46. Suatu Malam di Dieng

2424 Words

                Aku merasa tidurku terusik ketika sebelah tanganku terasa kebas. Perlahan aku membuka mata dan mencoba bergerak, namun terhalang. “Hmmmmh...”                 Aku mendelik begitu mendengar embusan berat napas Mas Adim di belakangku, lalu sebelah tangannya yang ada di perut menarik badanku mendekat. Hatiku mencelos begitu sadar kalau saat ini kami berdua masih belum memakasi apapun. Gara-gara kelelahan, kami berdua langsung tidur setelah menyelesaikan--- itu, iya itu, yang semalam sempat kami perdebatkan.                 Aku melirik jam dinding, ternyata jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Langit hari ini mendung, seolah mendukung ucapan Mas Adim tadi pagi kalau dia tidak ingin kemana-mana. Kenapa sih, dari semlam seolah semuanya berpihak padanya? Termasuk pagi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD