Hari ini Shafir di izinkan keluar dari mansion, tapi dia masih dalam menjalankan tugas untuk membeli beberapa keperluan di kota. Shafir di temani, Alex. seorang supir yang biasa menemani para pelayan untuk membeli bahan pangan. dengan mobil box khusus mereka pergi menuju pasar swalayan untuk segera mencari kebutuhan yang Kepala pelayan Suesan katakan.
sesampainya di swalayan Shafir turun, senang rasanya bisa keluar dari Mension itu, walau tempat itu begitu megahnya. tetap saja bisa rasanya jika terus-menerus seharian berada di tempat itu.
Shafir bejalan di depan sedangkan Alex mendorong troli di belakang Shafir lelaki dengan banyak tato itu terlihat santai dan mengamati setiap gerik Shafir. sejujurnya dia sedikit tertarik dengan wanita itu, di antara para pelayan Hanau Shafir yang terlihat tidak memperdulikannya padahal, dia cukup populer, bahkan pernah berkencan dengan beberapa pelayan di sana.
Shafir mengambil beberapa bahan makanan, seperti kentang, kubis dan lain-lain. mereka bejalan menuju tempat daging segar di sana Shafir membeli daging merah seusai dengan apa yang tertulis di catatan Kepala pelayan Suesan.
saat dia asik memilih dan berbelanja, perasaan Shafir berubah, ia mendengar suara familiar hingga langkahnya berhenti dan gemetar. dia pernah menjadi wanita buta membuat dirinya hidup dalam kepekaan Indra lain. Renata menoleh mencari arah suara itu dan benar saja dia melihat Gaston berdiri di hadapannya bersama dengan Rora yang bergelayut manja di sampingnya.
Shafir terdiam dia tercekat dengan tatapan mata tajam ke arah dua orang itu. Rora awalnya tidak menyadari namun. setelah beberapa waktu dia mengamati Shafir serta kesal melihat bagaimana wanita itu menatap ke arahnya.
"Ada apa!" ucap wanita itu nampak kesal ke arah Shafir. Gaston langsung mengikuti arah pandang kekasihnya dia menatap sinis Shafir seolah wanita itu adalah hama.
"Hei! kenapa kau menatap kekasihku seperti itu?" ujar Gaston dengan nada bertanya. air mata Shafir memupuk dia bergetar dengan tangan yang mengepal. Alex dari jauh merasa ada yang salah langsung mendekati Shafir.
"Maaf, Tuan dan Nona. maaf ... temanku agak sensitif ..." ujar Alex sambil menarik Shafir menajuh.
"Shafira kau kenapa? apa masalahmu hingga menatap seseorang seperti itu!" ujarnya Alex.
Shafir hanya diam, dia tidak bergeming dengan air mata yang berlinang berlinang akhirnya. sungguh Alex menjadi terkejut karena dia tidak tahu mengapa tiba-tiba wanita itu menangis.
Shafir menangis sejadi-jadinya, dia terisak hingga terduduk di lantai. mereka menjadi pusat perhatian orang lain.
"Hei, Shafir ...." wanita itu bangkit dan langsung berlari menuju mobil di sana dia mengusap air matanya dan berusaha untuk menenangkan dirinya.
nafas Shafir terasa sesak, dia merasa hatinya kelu dan sakit hati. bagaimana mereka bisa hidup dengan baik-baik saja saat sudah menghancurkan kehidupannya? bagaiman bisa mereka tertawa bahagia saat sudah melenyapkan nyawa seseorang.
kebencian Shafir memuncak rasanya d**a wanita itu terbakar dengan api kemarahan dan dendam. tidak lama kemudian Alex datang dengan daftar sisa belanjaan yang lain. pria itu masuk dan menatap Shafir sejenak. walau tidak tahu Kenapa dia merasa sesuatu sudah terjadi dan membuat Shafir sedih.
"ini untukmu, tenangkanlah dirimu ...." ujar Alex. Shafir mengambil air itu dan meminumnya.
"Terima kasih ...." ucap Shafir dengan menunduk. merasa sedikit tenang hingga akhirnya dia mengangkat wajahnya kembali.
"Maafkan, aku. aku membuat kau yang harus berbelanja ... padahal ini tugasku," ucap Shafir.
"Tidak, masalah. lagi pula ini sudah tinggal sedikit ... lupakan dan mari kita pulang, sudah sedikit terlambat mungkin kepala pelayan Suesan sudah menunggu." jelas Alex.
mereka akhirnya pergi meninggalkan swalayan dan melaju menuju mansion Jerico.
Di sisi lain,
Rora nampak kesal, dia mengingat tatapan wanita asing di swalayan membuat suasana hatinya memburuk, Gaston pun terkena imbasnya. Pria itu berakhir menjadi pelampiasan kekesalan Rora.
"Kau kenal dia? apakah dia mantan kekasihmu? kenapa dia menatap kita seperti itu." ujar Rora dengan wajah kesal dan marah.
"Aku tidak kenal dia, aku juga tidak mengerti mengapa dia menatap kita seperti itu." jelas Gaston.
Rora sungguh tidak percaya akan hal itu, bagaimana bisa seorang yang asing menatap dirinya begitu penuh kebencian. jika tidak saling mengenal atau tidak memiliki masalah sebelumnya.
"Sayang, bisa saja dia kurang waras ...." ujar Gaston menyakinkan.
Rora yang masih tidak baik, hanya bisa diam dan meminta pria itu untuk membawa pergi dari sana.
***
Black Jerico menyelesaikan pekerjaannya, lelaki itu pergi meninggalkan gedung perusahaan dan bersiap untuk pulang.
"Tuan, hari ini Nona Shafir, di minta pergi keluar untuk berbelanja, atas perintah Kepala pelayan Suesan." ucap asisten Black Jerico.
"Benarkah," lelaki itu nampak tidak perduli dan hanya sibuk dengan tablet di tangannya.
"Keadaannya memburuk saat kembali, dia jatuh pingsan dan demam setelah kembali.". gerakan tangan Black Jerico terhenti dia meletakkan benda itu dan melipat kedua tangannya.
"Percepat," satu kata itu saja membuat mobil melaju dengan kencang.
mereka sampai di Mension, Black Jerico turun dan menuju ke ruangannya bukan melihat keadaan Shafir.
setelah beberapa waktu, lelaki itu turun, dia dalam diam menuju ke kamar Shafir. saat pintu kamar terbuka dia mendapati kepala pelayan Suesan sedang duduk mengkompres Shafir dengan air.
"Dia demam, Tuan."
"Kenapa bisa jadi seperti ini?" tanya Black Jerico.
"Alex bilang dia menangis' di swalayan, tapi tidak tahu karena apa ...." jelas Suesan yang hanya mengetahui masalah dari apa yang sudah Alex katakan.
"Ibu ... ibu ...." Shafir mengigau efek dari demam yang begitu tinggi membuat dia seperti itu..
Suesan menggenggam tangan Shafir dia mencoba menenangkan wanita yang kini penuh dengan peluh dan nampak gelisah itu.
"Kau sudah memberikan dia obat?"
"Bahkan saya sudah membawa dokter untuk memeriksakan keadaanya ...." jelas Suesan.
Black Jerico diam dan menatap wanita Tiu dengan rasa prihatin yang tidak dapat ia tutupi lagi.
"Baiklah, kau rawat dia ... aku harus pergi." ucap Black Jerico.
lelaki itu meninggalkan ruangan dia menuju halaman dan menemui Alex yang sedang merokok di dekat gerbang.
"Masalah apa yang terjadi? kenapa pelayan itu sampai sakit?"
Alex terkesiap saat ia melihat kehadiran Black Jerico, lelaki itu langsung menunduk dan berdiri dengan tegap.
"Saya juga tidak mengerti, Tuan. Dia menatap dua orang begitu tajam, lalu menangis setelahnya ... saya pikir mereka saling mengenal, tapi kedua orang itu terlihat tidak mengenal Shafira. mungkin dia salah mengenali mereka ... sejujurnya saya juga tidak tahu harus apa pastinya yang terjadi." ujar Alex.
Black Jerico yakin dua orang yang di lihat Shafir mungkin adalah mantan tunangan dan selingkuh lelaki itu.
Dalam diam Shafir meninggalkan Alex begitu saja. menyisakan rasa penasaran di hari Alex. untuk apa Tuannya begitu peduli kepada seorang pelayan?
ini pertama kalinya dia melihat Black Jerico nampak khawatir hanya karena masalah seperti ini, sudah Lelaki itu duga jika ada sesuatu yang spesial dari Shafir hingga wanita itu mampu membuat Tuan-nya yang bersikap dingin menjadi begitu peduli.
Black Jerico mengamati sebuah gambar, dia melihat dia orang yang begitu bahagia tak terlihat merasa bersalah setelah melakukan kejahatan dengan melenyapkan tunangannya.
Black Jerico meletakan gambar itu di dinding dan melingkarinya, mungkin dia harus memulai semuanya sekarang, seperti yang ia janjikan pada Shafir, pembalasan dendam akan di mulai.
Di mulai dari pesta di kediaman Black Jerico dalam beberapa waktu nanti.
"Bersiaplah, Shafir. semaunya akan terasa menyakitkan dari sekarang ... api balas dendam itu bukan hanya membakar musuh, tapi juga dirimu ... kau bara api dan mereka adalah tujuanmu ...." guman black Jerico.
Dia tidak tahu apakah semua akan berjalan dengan lancar, ataukah Shafir akan siap mengahadapi konsekuensinya. yang pasti seperti yang wanita itu minta dia akan membantunya untuk membalas dendam.
"Tuan, memanggil saya?" tanya Asisten Black Jerico yang selalu siap siaga.
"masukan Gaston CEO baru BTB Grup dalam list undangan jamuan pesta nanti ... dan cari tahu beberapa hal tentang lelaki itu juga kekasihnya, wanita yang dulunya pelayanan di keluarga Brown ... berikan datanya padaku besok pagi, asal, riwayat hidup, pendidikan, catatan kepolisian ... apapun tentang mereka berdua ... berikan padaku!" perintah Black Jerico dengan nada dingin. lelaki itu mengangguk mengiyakan permintaan itu.
sedangkan Black Jerico duduk di meja kerjanya, dengan wajah datar, ia menyesap segelas alkohol yang selalu tersedia di meja kerjanya.
lelaki itu nampak memikirkan sesuatu dengan seksama, bukan tentang balas dendam. ini tentang hal pribadi yang terus-menerus menggangunya selama ini.