bc

Istri di atas kertas

book_age18+
885
FOLLOW
9.6K
READ
HE
single mother
heir/heiress
kicking
loser
like
intro-logo
Blurb

Ada banyak lelaki tampan di kantor tempat Lana bekerja. Hampir semua memenuhi syarat kriteria lelaki idamannya.

Aji, si super percaya diri, humoris dan murah hati.

Nata, si paling merasa tampan, dan memang tampan.

Andra, si sempurna dari segala hal idaman para wanita.

Satu lagi, Dika.

Dika adalah kebalikan dari ketiga lelaki yang disebutkan di atas, playboy dan suka main perempuan, tidak berpotensial menjadi calon suami idaman. Tapi sayangnya justru Dika yang menjadi kandidat suami dan berhasil menjadi suami Lana.

Walau hanya suami sementara, karena mereka hanya sebatas menikah kontrak.

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Selamat datang selamat berbelanja,"  "Salah woy!!" "Eh, salah ya. Gue ulang." Lelaki berkemeja biru tua itu kembali membetulkan posisinya, bahkan ia berdehem sebelum kembali berbicara. "Selamat datang, selamat bergabung dengan tim kami Ilanna." Serunya.  Detik berikutnya terdengar seru dan tepuk tangan dari beberapa orang yang ada disitu.  Perkenalan singkat, tapi Ilana atau Lana sudah hafal nama dan wajah orang yang akan menjadi rekan kerjanya.  "Terima kasih untuk sambutannya." Ilana merentangkan kedua tangannya dan menekuk satu kaki ke belakang lalu menunduk, layaknya wanita bangsawan.  "Mohon bimbingan semuanya!" Lanjut Lana.  "Pastinya kita akan bimbing lo sampai pro," Lelaki berkemeja biru tua bernama Aji itu mengacungkan ibu jarinya.  "Jangan mau di ajarin Aji, nanti lo bakal sesat." Balas Lala.  "Satu lagi, jangan deket-deket Nata, lo bisa jadi santapannya." Lana tersenyum. "Santapan apa? Aku bukan makanan kali." Balasnya dengan senyum ceria. "Gue yakin lo masih segelan, masih lugu dan polos banget. Bergabung dengan Tim kami, dalam waktu satu bulan aja pasto udah pro." Balas Nata, yang berdiri tak jauh dari Lana. "Kalian bilang pro terus, aku makin berasa jadi anak baru amatiran. Tapi, aku akan berusaha belajar dan mengikuti saran kalian."  "Bagus!" Aji dan Nata menjawab serempak, membuat Lala menggelengkan kepalanya dan berdecak kesal. "Lo harus hati-hati dengan dua lelaki buaya darat itu. Mereka memiliki rayuan maut, yang bisa membuat cewek klepek-klepek." Ucap Lala setengah berbisik, tapi Lana yakin, kedua lelaki itu masih bisa mendengarnya dengan jelas.  "Iya aku bakal hati-hati seperti kamu," Balas Lana, yang membuat Aji dan Nata tertawa terbahak-bahak.  "Lo gak bakal bisa jadiin Lana sebagai sekutu, dia gak sok jual mahal kayak lo. Makanya Lo masih betah dengan predikat jomblo akut." Ledek Aji. "Mending gue jadi jomblo akut daripada lo tukang celup sana sini."  "Gue bukan tukang celup, gue cuma menjalankan tugas aja. Setiap ada yang membutuhkan gue siap melayani." Aji mengelak. "Sama aja! Itu namanya tukang celup. Belum aja lo ketiban sial, cewek yang lo celup hamidun."  "Itulah gunanya Pro, kami ini sudah memiliki jam terbang tinggi, jadi gak mungkin kebobolan." Aji merangkul pundak Nata, dan melirik jahil ke arahnya. "Masalah celap-celup jangan bawa gue. Jam terbang gue belum sebanyak lo. Apalagi Dika." Nata melepas rangkulan Aji.  "Kalian bahas apa sih? Celap-celup dari tadi. Emangnya kalian jualan teh celup." Balas Lana yang belum mengerti dengan pembahasan teman-temannya itu.  "Nanti lo bakal ngerti sendiri. Sekarang lebih baik kita ke ruang meeting. Ada pertemuan penting, sekaligus perkenalan lo pada ketua Tik kita."  Lana mengangguk setuju. Sebenarnya hari ini merupakan hari kedua Lana bergabung di perusahaan biro jasa iklan yang akan menjadi tempatnya bekerja. Sebelumnya Lana bekerja di perusahaan yang sama juga, tapi karena berbagai kendala perusahaan itu pun gulung tikar. Beruntung Lana mendapat rekomendasi dari salah satu teman yang menyarankan untuk melamar di perusahaan baru. Karena kemampuan Lana dalam bekerja sudah tidak diragukan lagi, ia pun segera diterima dan langsung bekerja.  Proses yang sangat singkat, meskipun Lana tidak memakai jasa orang dalam.  "Gak usah hiraukan mereka. Dan satu lagi, jangan tergoda apalagi mencoba dekat dengan pimpinan tim kita. Dia playboy cap sandal jepit." Ucap Lala. Lana terkekeh, "Masa sih? Ganteng banget apa ganteng aja?" Lana penasaran.  "Gantengnya pake banget. Gak wajar gitu,"  "Sepertinya kamu salah satu pengagumnya. Iya kan?" Selidik Ilana dengan jari telunjuk mengarah pada Lala. "So tau lu!" Lala menepis tangan Ilana. "Gue cuman kasih tau aja, takutnya lo jadi mangsa dia selanjutnya." Lanjut Lala. Lana hanya tersenyum saja. Ia tidak merasa penasaran atau pun ingin tau bagaimana sosok Dika yang digambarkan tampan tapi berbahaya itu. Fokusnya hanya mencari uang, bukan mencari pacar apalagi kecantol buaya cap sandal jepit yang diceritakan Lala. "Kayaknya Dika belom datang." Ucap Aji, ketika ia menjadi orang pertama yang membuka pintu, dimana mereka akan rapat untuk membahas pekerjaan baru sekaligus perkenalan untuk Ilana.  "Sepertinya mampir dulu ke bagian lain." Jawab Nata, dengan senyum jahil. "Biasalah bos kan punya hobi mampir sana-sini, selain celup sana-sini juga." Lala ikut menimpali.  "Lala udah paham betul bagaimana kebiasaan bos kita, padahal dulu sempet baper." Sindir Nata, yang langsung mendapat tatapan tajam dari Lala.  "Bener kan, Lala sempet naksir Pak Dika." Ucap Lana yang berada di barisan paling belakang. Sontak ketiga temannya yang berada di depan menoleh dan tertawa. Terutama Aji dan Nata, sementara Lala mukanya berubah masam. "Lana ini kelewat jujur atau rada kurang satu ons sih!" Keluh Lala.  "Gue seneng, akhirnya ada orang yang bisa ngimbangin keseriusan grup kita. Welcome Lana, gue seneng banget lo datang dan kerja disini." Aji hendak merangkul Lana, tapi wanita itu sudah terlebih dulu menepisnya.  "Aji ini, ngobrolnya gak usah sambil pegang-pegang. Bukan muhrim." Ilana menyilangkan kedua tangannya di bagian depan tubuh.  Aji hanya terkekeh pelan dan mengacungkan ibu jarinya. Hampir sepuluh menit lamanya mereka berempat menunggu kehadiran Dika, tapi nyatanya lelaki itu belum juga datang. "Biasanya emang suka lama seperti ini ya?" Tanya Lana pada Lala. "Tim kami memang terkenal ngaret dan gak tepat waktu, tapi kalau soal hasil kami selalu juara." Balas Lala. "Tapi sebagai kepala tim, harusnya dia bisa kerja on time."  Lala tersenyum. "Nanti kamu bakal tau gimana Dika dengan segala sikap dan keanehannya."  Lana hanya menggumam pelan. Sebagai karyawan baru tentu saja ia masih dalam tahap adaptasi.  Segala hal yang menurut orang lain biasa, bagi Lana justru menjadi hal baru dan butuh penyesuaian. Misalnya kedatangan Dika yang jauh dari kata tepat waktu.  Di perusahaan sebelumnya Lana dan Tim kerjanya terkenal sangat disiplin dan tepat waktu.  "Aku mau ke toilet dulu." Lana berdiri dari tempat duduknya. "Ke toilet, sekalian mampir kantin juga gak apa-apa." Balas Lala. "Kebelet doang sih, pengen pipis."  "Mau gue anter? Kali aja lo gak tau jalan ke toilet." Aji tiba-tiba berdiri menawarkan bantuan. "Yang ada bakal nyasar ke hotel sebelah, dan bukan pipis tapi di pipisin." Balas Nata.  Aji dan Nata saling menatap jahil, yang membuat Lala mengerlingkan matanya.  "Jangan mesum lah,, kasihan Lana. Dia anak baru, nanti kena mental tau rekan kerjanya pada jorok."  "Sambil kerja, sambil belajar, dimana lagi kalau bukan di perusahaan ini. Kami siap menjadi tutor sampai kamu pro."  Lana hanya meringis pelan. Satu hal yang bisa ia pelajari hari ini, bahwa temannya selalu mengatakan kalimat pro, tapi bukan untuk urusan pekerjaan.  Lingkungan kantor yang masih sangat asing untuknya. Tapi lokasi toilet tentu saja sudah hafal di luar kepala. Lana pun menuju toilet yang khusus wanita, dimana enam deret pintu salah satunya terdapat tanda rusak. Suasana toilet sangat sepi, mungkin hanya dirinya saja seorang yang ada di tempat itu. Tidak butuh waktu lama untuknya menyelesaikan kegiatan di kamar mandi, Lana pun segera keluar.  Anehnya dalam keheningan ia mendengar suara aneh yang terasa begitu dekat tapi tidak terlihat.  Suara tersebut seperti suara lenguhan dan suara aneh lainnya yang membuat jiwa penasaran Lana kian berontak. Ia menoleh ke segala arah untuk mencari sumber suara, sayangnya ia tidak menemukan apapun di lima pintu toilet yang terbuka. Kemungkinannya hanya satu, yaitu suara tersebut berasal dari toilet dengan plang rusak.  Apa petugas sedang membetulkan toilet tersebut dan suara-suara itu berasal dari sana? Tapi suaranya sedikit berbeda, lebih mirip suara orang tengah bercinta.  Lana kian mendekat karena suara makin terdengar jelas.  "Aku duluan keluar, tunggu beberapa saat setelah itu baru kamu keluar." Suara terdengar jelas dari dalam bilik kamar mandi.  Lana menempelkan telinga pada pintu agar ia bisa mendengar lebih jelas lagi. Tapi saat ia hendak menyentuh pintu, tiba-tiba saja pintu tersebut terbuka dimana posisi Lana setengah menunduk. Seseorang berdiri tak jauh dari tempatnya. Seorang lelaki bertubuh tinggi tegap dengan kemeja putih yang sedikit acak-acakan.  Perlahan Lana menoleh ke arah lelaki tersebut dan tersenyum kaku. "Kukira toiletnya rusak." Ucapnya. "Ternyata ada orangnya." Lana tersenyum dan menoleh ke belakang si lelaki, dimana ia juga melihat seorang wanita tengah merapikan rok span yang dikenakannya. "Sorry, ganggu." Lana tidak mungkin bertahan dengan keadaan aneh dan memalukan seperti itu. Ia pun memilih pergi dengan langkah cepat.   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Sang Pewaris

read
53.1K
bc

Scandal Para Ipar

read
693.9K
bc

Marriage Aggreement

read
80.9K
bc

Dilamar Janda

read
319.2K
bc

JANUARI

read
37.1K
bc

Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi

read
2.6M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook