Tidak bisa mengelak kalau hatinya sakit. Namun ia tidak bisa menolak semua kenyataan. Reynan dan dirinya hanyalah sebuah kesepakatan. Apa pun yang terjadi saat ini adalah kecerobohannya, yang terlalu menikmati sebuah peran. Dilihat lagi bra ditangannya, Rubby hanya bisa menggigit bibirnya kuat. Mengingatkan dirinya bahwa rasa sakit itu masih ada. Kenapa ia bisa lupa? Harusnya Rubby sadar, bahwa Reynan tidak cukup dengan satu wanita. Sebuah ketukan dari luar, mengalihkan tatapan Rubby dari bra ditangannya. Meletakan bra itu di atas ranjang, ia memilih untuk membuka pintu. "Eh, Erina. Ada apa?" Gadis itu tersenyum, dengan membawa nampan yang berisi makan siang, dan sebuah jus. "Pak Reynan sering bercerita pada saya, kalau Ibu menyukai makanan seperti ini. Walau pun kami sangat sibuk,

