53

1228 Words

Mobil hitam itu berhenti dengan mulus di depan gedung tinggi tempat Kalinda bekerja. Bram mematikan mesin mobilnya, menatap wajah cantik istrinya yang duduk anggun di sampingnya. Kalinda membetulkan tas di pangkuannya, lalu menoleh, senyum tipis namun hangat terukir di bibirnya. Ia menunduk, mencium punggung tangan Bram dengan penuh takzim—sebuah kebiasaan kecil yang selalu membuat Bram merasa dirinya memiliki Kalinda seutuhnya. Lelaki itu menahan jemari istrinya sedikit lebih lama, seakan enggan melepas. “Dek…” suara Bram rendah, nyaris berbisik. “Mas nggak akan ke kampus hari ini. Ada urusan di perusahaan. Bakalan sibuk banget. Mungkin Mas nggak bisa bales chat kamu cepat, atau malah nggak bisa kabarin sama sekali.” Kalinda mengangkat wajah, menatap dalam ke arah suaminya. Ada sinar p

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD