"A-apa yang kamu lakukan?" ucap Nadia dengan suara sedikit tercekat. "Jangan marah, segeralah obati," pinta Keanan dengan suara lembut tepat di depan wajah Nadia yang kini mulai terlihat memerah. Nadia diam tak berkutik. Kali ini ia tidak mampu berontak atau bergerak seperti biasanya yang kerap menolak jika Keanan berlaku kurang ajar kepadanya. Keanan membantu Nadia mengambil botol obat merah yang tadi Nadia taruh ke dalam kotak beserta cotton bud. Nadia tentu tidak akan gegabah menempelkan obat merah dengan menggunakan kapas pada bibir Keanan yang luka. Itu sebabnya ia tadi mengambil benda kecil tersebut guna mengolesi cairan merah ke atas luka robek bibir Keanan. "Maafkan aku sebelumnya kalau mungkin saja kamu akan merasakan perih." "Tidak masalah, lakukan saja." Keanan berusaha