Malam semakin larut, tetapi kamar mereka terasa lebih hangat daripada sebelumnya. Maya masih berada dalam pelukan Bagas, tubuhnya lelah tetapi hatinya penuh kebahagiaan. Ia menyandarkan kepalanya di d**a suaminya, mendengarkan detak jantung yang berirama tenang. "Gas, kita gila ya," gumam Maya sambil terkekeh pelan. Bagas membelai rambut istrinya dengan lembut. "Kenapa gila?" "Kita punya bayi yang bisa bangun kapan saja, tapi malah sibuk sendiri," jawab Maya, suaranya terdengar mengantuk tapi bahagia. Bagas tertawa kecil. "Justru karena kita punya bayi, kita butuh waktu buat berdua, Ma. Biar tetap waras." Maya tersenyum, lalu mengangkat kepalanya sedikit. "Iya sih… Tapi kamu tadi kayak orang kelaparan." Bagas menatapnya dengan ekspresi menggoda. "Memang aku lapar. Lapar kamu." Maya