Bukan Kepala Yang Itu!

1024 Words

Akhirnya kami sampai di rumah juga. Segera Pak Michael turun dan membuka pintu mobil untukku. Dulu sih gak kebayang bakalan ada adegan ini. Boro-boro dibukain pintu mobil, jalan aja sering ditinggal di belakang. Kalau aku protes, ujung-ujungnya dia ngatain kakiku yang terlalu pendek dan gak bisa ngejar langkah dia yang emang panjang-panjang. Sekarang malah dia yang ngalah jalan agak pelan. "Moza mana? Kok gak turun?" tanya Pak Michael setelah aku berdiri di samping mobil. Ah iya, satu lagi. Setelah kami menikah, aku selalu harus duduk di depan. Alasannya biar si Moza bisa tiduran katanya. Lah, bukannya dulu waktu aku masih jadi istri sirinya, aku malah disuruh duduk di belakang. Alasannya takut Moza di culik. Entah, mana yang benar. "Tadi sih masih main robotnya di dalam," jawabku. Iya

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD