Bab 16

1452 Words
Rora keluar dari kamar mandi dengan wajah santai ia menghampiri Gaston Yangs sedang duduk di sofa, terlihat wajah lelaki itu nampak risau seperti mencemaskan sesuatu. Rora datang dan langsung memeluk Gaston mencium pipi lelaki itu dengan mesra sambil bertanya ada apa dan mengapa lelaki itu tidak menyusulnya ke dalam. Gaston hanya tersenyum tipis dia membalas ciuman Rora dan meminta wanita itu duduk di pangkuannya. Gaston mulai penasaran ia bertanya siapakah Shafira Alodia Rubby, lalu bagaimana bisa Rora mengenal orang itu. Rora menjawab dengan jujur ia mengatakan bagaimana pertemuan mereka, Rora bahkan mengingatkan jika mereka dan wanita itu pernah bertemu di swalayan. Gaston mengingat semuanya lelaki itu terdiam sejenak, pantas dia seakan-akan pernah bertemu dengan wanita itu, terlihat tidak asing saat di pesta. Namun, kenapa di sana wanita itu bersikap seolah-olah mereka seperti pertama kali bertemu. "Jadi kau berteman dengannya"? Tanya Gaston menyelidik. "Iya, kami cocok dalam beberapa hal ... Dia juga tidak munafik, aku suka seseorang yang jujur seperti dia." Jelas Rora. "Ada apa? Bukankah kau yang meminta aku mencari teman lalu Kenapa kau terlihat khawatir saat aku memilikinya?" Tanya Rora. Gaston menunjukan senyum palsu, lelaki itu menggeleng seolah-olah tidak ada apapun. "Aku tidak khawatir , aku hanya bertanya karena terkejut dia menelpon kau tadi ... Aku senang kau punya teman ...." Ujar Gaston dengan menunjukkan wajah penuh keyakinan Rora tersenyum bahagia, dia kembali memeluk Gaston dengan manja, di sisi lain Shafir menyelesaikannya pekerjaannya, membersihkan ruangan utama menjadi kegiatannya hari ini. Shafir dengan teliti membersihkan semua debu juga kotoran yang menempel di beberapa benda, tidak lupa ia juga membersihkan Beberapa karya patung dan tembikar mahal milik Black Jerico. Black Jerico baru saja turun dari kamarnya, dia melihat ke arah Shafir yang tegang dan teliti membersihkan debu. Tiba-tiba lelaki itu memiliki ide iseng untuk mengejutkan Shafir, entah apa yang membuat seorang Black Jerico menjadi begitu usil. Ini jelas tidak seperti dirinya. Black Jerico mengejutkan Shafir tiba-tiba. Membuat Wanita yang memekik di atas tangga itu tersentak dengan tubuh yang tidak dapat menahan keseimbangan. Shafir hampir saja terjatuh, beruntung Black Jerico menahan wanita itu tepa di punggung menarik baju sekaligus bra wanita itu agar tidak terjatuh. Shafir memejamkan matanya berpikir dia akan mendarat di tanah. Namun, ternyata tubuhnya masih menggantung dengan posisi yang benar-benar memalukan serta bagaimana bisa lelaki kru menganggu dirinya seperti ini? Saat sadar Black Jerico langsung melepaskan pegangannya membuat Shafir yang tadinya masih bertahan mendarat di lantai walau tidak terjatuh dengan keras. Wanita itu menutupi dadanya, karena tarikan yang Black Jerico lakukan pada pakaian bagian belakangnya membuat pengait bra wanita itu terlepas. "Kau! Berbalik sana!" Ujar Shafir terbata dan canggung. Wanita itu berusaha memperbaiki pengait bra sialnya begitu sulit jika di kamu tidak dari depan. "Ada masalah apa? Kesal? Aku hanya bercanda beruntung kau masih aku tahan." Ujar Black Jerico dengan wajah sok. "Bukan itu, kau membuat bra milikku terlepas ..." Shafirsng langsung menutup mulutnya dia terkejut saat menyadari dirinya sudah menyatakan hal yang tidak seharusnya ia katakan. Black Jerico perlahan-lahan berbalik, dia merah dan tanpa di duga tatapan matanya tertuju pada dua gundukan itu. Shafir repleks menutup dadanya sambil menyilangkan kedua tangannya. "Hey, apa-apaan kau?" Kesal Shafir berujung pada dirinya yang memperlakukan Black Jerico seperti lelaki itu berniat mencabuli dirinya. Black Jerico memerah, dia tahu dia mungkin salah, tapi sungguh tidak ada niat berbuat m***m pada wanita itu. Dia hanya pure menolong saja. "Apa? Aku tidak melakukan apapun!" Jawab Black Jerico. "Tidak melakukan apapun? Kau sudah!" Ucapan Shafir tertahan saat ada pelayan lain yang datang. Shafir nampak panik, dia berusaha mengaitkan kembali bra itu tapi tidak bisa. Black Jerico, dengan inisiatif tidak terduga, dia mendekati wanita itu memasukkan kedua tangan kebelakang Shafir dan mengaitkannya. Shafir mengejang tubuh wanita itu membeku karena sikap yang Black Jerico tunjukan. "Sudah," bisik lelaki itu di telinganya. Black Jerico kemudian langsung pergi meninggalkan dirinya yang masih termenung dalam keadaan tidak mengerti harus apa dan bersikap bagaimana? Apakah tadi termasuk pelecehan seksual? Atau membantu? Atau? Shafir mendengus dia mengacak rambutnya. Sialan lelaki itu sudah bersikap lancang. Tapi buka itu masalahnya, jantung Shafir berdebar setiap kali lelaki itu dekat dengannya. Ini berbahaya Shafir tidak boleh menyukai lelaki itu atau jatuh hati, dia harus fokus pada balas dendam bukannya perasaan tidak penting seperti ini. Shafir memilih pergi meninggalkan ruangan utama, dia sebaiknya menjauh dan menjaga jarak dari lelaki itu. Sedangkan Black Jerico sendiri merasakan hal yang sama di perjalanan menuju kantor dia merasa begitu gerah. Dia mengingat bagaimana saat tangannya masuk ke dalam pakaian wanita itu, kanapa? Kenapa dia lakukan hal seperti itu? Sial, sepertinya Black Jerico sudah kehilangan akal sehat. Felix menata lelaki itu dari kaca spion tengah mobil dia merasa ada yang aneh dari gelagat atasannya itu. "Ada apa, Pak? Wajah anda merah apakah anda tidak enak badan?" Ujar Felix yang berpikir mungkin Black Jerico mengalami kekalahan atau sebagainya. "Tidak, ada. Aku hanya merasa sedikit tidak enak, gerah ... Tolong nyalakan pending mobil." Ucap lelaki itu. Ini musim semi dan pagi masih terasa dingin tapi lelaki itu malah merasa gerah? Felix tidak ingin banyak bertanya dia hanya memilih menuruti kata atasannya walau itu agak bertentangan dari bagaimana sikap Black Jerico sebelumnya. *** Shafir meminta izin pada Kepala pelayan Suesan, dia mengatakan ingin pergi ke kota sebentar untuk membeli beberapa keperluan, kepala pelayan Suesan mengizinkan, asalkan wanita itu kembali sebelum persiapan makan malam. Shafir menyetujui, dia langsung pergi dari kediaman Black Jerico dan menuju kota untuk menemui Rora. Dia berusaha mendekati wanita itu mencari celah sekaligus agar bisa mendekati Gaston juga. Dia ingin ada di antara mereka, Shafir ingin mengacaukan hubungan mereka lalu, membuat kedok mereka terbuka di depan semua orang. Shafir sudah sampai di sebuah cafe wanita itu masuk dia hanya berpikir akan ada Rora di sana, ternyata Gaston juga berada di sana. Langkah Shafir sempat terhenti sebelum akhir Wanita itu memutuskan untuk tetap bergabung dengan mereka. "Hei, Rubby ..." Ucap Rora yang memanggil wanita itu berbeda dari yang lain. Gaston melirik Shafir begitu juga wanita itu yang melihat bagaimana wajah Gaston terlihat cemas. Shafir menunjukan senyum tipis dia duduk di depan dua orang itu sembari memasang wajah polos. "Ada apa kau ingin menemui aku?" Tanya Shafir pada Rora. "Tidak ada, aku hanya ingin memperkenalkan kau dengan kekasihku ..." Ujar Rora. "Dia tidak percaya jika aku memiliki seorang teman ... Jadi aku ingin buktikan." Ujar Rora. "Senang bertemu denganmu, Tuan Gaston ...." Ucap Shafir sambil mengulurkan tangannya, ia bersikap seperti pertama kali bertemu dengan Gaston. Lelaki itu merasa sedikit tidak enak, tapi dia akhirnya membalas uluran tangan Shafir. "Senang bertemu denganmu ..." Ucap Gaston berbasa-basi. Dia menatap lekat Shafir mencoba menyelidiki apa yang sebenarnya wanita ini inginkan, kenapa Dia tiba-tiba muncul di antara dirinya dan Rora. Shafir mengulas senyum dia sengaja membelai sedikit tangan Gaston membuat lelaki itu semakin terkejut dengan sikapnya. Gaston menarik tangannya, menetralisir nafasnya buang menjadi sedikit tegang. Rora sendiri tidak menyadari kecanggungan itu dia hanya asik berbincang dengan Shafir. Sesekali Shafir melirik Gaston yang begitu tegang, kepuasan tersendiri melihat bagaimana lelaki itu seolah takut jika Shafir membicarakan kedekatan mereka di pesta, bagaimana Gaston menatapnya dan merayu dirinya. "Maaf, aku permisi ke toilet sebentar ..." Ucap Shafir dia melirik Gaston. Membuat lelaki itu memalingkan wajahnya menghindar. Setelah beberapa waktu Gaston merasa harus bicara dengan Shafir, dia harus menanyakan apa yang sebenarnya wanita itu rencanakan dengan mendekati Rora. Gaston menyusul Shafir, wanita yang ternyata hanya diam seolah menunggu kedatangan Gaston di depan toilet wanita. Gaston mendekat dia langsung mencengkram Shafir lalu menempelkan tubuh wanita itu Kedinding. "Kenapa? Kenapa kau mendekati Rora? Apa maksud dan tujuanmu sebenarnya?" "Aku tidak bermaksud apa-apa, aku bahkan terkejut jika Gaston yang aku kenal di pesta dan Gaston yang Rora ceritakan adalah satu orang ...." Jelas Shafir sambil mengusap lembut d**a Gaston. Tangan Gaston mengunci tubuh Shafir meletakan tangan wanita itu di atas agar tidak bisa menyentuh dirinya. Sebenarnya itu menyakitkan, cengkraman Gaston begitu erat. Tapi Shafir tetap berusaha terlihat menggoda dia malah tersenyum nakal di hadapan lelaki itu. "Aku tidak akan katakan apapun, karena memang belum terjadi apapun di antara kita berdua." Ujar Shafir berbisik. Dia sedikit menghembuskan nafas di telinga lelaki itu, seperti sengaja menggoyahkan pertahanan Gaston. Benar saja lelaki itu nampak memerah, dia menatap Shafir dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Satu tangan Gaston meraba paha Shafir, dia dapat merasakan betapa mulusnya tubuh wanita itu. "Kau akan menyesali perbuatanmu ... Kau tidak bisa bermain-main denganku." Bisik Gaston ke telinga Shafir. "Aku tidak sedang bermain-main, aku Juga tidak melakukan ini untuk menyesal." Jawab. Shafir. Gaston melepaskan cengkeramannya dia lalu berjalan pergi meninggalkan Shafir. Wanita itu langsung masuk ke toilet, mencuci kedua tangan dan juga wajahnya. Dia merasa marah saat Gaston menyentuhnya, Shafir melihat pergelangan tangan yang memerah Karena cengkraman lelaki itu. "Aku tidak akan menyesal, tapi kau yang akan menyesal." Guman Shafir sambil menatap tajam pantulan dirinya di cermin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD