PART: 2

1046 Words
Hari ini keluarga Raga dan keluarga Ara bertemu di sebuah restoran yang berada di salah satu hotel bintang 5, keluarga Ara sudah sampai terlebih dahulu dan menempati meja yang sudah di reservasi sebelumnya. Ara terlihat cantik dengan dress hitam yang kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih bak porselen, dengan rambut yang dibiarkan tergerai dan dengan makeup yang natural menambah kecantikan Ara. "Hai jeng, hai bang Dimas, maaf lama, harus ngurusin cucu dulu, mau terlihat ganteng di depan calon mama katanya" kata seorang wanita paruh baya yang terlihat lebih muda dari usianya yang sedang menggandeng seorang anak lelaki yang sangat menggemaskan dengan mata bulat dan pipi chubby nya. "Mana mama Biru oma?" tanya Xabiru sambil mendongak melihat sang Oma. "Itu sayang, tante cantik itu calon mama Biru" kata Marta sambil menunjuk Ara. Ara shock mendengar itu, karena dia baru tahu jika yang akan menikah dengannya adalah seorang duda. Ara menatap tajam kedua orangtuanya yang hanya dibalas cengiran oleh mereka. Tapi sebenarnya Ara tidak masalah karena ara sangat menyukai anak-anak, karena dia adalah putri tunggal, jadi sering merasa kesepian tanpa saudara. "Mama" kata biru sambil berlari memeluk kaki Ara. “Biru senang banget, akhirnya Biru punya mama” kata Biru mendongak menatap Ara Ara yang melihat itu terharu dan membawa biru kepangkuannya. "Siapa namamu sayang?" kata Ara sabil mengelus rambut Biru. "Xabiru mama, tapi daddy sama oma manggilnya Biru" kata Biru dengan menggemaskan. Ara tersenyum, "Oke Biru, mulai saat ini panggilnya Buna ya jangan mama. Buna singkatan dari Bunda Ara. Gimana?” tanya Ara sambil mengelus pipi chubby Biru "Iya buna. Bunanya Biru" kata Xabiru sambil memeluk Ara erat, dan dibalas oleh Ara. Kedua orangtua Ara dan Bunda Raga terharu melihat interaksi dua manusia beda generasi tersebut. Mereka tidak menyangka bahwa Ara dan Biru akan akrab secepat itu. Ayah Raga memang sudah lama meninggal, sehingga Raga yang bertanggung jawab atas bundanya dan perusahaan sang Ayah. "Hei marta, dimana Raga? Kenapa kalian hanya berdua?" Tanya Dimas kepada Marta. "Lagi cari parkiran tadi bang, bentar lagi juga kesini" kata Marta Mereka larut dalam perbincangan yang sangat asik, hingga suara berat seorang laki-laki mengalihkan perhatian mereka. "Hai bun maaf tadi parkiran penuh jadi Raga agak lama" kata Raga sambil duduk disamping sang bunda, tepat di depan Ara. "Hai tan, hai om selamat malam" kata raga menyapa Dimas dan Irma. "Malam nak" sahut Dimas dan Irma kompak. Ara yang melihat lelaki di depannya mematung, karena laki-laki tersebut sangat tampan bak dewa yunani dan memiliki badan yang tinggi dan tegap serta rahang yang tegas, oh rasanya Ara ingin mengelus rahang itu. Tapi jangan lupakan aura dingin yang ada pada Raga sangat kentara. Raga yang merasa diperhatikan langsung mengalihkan pandangannya dan menatap Ara, dan tatapan mereka bertemu selama beberapa detik sebelum Ara yang terlebih dahulu memalingkan wajahnya. Entah mengapa Ara merasakan pipinya memanas dan jantungnya berdegup kencang hanya karena ditatap oleh Raga. Raga yang melihat sang anak dipangkuan Ara merasa heran sekaligus terharu, karena sejak masih bayi merah Biru sudah ditinggalkan oleh sang ibu. Dia bahagia karena sebentar lagi biru akan merasakan kasih sayang seorang ibu. Dan sepertinya Ara juga menerima kehadiran Biru. Syukurlah batin Raga. "Daddy, ini buna nya Biru" kata Xabiru mentap Raga dengan binar bahagia di wajahnya "Buna???" Kata Raga sambil mengerutkan alis karena bingung. "Ara yang menyuruh biru memanggilnya buna. Bunda Ara katanya.xixi" kata irma menanggapi kebingungan Raga "Oh oke tan" kata raga tersenyum. Raga akui Ara memang sangat cantik, lebih cantik dari mantan istrinya. Ara memiliki kulit yang putih dan hidung kecil yang mancung dengan bibir tipis yang merah menggoda, membuat Raga ingin melumatnya. Ohh ayolah apa yang Raga pikirkan. Raga pun segera menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran kotor itu. Hati Raga menghangat melihat keakraban Ara serta sifat keibuan Ara yang saat ini sedang menyuapi eskrim Xabiru. Dia merasakan ada rasa yang aneh di dalam hatinya, entah apa itu Raga belum menyadarinya. Apakah Raga jatuh cinta pada pandangan pertama? Ohh tidakk, Raga langsung menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pemikiran tersebut, karena dia masih tidak percaya dengan cinta. Yang terpenting saat ini adalah kebahagiaan sang anak dan sang bunda. Karena mereka adalah alasan Raga untuk hidup. ------------------ Makan malam pun selesai dan kedua keluarga tersebut sepakat untuk melangsungkan pernikahan satu minggu kemudian, dengan pertimbangan yang matang. Segala persiapan pernikahan diatur oleh Irma dan Marta dan dibantu oleh Wedding Organaizer pilihan mereka. Raga dan Ara pun hanya terima beres saja karena mereka percaya dengan pilihan para orangtua. Selama satu minggu tersebut Raga dan Ara tidak pernah bertemu sama sekali, berkomunikasi lewat hp pun tidak. Hanya Xabiru yang sering menginap di rumah Ara karena jika tidak dituruti maka anak itu akan merengek dan rewel seharian. ~Satu minggu kemudian~ Hari ini adalah hari dimana Ara akan melepas masa lanjangnya dan dalam sekejap berubah menjadi istri sekaligus ibu untuk suami dan anak tirinya, saat ini Ara sedang menatap pantulan dirinya di cermin setelah penata rias menyelesaikan riasannya pada wajah Ara. "Anak mami cantik banget" kata mami Ara di ambang pintu dan berjalan mendekati ara. Ara langsung memeluk sang mami dan meneteskan air mata. "Hei kenapa nangis sayang, nanti luntur makeup nya" kata Irma menepuk punggung sang anak "Ara merasa belum bisa membahagiakan mami dan papi, tapi ara malah menikah" kata Ara sesegukan "Dengan kamu menerima perjodohan ini, mami sama papi sudah sangat bahagia sayang" "Kamu harus menurut kepada suami, dan melaksanakan kewajibanmu sebagai istri, jadilah istri yang baik okay sayang" kata Irma kepada sang putri. "Iya mi" "Yaudah dibenerin dulu riasannya, setelah itu turun sama mami karena ijab kabul akan segera dimulai" kata Irma yang diangguki oleh Ara. Ara dan sang mami berjalan menuruni tangga, seketika mereka menjadi pusat perhatian karena para tamu disana terpesona akan kecantikan Ara, tak terkecuali Raga. Bahkan dia tidak berkedip memandang Ara. Ara duduk disamping Raga yang saat ini sudah menjabat tangan Dimas untuk memulai ijab kabulnya. “Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Raga Dirgantara Akalanka dengan putri kandung saya Araxi Elqueensha Nazeera dengan mas kawin perhiasaan 80 gram dibayar tunai” "Saya terima nikah dan kawinnya Araxi Elqueensha Nazeera binti Dimas Saputra dengan mas kawin perhiasan 80 gram dibayar tunai" jawab Raga dengan lantang dan satu tarikan nafas "Sahhhh" "Sahhhh" "Sahhhh" Tak terasa Ara meneteskan airmatanya. Lalu Raga memasangkan cincin dijari manis Ara dan juga sebaliknya. Ara mencium tangan Raga dan dilanjutkan Raga yang mengecup kening Ara. Raga merasakan hatinya mengahangat saat Ara mencium tangannya, tanpa sadar sudut bibirnya naik keatas. Raga tersenyum. Setelah acara ijab kabul, mereka melangsungkan resepsi yang dihadiri beribu-ribu tamu undangan hingga acara selesai sampai larut malam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD