Lelaki Aneh

1250 Words
Tepat di depan gapura komplek, tiga orang teman Nia itu mencari taksi online yang mereka pesan sebelumnya. Mobil tak bisa masuk ke dalam komplek karena gang maupun jalanan yang amat sempit, jalanan komplek hanya bisa di lewati motor saja, sisanya warga lebih suka bila mereka berjalan kaki. Ratna dan Rana celingukan mencari taksi online yang mereka bertiga pesan, arah rumah mereka memang satu tujuan sehingga memudahkan untuk memesan kendaraan yang sama. Lagi pula mereka lebih berhemat bila patungan bertiga. “Kamu udah di hubungi sama bapak sopirnya belom?” tanya Mitha. “Iya bapaknya bilang tadi bakal sampai lima menit lagi” jawab Rana, ia masih celingukan mencari plat kendaraan yang cocok dengan aplikasi. “Hei nggak ada mobil yang sama kayak di aplikasi, itu artinya si bapak belom sampe” sahut Ratna. Mata elang Rana menangkap sesuatu yang amat familiar tak jauh dari tempat mereka bertiga berdiri, Rana memicingkan matanya untuk memastikan apa yang ia lihat benar-benar hal yang ia pikirkan. Langkah Rana mulai bergerak sedikit mendekati sesuatu yang tak asing itu. “Hei Mitha, lihat deh disana” ujar Rana, Mitha dan Ratna seketika melihat kemana Rana menunjuk. “Apa?” tanya Mitha, ia tak sadar Rana sudah berjalan agak jauh dari mereka berdua. “Itu, lihat itu” tunjuk Rana pada benda besar dan tak asing. Bergegas Mitha mendekati Rana yang sudah berjalan agak jauh, Rana dan Mitha saling berpandangan saru sama lain. Mereka melihat mobil sport Ferrari berwarna hitam pekat yang pernah di kendarai oleh rekan kerja di rumah sakit, hanya ada satu orang yang memiliki mobil jenis ini di tempat mereka. “Hei, kenapa dia ada di sini?” tanya Mitha penasaran. “Kamu juga kepikiran sama kan denganku? Kalo benar, kenapa dia ada disini?” gumam Rana. Mitha celingukan mencari pemilik mobil mewah ini, tak salah lagi hanya dia yang selalu membawa mobil hitam kesayangannya ini saat sedang tak bekerja. Yang jadi pertanyaan kenapa dia memarkir mobil mahal ini di tempat terbuka rawan maling? “Hei nona-nona, kalian ngapain disini?” tanya seorang lelaki yang tiba-tiba muncul di depan mereka. “Uuh anu, kami sedang cari taksi online yang udah di pesan. Katanya udah nyampe tapi ternyata belum ketemu juga” sahut Mitha mengalihkan pemuda itu. Mata pemuda yang tak lain adalah pengawal Rafael bernama Udin itu memicingkan mata menatap kedua gadis manis di depannya, “Tunggu saja di depan gapura komplek, kalo kalian jalan-jalan sopirnya bakal kewalahan cari dua orang badung kayak kalian” Darah Rana meninggi seketika mendengar ledekan Udin yang menyebalkan, ia hampir saja memukul wajah kecil pemuda yang baru saja mereka temui, “Hehe baik baik, makasi mas. Kami bakal balik lagi kesana” kata Mitha. Spontan Mitha menyeret Rana agar menjauhi lelaki yang mengenakan pakaian serba hitam itu, tak banyak yang ingin di lakukan oleh Mitha selain menghindari masalah. Lagi pula di lihat dari perangainya saja lelaki berbadan tinggi itu seperti bukan lelaki baik-baik. * Tepat saat ketiga temannya telah pulang, Nia kembali ke dapur untuk membersihkan sisa piring kotor. Makan malam hari ini benar-benar menjadi pengalaman indah untuk Nia, sejak sekolah ia jarang memiliki teman dekat dan baik seperti temannya saat ini. Nia menengok ibunya di kamar yang tengah tertidur, senyum Nia merekah ketika ibunya tenang dan bahagia. Belum pernah rasanya Nia melihat sang ibu begitu gembira seperti tadi, Nia ingin sekali melihat ibunya tersenyum seperti itu setiap hari. “Nduk?” panggil ibu Nia. “Iya bu? Nia disini” jawab Nia pelan, ia segera kembali ke kamar ibunya. “Ada apa bu? Ibu butuh sesuatu?” tanya Nia, ia duduk di pinggiran tempat tidur ibunya. Ibu Nia tersenyum melihat putrinya yang cantik walau tak mengenakan make up sama sekali, “Nduk, ibu pingin keluar sebentar” “Hemm, sudah malam bu. Angin hari ini juga dingin banget, Nia khawatir nanti ibu kena masuk angin” jawab Nia tak setuju, ia lebih kaget lagi karena ibunya tiba-tiba bangun dari tidur. “Nggak apa-apa nduk, sebentar aja ya. Ibu pingin banget lihat jalanan malam, ini kan malam minggu ibu pingin lihat anak-anak komplek lagi main di luar” pinta ibunya sangat kekeh. Nia tak punya pilihan lain selain menuruti keinginan sang ibu, “Baik, tapi bentar aja ya. Udaranya bener-bener dingin banget bu” Nia mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu, dengan cekatan namun berhati-hati Nia mengenakan jaket untuk sang ibu. Perlahan ia menuntun ibunya duduk di kursi roda dan mendorong sampai ke teras rumah. “Uwaah lihat bu, bintangnya banyak banget di langit” seru Nia, ia menunjuk banyaknya bintang yang bertebaran di atas langit. “Cantik ya nduk?” Nia mengangguk senang, ia terus mendorong kursi roda ibunya hampir mendekati pagar kayu. Namun Nia terhenti ketika melihat sosok lelaki berbadan tinggi yang berdiri tak jauh dari Nia dan ibunya berada, lelaki itu tersenyum sangat manis saat melihat dua orang kesayangannya seakan datang menghampiri. “Mas? Kamu.. ngapain malam-malam disini?’ tanya Nia tak percaya. Rafael mendekati ibu dan anak yang terdiam melihat kehadirannya, “Maaf aku datang terlambat di acara makan malam kalian, aku harap belum terlambat untukku datang” kata Rafael. “Hei, aku nggak..” sahut Nia namun di potong oleh ibunya. “Nggak apa-apa nak, ibu yakin banget kamu pasti datang” kata ibu Nia dengan senyum sangat bahagia. Rafael menyerahkan bingkisan bunga dan juga tiga kotak lumayan besar pada Nia, “Aku hanya bisa membawa ini untuk kalian” “Ini banyak banget, mas” ujar Nia. “Nak, kamu masuk dulu ya. Biar di buatkan minum sama Nia, ibu nggak enak kalo kamu langsung pulang” pinta ibu Nia. “Iya, dengan senang hati bu” jawab Rafael sangat gembira. ‘Lah, dia mau-mau aja di minta bertamu di jam malam begini?’ tanya Nia dalam hati. Rafael langsung mendorong ibu Nia kembali ke teras meninggalkan Nia bengong sendiri di depan halaman, sungguh lelaki aneh yang pernah ia temui. Walaupun Nia tak pernah tahu siapa dia tapi tingkah lelaki itu seperti sudah mengenalnya selama bertahun-tahun. Ibu Nia menatap lelaki super duper ganteng yang pernah di lihat selama ini, wajah gantengnya seakan membuat ibu Nia terkesima walau di malam hari. Lelaki muda ini juga sama sekali tak keberatan duduk maupun tinggal di rumah tua miliknya. “Nak, kamu kok nggak langsung masuk aja tadi? Nia sudah masakin banyak banget buat kamu dan teman-teman” Rafael jadi bingung sendiri di buatnya, “Emm, saya datang terlambat tadi jadi.. nggak enak kalo mengganggu jalannya acara makan malam” jawab Rafael seenaknya. Tak berselang lama Nia datang dari dapur membawa minuman hangat dan manis, melihat Nia meletakkan teh manis di meja seakan membuat tubuh Rafael bergidik ngeri seketika. Ia melirik dua orang wanita yang duduk terdiam menatapnya intens. “Silahkan di minum, mas. Nggak ada yang tersisa di dapur, kami hanya punya teh manis saja” kata Nia datar. “Iya terima kasih, minum ini saja aku sudah suka banget kok” jawab Rafael tegang, ia meneguk teh yang di buat Nia dengan cita rasa sangat manis menyiksa badannya. “Kalian ngobrol aja ya, ibu tinggal ke dalam” ujar ibu Nia sembari membawa diri ke dalam. “Ibu biar aku bantu” kata Nia. “Nggak usah, nduk. Ibu bisa kok, Nia temenin masnya aja ya ngobrol” tolak ibunya sembari berlalu. Nia terkejut tiba-tiba ibunya memiliki kekuatan super membawa dirinya di kursi roda ke dalam kamar, Nia berbalik menatap lelaki yang diam saja namun senyum terus menghiasi kedua sudut bibir. “Hei, selamat malam Nia” sapa Rafael penuh keceriaan di sudut kedua bibirna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD