paris mengangguk. Arsen mengerti apa yang istrinya inginkan. Ia bergerak membuka laci nakas di samping tempat tidur mereka untuk mengambil benda yang biasa istrinya mainkan, Arsen tahu jika Paris memiliki banyak koleksi benda seperti itu. Bagi Arsen, hal itu tidak masalah selama istrinya hanya bermain benda mati bukan mencari kepuasan dari benda sejenis yang bernyawa. Arsen memainkan benda itu di antara kedua paha istrinya sambil mencumbui bibir istrinya yang telah bengkak dan tampak semakin menggairahkan. Paris, otaknya mengembara. Membayangkan sesosok pria yang ada di dalam imajinasinya. Pria yang ada di dalam khayalannya, pria yang mampu memuaskannya, mengalahkannya. Jika suatu saat ia bertemu pria itu, Paris bertekad akan melepaskan segalanya, bahkan kekayaan Arsen sekalipun. Ia akan menyembah pria itu di kakinya demi untuk meminta pria itu memuaskannya setiap saat. Sayangnya, ia telah mencicipi banyak pria tetapi tidak satu pun dari mereka memenuhi kriteria yang seperti Paris inginkan. Arsen memberikan apa yang Paris minta, setelah Paris selesai, Paris memosisikan dirinya di atas Arsen. Paris menyukai gaya woman on top. Bagi Paris pria yang boleh berada di atasnya hanya pria yang lebih hebat darinya, ia tidak ingin di kuasai oleh siapa pun. Tidak boleh ada pria mana pun yang boleh mengendalikannya. Paris selalu memegang kendali dalam permainan. Perlahan Paris menyatukan tubuhnya diatas tubuh Arsen, memorak-porandakan Arsen yang hanya mampu menggeram di bawah kuasanya dalam beberapa menit Arsen telah melebur. *** Mengenakan long dress berwarna navy yang hanya melekat di dadanya Paris berjalan dengan anggun di samping Arsen yang menggandengnya. Arsen meski usianya tak muda lagi ia masih terlihat tampan, gagah dan pastinya berwibawa sebagai salah satu orang yang sangat berpengaruh bagi perekonomian negara itu. Bak pasangan yang saling menyempurnakan mereka melangkah tanpa ragu-ragu, Paris terus mengumbar senyumnya setiap ia bertemu dengan rekan kerja suaminya yang menatapnya dengan tatapan lapar dan mengagumi wajah serta bentuk tubuhnya. Sementara Arsen, ia tidak peduli istrinya ditatap oleh pada pria lain dengan tatapan ingin menerkam Paris. Yang ia pedulikan hanya Paris sangat cantik, tubuh Paris sangat indah, Paris adalah istrinya, seluruh dunia harus melihat keindahan Paris.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD