Sandra tertegun, menatap wajah Gio yang damai dalam tidurnya. Perasaannya campur aduk antara rasa bersalah dan sedikit kelegaan. Dia tahu, ia telah berlaku egois, memaksakan pernikahan ini demi menutupi kehancuran yang hampir terjadi. Dia mengusap setitik air mata yang jatuh ke pipinya, lalu bangkit berdiri. Langkahnya pelan, mengendap-endap seolah takut mengganggu ketenangan tidur Gio. Dan, dia pergi bukan untuk meninggalkan, melainkan untuk mengambilkan sesuatu, selimut. Jelas dia tidak tega melihat suaminya kedinginan di malam pertama pernikahan mereka. Dengan langkah cepat, ia kembali dari kamar, membawa selimut tebal. Dengan lembut, diselimutkannya tubuh Gio. Yang tidak Sandra sadari, saat ia membisikkan kata-kata penyesalan itu, mata Gio tidak sepenuhnya terpejam. Tepat saat S

