Bab 18.

1677 Words

Setelah berpakaian Jenita keluar kamar. Tujuannya hanya untuk menemui anak lelakinya. Tungkainya baru maju selangkah saat indra pendengarannya menangkap tawa renyah dari ketiga sosok yang juga menghuni rumah itu. Sumber suara berasal dari ruang tengah di mana terdapat plasma TV di sana. Kaki Jenita semakin terayun, melangkah setengah malas karena di ruangan tersebut terdapat sosok lelaki yang ingin ia hindari. Bertemu dengan Tian si Tukang Tuduh membuatnya harus banyak memiliki stok sabar. “Jen.” Bibi Anisa yang pertama kali menyadari kedatangannya. “Sini, Sayang.” Wanita paruh baya itu menepuk sisi kanan sofa yang diduduki. “Momi, come here. El lagi habisin makanan yang dibawa Daddy Elang, Mom,” seru El. Jenita melanjutkan langkah. “Enak sayang makanannya?” “Enak semua, Mom.” El menj

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD