"Tuan Bumi," ucapku lirih karena terkejut. Glek Aku gugup. Selalu seperti ini acapkali bersitatap dengan Tuan Bumi. Terlebih dalam situasi dan kondisi yang tidak kondusif. Apakah tadi Tuan Bumi mendengarkan semua pembicaraanku di telepon. Duh, bagaimana ini? Aku semakin tidak tenang saja. "T-tuan Bumi ... kapan Anda datang?" Pertanyaan yang aku lontarkan dengan nada terbata. "Barusan." "Oh." "Ikut aku!" Perintahnya membuat diri ini bertanya-tanya ada apa gerangan. Meski demikian, aku tetap saja menurut dan mengikutinya. Berjalan di belakang Tuan Bumi menuju ruang keluarga. Menatap takut-takut pada punggung kokoh yang menjulang di hadapanku. "Duduklah." Tuan Bumi kembali memberi perintah sembari menjatuhkan diri di atas sofa. Sebenarnya aku ragu, tapi melihat dari tatapan mata Tuan