TWO

937 Words
Icy tersenyum di kamera, makanan sehari-harinya. Ia harus pura-pura bahagia dan ceria meskipun tak ada hal yang bisa membuatnya bahagia sama sekali. "Album kamu ini keren banget, aku udah dengar semua lagunya. Kamu ini memang berbakat sekali bikin lirik lagu yang menyentuh." Icy tersenyum dan mengangguk pelan seraya mengucapkan terimakasih. "Ini Album kamu yang ke enam kan ya?" Icy kembali mengangguk mengiyakan. "Semua orang tahu kamu jago main piano dan biola, tapi ada satu pertanyaan yang terus mengganjal dalam pikiran saya. Kenapa sih semua lagi kamu itu lagu-lagu berirama sedih dan galau?" "Aku sebenarnya suka semua genre musik, tapi aku lebih nyaman ke musik klasik dan melow. Jadi karena aku tahu kesukaanku dan kebetulan juga lagi ada ide dan fell jadilah lirik-lirik itu, walaupun sebenarnya musik klasik gak cuma tentang lagu melow. Aku hanya suka dan kebetulan kalian juga suka." "Tepuk tangan dulu dong untuk Icy." Tepuk tangan meriah diberikan untuknya, sudah hal yang biasa. "Album pertama kamu judulnya 'Ruang' kan sempet booming banget tuh, belum lagi disusul Album kedua ketiga dan seterusnya hingga sekarang. Hebat banget loh bisa pertahankan posisi ini apalagi dengan lagu-lagu melow, jadi sebenarnya gimana perasaan kamu saat tahu lagu-lagu itu meledak dipasaran? Gak menyangkakah atau sudah menyangka?" Tawa penonton sedikit meriuhkan suasana karena sedikit candaan sang pembawa acara. "Jadi begini kebetulan aku memang belajar musik klasik sedari kecil, terus bikin-bikin lirik dan akhirnya dijadikan lagu. Sebenarnya gak terlalu menyangka karena anak usia dua belas tahun mana bisa sih saingi penyanyi top yang lebih senior lebih hebat dan berpengalaman. Rasanya sudah pasti senang, oleh karena itu saya sangat mengapresiasi semua teman-teman yang sudah mendukung saya sedari awal. Saya akan berusaha mengeluarkan karya terbaik untuk selanjutnya." Ini sudah ratusan kalinya Icy berada dititik jenuh, titik jenuh dari hidupnya yang tidak bisa dikatakan sebagai sebuah hidup. Hal ini sudah direncanakan oleh Icy matang-matang, ia akan kabur dan pergi jauh meninggalkan ibu dan ayahnya yang sayang padanya tapi bagaikan menikamnya dari segala arah. Ia sudah cukup umur, sudah punya visa dan paspor. Tapi masalahnya adalah uang, Icy tak punya uang meskipun ia punya banyak uang. Jika saja Icy mencairkan uangnya, maka mamanya akan tahu. Tapi jika tidak dicairkan bagaimana Icy bisa kabur? Padahal masalah waktu sudah Icy atur dengan begitu baik dan itu akan berlangsung sekitar satu minggu lagi. Ah! Ia punya suatu ide yang bisa jadi berdampak buruk atau entahlah. Ia akan melancarkan aksinya malam ini, karena jika ini berhasil ia bisa mencarikan uangnya. Keesokan harinya, pagi ini Icy harus berangkat lebih dulu dibanding sang mama karena ia harus tampil pagi. Sedangkan mamanya sebagai seorang istri yang baik harus menyiapkan segala keperluan suaminya. Jadilah ia pergi lebih dulu, lagipula ia hanya akan menyanyi satu lagu lalu pulang. Sehabis perform, Icy meminum air mineralnya dan duduk dengan santai. Ia harus menunggu sebentar. "Mau pulang sekarang Icy?" Icy menggeleng pelan dan kembali minum air. "Sebentar lagi, perutku gak enak banget ini." Alasannya. Lalu ponsel asistennya itu berdering, dengan sigap Aliah mengangkatnya dan terkejut bukan main. Icy harus memulai aktingnya, ia meringis dan memegangi perutnya. "Icy kamu kenapa?" Icy menggeleng pelan seraya mengeluarkan suara seperti orang meringis. "Kayanya Icy mau buang air deh, kamu kenapa? Ada telfon dari mama ya?" Aliah terbingung dan cemas tak tahu harus bicara apa. "Tuan dan Nyonya, mobilnya kecelakaan. Kita harus kerumah sakit sekarang." Icy kembali berakting dengan pura-pura perutnya semakin sakit. "Aku buang air sebentar ya Al, kamu siapin dulu mobilnya. Aku udah gak tahan." Icy berlari meninggalkan asisten yang terus meneriaki namanya. Setelah cukup jauh, Icy terus berlari dan menghentikan tukang ojek untuk membawanya ke salah satu bank. Karena tidak terlalu macet jadilah ia tak perlu waktu lama untuk sampai ditempat tujuan. Sesampainya disana segera ia mencairkan uangnya, membuat rekening baru dan memasukkan uangnya. Lebih ribet memang karena Icy tak ingin ditransfer dan mengakibatkan rencananya terbongkar. Cukup memakan waktu lama hingga Icy sedikit takut Aliah akan curiga. Tidak semua yang Icy cairkan karena terlalu lama ia hanya perlu uang untuk pergi berangkat dan tak peduli bagaimana hidupnya nanti yang penting ia bisa pergi lebih dulu dari keluarganya. Setelah selesai, Icy kembali menaiki ojek untuk menghemat waktu menuju ke lokasi terakhir ia bertemu dengan Aliah. Dengan tergesa-gesa Icy berlari menuju mobilnya. "Sorry, aku sakit perut banget jadinya harus bulak-balik." Wajah panik Aliah seketika terlihat lega. "Kamu kemana? Aku cari di toilet situ gak ada." "Aku ke toilet yang lain. Sorry, mendingan sekarang kita langsung ke rumah sakit." Dalam perjalanan kerumah sakit, Icy tersenyum kecil penuh makna. Ternyata rencananya membuat rem blong hebat juga, biarkan saja orangtuanya masuk rumah sakit toh mereka tak akan mati. Mereka baru bisa mati jika dirinya juga mati, dan Icy pun tak mau peduli bagaimana hidup orangtuanya jika dirinya kabur. Icy akan bersenang-senang. Terserah jika kalian menyebutnya anak durhaka atau semacamnya karena Icy hanya ingin hidup bebas. Sesampainya disana, orangtuanya berada diruang yang sama. Sang mama masih beristirahat begitupun papanya, kondisi mereka tak cukup buruk juga tak cukup baik. Kaki papanya patah dan butuh waktu pemulihan, ada beberapa luka dan tangan diinfus. Sedangkan sang mama ada beberapa luka kecil dan jahitan kepala. Ingin rasanya Icy tertawa, dengan pelan ia mengambil handphone sang ibu menghapus pesan pemberitahuan penarikan uang. Jika kondisi orangtuanya begini, Icy yakin ada banyak kesempatan mencarikan semua uangnya. Dengan senyum licik Icy kembali menaruh ponsel itu di nakas. Aliah dan para bodyguard yang lain sedang berada diluar menunggu, membiarkan Icy berada didalam sendirian menjaga orangtuanya. Dan aktingnya kembali dimulai dengan Icy yang pura-pura menangis dan sedih, katakan ia gila. Memang, Icy sudah gila karena tekanan dan obsesi ibunya membuat pikirannya begitu jahat dan licik bahkan pada orangtuanya sendiri hanya karena sebuah kebebasan. Vote and Comment please!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD