"Kau tidak akan percaya jika sebenarnya sudah sejak lama aku menatapmu!" Elice berhenti mengunyah makanannya untuk balas menatap Sunan. "Aku hanya tidak pernah berani berpikir kau akan mau menikah dengan pria sepertiku, mengandung darah dagingku, dan menghabiskan sarapan bersamaku." Dari dulu Sunan hanya standar, tidak sejenius Clavin yang dapat menahlukkan Elice. "Kenapa kau berpikir seperti itu?" Elice juga masih kaget. "Aku merasa bukan tipemu." "Siapa yang perduli!" tegas Elice persis seperti gayanya dari dulu. Elice memang tidak akan bertele-tele seperti kebanyakan wanita yang suka main perasaan. Tapi bukan berarti hati Elice tidak tersentuh dengan perhatian tulus yang selama ini diberikan Sunan. Elice hanya tidak pernah membahasnya. Mereka masih saling menatap sampai kemudian