14

1004 Words
"Arseeeeeen." teriak Ashar sembari memegangi celana boksernya yang ditarik oleh putra sahabatnya, Brandon si biang onar. Anak dan Bapak tidak jauh beda. Sama persis malah. Bikin orang lain darah tinggi saja. "Arsen, om jitak ya pala kamu kalau nakal." ancam Ashar. Matanya melotot tajam berharap Arsen takut pada dirinya. Vita mendengus sebal. Suaminya bener-bener nggak ada peri kebapakan banget, gimana nanti kalau mereka punya anak sendiri. Habis anaknya dimaki-maki tiap hari sama si Magrib. Belom apa-apa aja udah aniaya anak ornag lain. Parah sekali. "Sayang, Babe... Istrikuh. Bawa Arsen minggat." ucapnya dengan tangan mendorong-dorong Arsen. Ia meminta Vita agar menyingkirkan iblis kecil milik Brandon. "Mas." ucap Vita lembut. "Gantian dong, kamu yang jagain Arsen." Vita mengerjapkan matanya berulang kali. "Tapi Vit.." "Nanti malem nggak ada jatah loh." ancam Vita. Nanti malem apanya, ini udah malem. Anak tuyul nggak dijemput-jemput bikin darah Ashar naik aja. "Mas." "Vit..." Vita melotot tajam saat Ashar memanggil namanya. "Kamu jagain apa aku yang minggat?" ujar Vita dengan nada yang ia tekan pads setiap bait kata. Ashar meneguk ludahnya sembari mengangguk. "Uhh senengnya, suami aku nurut." kata Vita lalu melangkah pergi dari kamar Ashar menuju kamarnya pertama kali tinggal dirumah suaminya ini. "Akhirnya gue bebas." ucap Vita membaringkan dirinya diranjang. * Ashar menggaruk tengkuknya. Mana mengerti dia cara mengurus anak kecil. Haduh, mana anaknya si Brandon lagi. Di pandangnya sengit Arsen yang duduk ditengah-tengah ranjangnya. "Dasar tuyul." toyor Ashar dikepala Arsen hingga terlentang dikasur. Bukannya menangis Arsen malah tertawa membuat Ashar menggelengkan kepalanya. "Dih, ketawa dia. Sen kamu bikin jatah malamnya om tertunda tahu." curhat Ashar. Plakk... "Sakit Arsen." amuk Ashar saat Arsen hendak tengkurap namun malah tangannya menggelapak ke wajah Ashsr yang baru saja berbaring disampingnya. "Ma..Ma..." oceh Arsen. "Emak lu lagi ena-ena ama bapak lu tong." kata Ashar sewot. "na.. Na.." celoteh Arsen menirukan Ashar. Mampus gue, nih anak ngikutin kata-kata gue. Bisa ditampol Maknya nih ntar gue. "Arsen.. Arsen.. Jangan ngomong kaya gitu ya depan Mamah." peringat Ashar sambil menepuk-nepuk p****t Arsen yang besar karena pempers. "Kok bau?" ucap Ashar sendiri. Hidungnya mengendus-endus mencari bau yang menyengat dikamarnya. "Anjir tangan gue juga bau." "Sen, ini bau apaan Sen?" tanya Ashar pada si kecil Arsen. "Sen, lo kentut ya?" tuduh Ashar. "E.. E.." "Apaan?" tanya Ashar pada Arsen yang mulai mendudukan dirinya di ranjang. "E..ek." "Vitaaaa Arsen beraaaaaaaak." teriak Ashar mengangkat tubuh Arsen dari ranjangnya. "Vitaaaaaaaaaaaa." ** Ashar menatap dua pasangan yang baru saja sampai di ruang tamu rumahnya. Bisa-bisanya dua manusia setan itu tertawa. Pasangan iblis paling merugikan sepertemanan adalah manusia-manusia di depannya ini. "Heh! Gue lempar anak lo lama-lama." makinya yang masih menggendong Arsen. Dipikir dirinya ini baby sitter kali ya seenak jidat. Mana enggam bayaran lagi. Kuaampreeet, batin Ashar. "Macem-macem gue mutilasi lo ya." Ashar menghembuskan nafasnya lelah. Mau melawan? Mana berani. Di dunia ini setelah Oma dan Mamanya, Ichalah yang paling ia takuti. Gimana nggak takut, ketika segala ucapan yang keluar dari bibir ibu beranaks satu itu menjadi neraka j*****m yang membakarnya hidup-hidup. "Ini Nyonya anaknya." kata Ashar kesal memberikan Arsen pada Icha. "Iya, makasih ya Ujang. " jawab Icha asal. "Sialan!" maki Ashar. Ingin sekali rasanya menjambak rambut panjang wanita di depannya. Selain takut pada orangnya Ashar juga takut pada suaminya, dan tentu saja pada Mama dari wanita itu. Uh, galaknya melebihi grandong kalau kalian tahu. Eh salah, anaknya kaya grandong, Mamanya kayak Mak lampir. Perpaduan ibu dan anak yang sangat pas. "Anak gue nggak lo apa-apain kan Shar?" tanya Icha melirik tajam Ahsar. Ashar mendengus sebal. Bukannya makasih malah nuduh nggak berguna macam itu. Untung apa juga ngeracun anaknya, batin Ashar. "Sebeleum gue apa-apain, anak lo yang ngapa-ngapain gue." kesal Ashar lalu mendorong tubuh Icha dan Brandon untuk hengkang dari rumah indahnya. Bisa tercemar nanti aura positif dirumahnya. Nggak adem lagi nanti. "Minggat yang jauh, nggak usah pada balik lagi ke sini." ancam Ashar lalu membanting pintu rumahnya. BRAAAAAKKKK.... "Ashar sialan, anak gue nangis. Gue bantai lo Setan." omel Icha di depan pintu rumah Asahr. *** Ashar menatap sendu wanita yang tengah terbaring diranjangnya. Tega sekali wanita itu, tertidur setelah apa yang dilalui oleh dirinya sendiriam. Catat! Sendirian menghadapi duo makhluk halus tadi. Nasib kok ya jahat banget sih sama dia. Nggak ada mulus-mulusnya perasaan. "Sayang." Ashar mengguncangkan tubuh Vita. Duh, tumben banget nggak sih Vita tidurnya lelap banget kaya orang mati. Jangan-jangan beneran mati lagi bininya. Jangan dulu dong, masa bentaran banget enaknya, terus jomblo banget. Nggak elit banget jadi duda di usia muda. Mau jadi apa nanti hidupnya tanpa Vita yang galak. "Sayang, jangan mati please." racau Ashar. Plaakk.. "Auh." ringis Ashar memegangi pipinya. Duh merah nih pasti, secara kulit gue sensitif kayak pantatnya si Arsen, makinya dalam hati. Kalau nyuara takut ditendang dari kamar. Merana ntar si jujun nggak dikasih jatah. "Mas mulutnya sembarangan banget sih." kata Vita membuka matanya. "Hehehe, abis kamu tidurnya enak banget sih. Enakan lagi kalau nggak tidur Sayang. Maen sama mas yuk." Ashar mengedipkan matanya berulang kali. Vita memalingkan wajahnya. Mual dia liat suaminya cacingan begitu. "Maen sana sama guling, aku capek mau tidur." What? Capek? Tired gitu? Hais, sok bule gue! Apakabar dia yang jagain Arsen, di pup'in si Arsen. Mandiin Arsen, makanin anak cecurut itu. Kerja buta aja pake bilang capek istrinya. Apalahi dikerjain dia. Eh salah, jagain calon anaknya nanti. Tapi kan harus dikerjain dulu biar jadi. "Si jujun puasa lagi?" tanya Ashar ikut membaringkan dirinya disamping Vita. "Mas ke kamar mandi sana, tuh lotionnya di meja." Bini durhaka. "Sembarangan, capek ngurut sendiri. Urutin kenapa sekali-sekali. Eh.. Eh becanda Sayang, jangan nampol please." ucapnya ketika Vita melayangkan tangannya ke udara usai mendengar celotehannya yang sangat bermutu untuk masa depan dirinya dan sang istri. "Sana minta sama Surti." kesal Vita memejamkan matanya. "Bener boleh?" tanya Ashar bangkit. Kakinya melangkah menuruni ranjang. "Aku beneran minta Surti nih, makasih Sayangku." kata Ashar pura-pura membuka pintu dan menutupnya lagi. "Maaaaassssss, sini nggak. Nggak aku bukain nih." jerit Vita langsung terduduk dan membuka bajunya. Ashar terkekeh ditempatnya melihat respon sang istri. "Iaaaaam coming honey." Rejeki masa mau ditolak sih.. Dosa woy!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD