“Ehm, siapa ya tadi namanya?” Galen berujar, suaranya sedikit tertahan, sementara ekspresinya menunjukkan konsentrasi penuh. Matanya yang bulat menatap lurus ke langit-langit ruangan yang putih bersih, seolah-olah mencari jawaban yang tersimpan di sana. Bibir mungilnya mengerucut beberapa sentimeter, membentuk cemberutan lucu yang mengisyaratkan bahwa dia sedang berpikir keras, atau mungkin sedang mengarang cerita. Sonya menunggu dengan sabar. Dia duduk dengan tangan kanannya menopang dagu, matanya tak lepas dari Galen. Hatinya diselimuti campuran antara gemas dan kecemasan. Dia tahu betul putranya ini seringkali asal ceplos, mengucapkan hal-hal tak masuk akal dengan keyakinan penuh. Namun, tetap saja ada secercah harapan bahwa kali ini Galen akan mengatakan sesuatu yang berguna.

