79

1514 Words

Maya menekan gas mobilnya tanpa arah yang jelas. Pikirannya masih penuh dengan pesan-pesan yang ia baca semalam. "Mas, aku masih kangen…" Kata-kata Rena terus berulang di kepalanya seperti belati yang menusuk hati. Kenapa Bagas tidak pernah memberitahunya? Kenapa ia tidak memutus komunikasi dengan Rena? Maya menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata yang menggenang. Ia ingin percaya bahwa suaminya tidak bersalah, bahwa semua ini hanya kesalahpahaman. Tapi bagaimana ia bisa mengabaikan bukti yang begitu nyata? Setelah hampir satu jam berkeliling tanpa tujuan, Maya akhirnya memutuskan untuk pergi ke sebuah kafe kecil di dekat kampusnya. Ia butuh waktu untuk berpikir. Ia butuh jarak sebelum menghadapi Bagas lagi. Saat duduk dengan secangkir kopi di depannya, Maya meraih ponselnya

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD