Kriet …. Membuka pintu perlahan, ibu Raina mendapati putri satu-satunya itu terduduk di lantai dengan memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya. "Sayang," panggilnya seraya menghampiri Raina. Ia menunduk kemudian berjongkok tepat di hadapan Raina. "Jadi untuk siapa air mata ini mengalir?" tanyanya seraya mengusap sisa-sisa air mata. Raina mengusap air matanya kasar dan mencoba mengukir senyumnya. "Maaf, Bu," ucapnya. "Kau tahu, disaat seperti ini mengingatkan saat kau masih kecil. Kau menangis karena temanmu mengganggu dan ibu akan menenangkanmu," terang sang ibu seraya membentuk kurva lengkung di bibirnya. Ia tahu anaknya dalam kondisi yang buruk, tapi yang bisa ia lakukan hanyalah menghibur. Jika suasana hati Raina membaik, ia pasti akan mengatakan semuanya. "Aku ingin jadi anak kec