Bab 10. Sedikit Amunisi untuk Membesarkan Gosip

1187 Words
"Tapi saya tidak mau menjalin hubungan dengan Anda, Mister," jawab Evelyn dengan nada dingin. Joseph terkekeh saat mendengarnya, merasa Evelyn semakin meningkatkan kewaspadaannya. Sementara orang yang mengambil poto keduanya kembali bersorak riang saat mendapatkan beberapa foto keduanya dengan pose yang lebih intim. Joseph menatap Evelyn dengan seringai penuh arti, menyadari bahwa wanita di depannya ini semakin menarik setiap kali mencoba menjaga jarak darinya. "Saat ini kamu memang tidak mau, tapi aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku, Evelyn," ujar Joseph sembari menatap mata Evelyn dengan penuh keseriusan. Evelyn menghela napas, menahan kekesalan yang mulai menguasainya. "Mister, kalau tidak ada lagi ingin dibahas soal Timoti, saya permisi." Sebelum Evelyn bisa bangkit, Joseph menangkap pergelangan tangannya dengan gerakan cepat namun lembut. Mata tajam pria itu menatapnya dengan intens. "Kamu benar-benar tidak penasaran dengan gosip yang beredar?" bisiknya tepat di telinga Evelyn. Evelyn menegang saat napas Joseph mengenai titik sensitifnya, tapi itu tak berlangsung lama sebab dia segera mengalihkan perhatiannya dengan menatap tajam tangan Joseph yang mencengkeramnya. Evelyn lalu memandang pandangan pria itu dengan ekspresi tak terbaca. "Saya tidak peduli," ucapnya dengan nada datar. Tapi kemudian Evelyn melanjutkan perkataannya di dalam hati. 'Justru aku peduli, karena itu senjataku untuk menghindari desakan menikah dan menghempaskan pria b******k itu,' Joseph tertawa pelan saat mendengarnya. "Bagus kalau begitu. Tapi seseorang tampaknya sangat peduli." Joseph lalu memberi isyarat halus ke arah sudut ruangan. Evelyn mengikuti arah pandangnya dan melihat seseorang dengan kamera ponsel, masih sibuk mengambil foto mereka. "Aku bisa membereskannya untukmu," bisik Joseph dengan nada menggoda. "Tapi tentu saja, aku ingin sesuatu sebagai gantinya." Evelyn menarik napas dalam sebelum memulai masuk dalam rencananya. "Dan apa yang Mister inginkan?" Joseph mendekat, suaranya begitu pelan hingga hanya Evelyn yang bisa mendengarnya. "Makan malam denganku. Malam ini." "Tidak mau!" tolak Evelyn dengan tegas. Joseph mengerutkan dahi saat mendengar penolakan itu, merasa Evelyn sedang melakukan permainan tarik ulur dengannya. Joseph menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Evelyn dengan penuh minat. "Kamu menolak terlalu cepat. Evelyn," ujarnya santai, jari-jarinya mengetuk permukaan meja dengan ritme teratur. "Biasanya orang akan berpikir dua kali sebelum menolak tawaran dari seseorang sepertiku." Evelyn tersenyum tipis, namun matanya menyiratkan ketegasan. "Justru karena Mister adalah seseorang seperti itu, saya tidak perlu berpikir dua kali untuk menolak." Joseph menghela napas dramatis. "Kamu membuat segalanya menjadi sulit, Evelyn." "Saya hanya membuat semuanya jelas, Mister," balas Evelyn tanpa ragu. Namun, Joseph hanya terkekeh pelan. "Baiklah. Kalau begitu, bagaimana kalau aku mengubah tawarannya?" Evelyn menatapnya curiga. "Tawaran apa?" Pria itu bersandar lebih dekat, suaranya merendah, tapi ada sesuatu dalam nada bicaranya yang membuat Evelyn merasa waspada. "Kalau kamu nggak mau makan malam denganku, bagaimana kalau kita buat kesepakatan?" ucap Joseph dengan senyum yang terlihat licik dalam pandangan mata Evelyn. Evelyn menaikkan sebelah alisnya. "Kesepakatan?" Joseph mengangguk, seringainya semakin terlihat. "Aku nggak akan mengganggumu lagi, tidak akan mendesakmu dan bahkan aku akan mengabaikan gosip yang beredar ... dengan satu syarat." Evelyn menatapnya tajam. "Apa syaratnya?" "Cium aku. Di sini. Sekarang." Joseph tersenyum licik. 'Dengan cara ini kamu pasti akan menerima ajakan makan malam dariku,' ucap Joseph di dalam hatinya. Evelyn terbelalak, napasnya tercekat sejenak. "Mister pasti bercanda!" "Tidak. Pilihannya hanya dua. Satu, menerima ajakan makan malam dariku. Dan dua, ciuman singkat, maka aku tidak akan mengganggumu lagi." Evelyn mengepalkan tangannya di pangkuan saat mendengar penawaran itu, pikirannya berputar cepat. Joseph bukan pria yang mudah ditebak dan Evelyn tahu jika menolak, pria itu pasti akan menemukan cara lain untuk membuatnya tunduk. Beberapa detik kemudian, senyuman terukir dari bibirnya. Bagaimana jika dia memilih opsi kedua? Bukankah itu bisa menjadi amunisi untuk membuat gosip ini semakin besar. "Baiklah," ujarnya akhirnya. "Kalau itu yang Mister inginkan ...." Evelyn lalu menarik kursinya untuk duduk di sebelah Joseph. Tanpa basa-basi, dia menempelkan kedua bibir mereka. Membuat Joseph tersentak dan membalas ciuman Evelyn. Joseph yang awalnya hanya ingin menggoda, tetapi saat bibir Evelyn menyentuhnya, dia merasakan sesuatu yang berbeda. Bukannya sekadar ciuman singkat, Evelyn sengaja menahannya sedikit lebih lama, cukup untuk membuat suasana di sekitar mereka semakin panas. Orang-orang di sekeliling mulai berbisik-bisik, beberapa dari mereka mengumpati apa yang dilakukan oleh keduanya, sementara yang lain sibuk mengambil gambar dengan ponsel mereka. Evelyn akhirnya menarik diri, matanya menatap tajam ke arah Joseph yang kini terdiam. Seketika dia merasa puas melihat ekspresi pria itu yang tampak sedikit kehilangan kendali. "Apa ini sudah cukup, Mister Joseph?" tanya Evelyn dengan nada manis yang dibuat-buat. "Sekarang, seperti janji Mister, jangan ganggu saya lagi." Joseph menatapnya dengan seringai samar, tetapi Evelyn bisa melihat ada kilatan ketertarikan yang lebih dalam di matanya. "Aku tidak menyangka kamu akan memilih opsi kedua," gumamnya pelan. Evelyn tersenyum tipis. "Saya hanya memilih yang paling menguntungkan." Joseph menyandarkan punggungnya, tangannya terlipat di d**a. "Menarik," gumamnya. "Tapi aku tidak yakin kalau ini membuat gosip kita berhenti. Bisa jadi, ini justru memperburuk situasi." Evelyn mengangkat bahu santai. "Mungkin. Tapi saya tidak peduli. Saya harus pergi sekarang. Terima kasih atas waktunya, Mister." Tanpa menunggu jawaban, Evelyn berdiri dan melangkah pergi. Namun, sebelum dia benar-benar keluar dari restoran, suara Joseph yang penuh ketertarikan menghentikannya. "Kita belum selesai, Evelyn." Evelyn tidak menoleh. Dia hanya tersenyum sinis sebelum melanjutkan langkahnya. Sesuai dengan rencananya, ini akan membuat gosip dirinya semakin membesar. Saat Evelyn tiba di rumah, Gina menyambutnya dengan raut wajah masam. Evelyn lalu mengikuti langkah kaki Gina menuju dapur dan melihat jika sang ibu sedang memasak makan malam. "Kenapa muka Mama cemberut kayak gitu?" Evelyn akhirnya bertanya kepada wanita yang sedang memegang spatula itu. "Barusan Mama dapat telepon dari teman Mama. Dia bilang anaknya mundur dan nggak mau lanjut pendekatan sama kamu," jawab Gina yang membuat Evelyn tersenyum lebar. "Berarti pria itu nggak bisa menyamai aku dari sisi materi dan pemikiran. Udahlah Mah. Nggak perlu repot-repot mengenalkan pria-pria yang nggak berguna itu sama aku," ucap Evelyn yang malah membuat emosi gina terpancing. "Kamu pikir kamu bisa selamanya begini, Evelyn?" Suara Gina meninggi, matanya memandang putrinya dengan kesal. "Menolak semua pria yang Mama pilihkan? Sampai kapan kamu mau terus seperti ini?" Evelyn hanya tersenyum kecil, melepaskan mantel dan meletakkannya di sandaran kursi. "Sampai Mama berhenti memaksaku," jawabnya santai. "Lagi pula, kenapa Mama yang lebih repot soal pasangan hidupku? Aku yang bakal menikah, bukan Mama." Gina menatap Evelyn tajam, lalu menunjuk layar ponsel yang ada di meja. "Kalau memang begitu, lalu ini apa?" Evelyn mengikuti arah telunjuk ibunya dan melihat layar ponsel yang menampilkan sebuah berita dengan headline besar. 'Putri Tunggal Keluarga Martinus Terlihat Mesra dengan Seorang Pria. Apakah Ini Pertanda Jika Evelyn Akan Melepas Status Jandanya?' Evelyn bahkan tertawa keras saat melihat status janda yang disematkan pada dirinya. Kapan dia menikah? Memang benar kerjaan wartawan gosip adalah membesarkan sesuatu yang ada dan menciptakan hoaks. "Dasar anak sinting! Bukannya panik malah senang melihat gosip yang nggak-nggak." Gina yang kesal langsung membentak Evelyn. Evelyn mengangkat bahu, berjalan ke kulkas dan mengambil sebotol air mineral. "Itu cuma gosip, Mah. Nggak ada yang perlu dijelaskan." Gina menghela napas panjang, mencoba menahan emosi. "Evelyn, Mama tahu kamu cerdas, tapi kamu juga harus sadar kalau gosip seperti ini bisa memengaruhi reputasi keluarga kita!" Evelyn tersenyum tipis sambil meneguk airnya. "Reputasi yang mana? Yang Mama pakai untuk menjodohkan aku dengan pria-pria kaya yang nggak jelas?" "EVELYN!" Suara Gina meninggi, tapi Evelyn tetap tenang dalam menghadapinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD