Buruk sekali prasangka Sonya, nalurinya berpikir bahwa sang suami akan menghukumnya atas kesalahan yang ia buat. Bukan hanya soal insiden dengan Laskar tadi pagi, tapi juga karena sikap diamnya di lift, saat dia seharusnya bisa menjelaskan atau meminta maaf. Jika boleh jujur, sebenarnya Sonya tidak punya keberanian untuk memperlihatkan diri di hadapan Zeron lagi. Namun panggilan itu sudah datang. Resmi. Tak bisa ditolak. Dan itu berarti, dia tidak punya pilihan selain datang, walau jiwanya nyaris tercerabut dari tempatnya berdiri. Dengan sisa-sisa keberanian dalam dirinya, Sonya melangkah menuju ruang kerja Zeron. Suara langkah kakinya bergema di sepanjang koridor, setiap detaknya terdengar lebih nyaring daripada biasanya. Semakin dekat dengan pintu besar berlapis kaca buram itu, sema