bc

Wanita simpanan suamiku

book_age18+
1.7K
FOLLOW
9.9K
READ
one-night stand
HE
forced
boss
heir/heiress
tragedy
bxg
scary
brilliant
loser
affair
like
intro-logo
Blurb

Jonathan Eka Putra sudah menikah, tapi pria yang sudah memiliki istri tersebut memilih untuk menjalin hubungan asmara dengan Melinda, seorang wanita yang berprofesi sebagai model.

  Awalnya Melinda menolak untuk menjalin hubungan asmara dengan Jonathan, terlebih ketika wanita itu tahu kalau Jonathan sudah menikah. Tapi Jonathan mengancam Melinda, menggunakan kelemahan yang Melinda miliki, sampai pada akhirnya Melinda setuju untuk menjalin hubungan asmara dengan Jonathan.

  Awalnya Melinda memang terpaksa, tapi seiring dengan berjalannya waktu serta banyaknya hal yang mereka lakukan bersama-sama, Melinda sadar jika dirinya mencintai Jonathan.

  Hubungan cinta terlarang antara  keduanya di ketahui oleh istri Jonathan yang bernama Raline Andhita Putra.

  Raline tentu saja terkejut sekaligus murka ketika tahu jika sang suami menjalin hubungan asmara dengan Melinda. Raline meminta agar Jonathan mengakhiri hubungannya dengan Melinda, tapi sayangnya, Jonathan menolak untuk mengakhiri hubungannya dengan Melinda, dan memilih untuk mempertahankan Melinda.

  Hal itu membuat Raline semakin murka sampai pada akhirnya, Raline memutuskan untuk menyebar aib rumah tangganya tersebut pada media.

  Raline mengundang banyak media, kemudian melakukan jumpa pers. Raline mengatakan pada media kalau sang suami sudah berselingkuh dengan seorang wanita yang bekerja sebagai model, yaitu Melinda.

  Ketika berita perselingkuhannya dengan Jonathan mencuat ke publik, menyebar di berbagai media, baik media online ataupun media cetak, Melinda tentu saja mendapatkan banyak sekali cacian serta makian dari para netizen sampai akhirnya Melinda mengalami depresi.

  Lalu setelah kejadian tersebut, apa yang akan Jonathan lakukan? Siapa yang pada akhirnya akan Jonathan pilih? Apa Jonathan akan kembali pada sang istri, Raline? Atau justru Jonathan memilih untuk bersama Melinda dan mengakhiri pernikahannya dengan Raline?

chap-preview
Free preview
01 - Jonathan selingkuh.
Suara ketukan pintu yang cukup nyaring berhasil menyadarkan seorang wanita dari lamunannya. Wanita tersebut berdeham, kemudian berbalik menghadap ke arah pintu kamar dengan kedua tangan bersedekap, dan tubuh yang bersandar di dinding. "Silakan masuk!" teriaknya memberi izin. Tak berselang lama kemudian, pintu kamar terbuka, lalu masuklah seorang pria yang kedatangannya sudah ditunggu-tunggu oleh sang wanita. "Cris, bagaimana hasilnya?" Wanita tersebut sudah terlebih dahulu mengajukan pertanyaan pada pria yang saat ini melangkah mendekatinya. "Semuanya ada di dalam amplop ini, Nyonya Raline." Pria yang bernama Cris segera menyerahkan amplop berwarna cokelat berukuran cukup besar pada Raline. Raline segera mendekati Cris, lalu menerima amplop tersebut, membukanya dengan tergesa-gesa. Saking terburu-burunya, Raline bahkan hampir saja merobek amplopnya. Isi dari amplop tersebut adalah foto-foto sang suami bersama dengan seorang wanita yang wajahnya tidak terlihat jelas. Wajah wanita tersebut memang tidak terlihat jelas, tapi Raline tahu kalau pria yang ada dalam foto tersebut adalah pria yang berstatus sebagai suaminya, Jonathan. "Ini semua foto asli, kan? Bukan foto hasil rekayasa atau editan?" Raline mendongak, menatap tajam Cris. Awas saja! Jika sampai Cris berani menipunya, maka ia akan memberi Cris hukuman yang menyakitkan! Tapi, seharusnya Cris tidak berani menipunya, ketika sudah tahu siapa dirinya, dan betapa berkuasa dirinya saat ini. "Tentu saja fotonya aslinya, Nyonya!" Dengan cepat, Cris memberi bantahan. "Saya tidak akan berani melakukan hal seperti itu. Saya juga sudah mengabadikannya dalam bentuk video. Videonya ada di dalam flasdisk itu, Nyonya Raline. Anda bisa memeriksanya sendiri untuk lebih memastikannya lagi." Cris menjawab pertanyaan Raline dengan gugup sambil menunjuk flashdisk yang ada dalam plastik putih transparan. Wajar saja jika Cris gugup, tatapan mata yang Raline berikan sangat tajam, ditambah ekspresi wajahnya juga sangat menyeramkan. Raline segera meraih flashdisk tersebut, kemudian memasangkannya di laptop. Raline mulai memutar setiap video yang ada dalam flashdisk tersebut, kemudian mengamatinya dengan seksama. Kedua tangan Raline mengepal, urat-urat di lehernya terlihat jelas, dan kedua matanya melotot sempurna sesaat setelah melihat semua video yang Cris rekam secara diam-diam. "Kurang ajar!" Teriak Raline sambil menggebrak meja kerjanya begitu melihat video yang memperlihatkan sang suami sedang mencium wanita yang Raline yakini adalah wanita yang menjadi selingkuhan sang suami. Sekarang Raline yakin kalau foto-foto yang tadi ia lihat adalah asli, bukan hasil editan seperti apa yang sebelumnya ia pikirkan. Gebrakan meja yang Raline lakukan mengejutkan Cris. Cris bahkan sampai menelan ludahnya dengan jantung yang kini berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Cris ketakutan, tapi tak bisa melakukan apapun. Cris ingin pergi meninggalkan kamar Raline, tapi tak berani untuk melakukannya. "Berani sekali wanita sialan itu menggoda suami saya!" Raline kembali berteriak, teriakannya kali ini jauh lebih keras dari sebelumnya. Lagi-lagi Cris terkejut, tapi memilih untuk tetap diam sambil menundukkan kepalanya. Cris tidak berani melarang sang Nyonya untuk marah, atau nanti justru dirinya yang akan kena amukan kemarahan dari Raline. Ini bukan kali pertama Cris melihat Raline marah, tapi kemarahan Raline kali ini jauh lebih menakutkan dari pada sebelumnya. "Apa wanita dalam video ini sama dengan wanita yang ada di foto ini?" Raline melempar selembar foto yang memperlihatkan Jonathan sedang memeluk erat seorang wanita. "Sama, Nyonya Raline." Cris menjawab cepat. "Jadi, selama beberapa hari belakang ini, suami saya menemui wanita sialan ini?" tanya Raline sambil menunjuk layar laptopnya. "Ii-iya, Nyonya." Cris menjawab gugup. "Hanya dia? Tidak ada wanita lain selain wanita ini?" Ulang Raline memperjelas. "Hanya 1 wanita, Nyonya." "Kamu yakin, Cris?" tanya Raline penuh penekanan. "Saya yakin, Nyonya Raline." "Sialan! Sialan! Sialan!" Raline kembali mengumpat, kali ini bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. "Siapa nama wanita sialan itu? Dan apa pekerjaannya?" "Saya belum mencari tahunya, Nyonya. Selama ini saya hanya mengikuti Tuan Jonathan tanpa mencari informasi tentang wanita yang bersama Tuan Jonathan." Raline hanya mengangguk. "Apa saya harus mencari tahu informasi tentang wanita tersebut, Nyonya?" "Tidak perlu!" Dengan cepat serta tegas, Raline memberi penolakan. "Lalu, apa saya masih harus mengikuti ke mana pun Tuan Jonathan pergi?" Selama 1 minggu belakangan ini, Cris memang selalu mengikuti pergerakan Jonathan, dengan kata lain, Cris memata-matai Jonathan dan itu semua atas perintah dari Raline selaku istri Jonathan. "Untuk sekarang berhenti dulu." Sebenarnya Raline masih ingin agar Cris terus memata-matai Jonathan, tapi Raline takut jika Jonathan akan curiga. Jadi sebelum Jonathan curiga, lebih baik ia meminta agar Cris tidak terus mengikuti Jonathan. "Baik, Nyonya." "Nanti kalau saya butuh bantuan kamu, saya akan menghubungi kamu lagi. Bayaran untuk kamu sudah saya transfer, silakan kamu cek, Cris." Cris meraih ponselnya, untuk memeriksa, apakah pembayaran dari Raline sudah masuk atau belum? "Sudah masuk, Nyonya. Terima kasih banyak." Lagi-lagi Raline hanya mengangguk, lalu dengan isyarat tangan meminta agar Cris pergi meninggalkan kamarnya. Sejak tadi, Cris sudah ingin pergi, jadi ketika Raline memintanya untuk pergi, Cris bergegas pergi meninggalkan kamar sang majikan. Setelah melihat Cris keluar dari kamarnya, Raline meraih ponselnya, lalu menghubungi personal assistant sang suami, Fabian atau yang lebih akrab di sapa Bian. "Bian, di mana suami saya?" tanya Raline tanpa basa-basi terlebih dahulu begitu sambungan teleponnya dengan Bian terhubung. "Pak Jonathan ada di kantor, Bu Raline." "Apa hari ini ada meeting penting yang harus suami saya hadiri?" Jikapun ada meeting penting yang harus Jonathan hadiri, maka Raline akan tetap datang ke kantor Jonathan. "Tidak ada, Bu." "Baguslah kalau begitu," lirih Raline lega. "Katakan padanya kalau saya akan datang ke kantor." "Baik, Bu, akan segera saya sampaikan?" Begitu sambungan teleponnya dengan Bian berakhir, Raline segera bersiap-siap untuk pergi menuju kantor sang suami. Raline akan bertanya langsung pada Jonathan, apa Jonathan memang berselingkuh? Atau hanya sekedar sedang ingin bermain-main saja dengan wanita tersebut, karena merasa bosan dengan dirinya? Jika Jonathan hanya sedang bermain-main dengan wanita itu, maka Raline tidak akan terlalu ambil pusing. Biarkan saja, toh nanti kalau Jonathan sudah bosan, Jonathan akan membuang wanita tersebut seperti sampah, lalu kembali padanya. Tapi, kalau Jonathan berniat menjalin hubungan serius dengan wanita itu, dengan kata lain ingin menikahinya, maka Raline tidak akan tinggal diam. Raline tidak mau posisinya sebagai istri Jonathan di gantikan oleh wanita itu, dan apapun akan Raline lakukan untuk mempertahankan posisinya sebagai istri Jonathan. Raline sudah bersusah payah untuk bisa menjadi istri Jonathan. Jadi Raline tidak akan membiarkan siapapun merebut posisinya, menggantikan dirinya sebagai istri Jonathan. Tidak akan pernah! *** Bian melaksanakan perintah Raline, memberi tahu Jonathan kalau istri atasanya tersebut akan datang berkunjung. Bian menghubungi Jonathan melalui interkom. Jonathan sudah memberi tahu Bian kalau pria itu tidak ingin diganggu, oleh karena itulah, Bian tidak akan masuk ke dalam ruang kerja Jonathan. "Ada apa?" Suara bariton Jonathan menyapa Bian terlebih dahulu. Jonathan terdengar sangat kesal, dan Bian sadar akan hal itu. Tapi Bian tak punya pilihan lain selain menghubungi Jonathan, meskipun sebelumnya Jonathan sudah mengatakan jika pria itu tidak ingin diganggu. "Pak, Bu Raline akan datang berkunjung." "Ok, terima kasih." "Sama-sama, Pak." Setelah memberi tahu Jonathan kalau Raline akan datang, Bian kembali melanjutkan pekerjaannya yang masih menumpuk. Tak berselang lama kemudian, Raline sampai di kantor Jonathan. Raline sudah berada di lantai 25, tempat di mana ruangan kerja sang suami berada. Bian menolehkan kepalanya ke samping kanan begitu mendengar suara lift terbuka. Bian sontak berdiri, menyapa Raline yang baru saja melewati meja kerjanya. Raline mengabaikan sapaan Bian, dan terus melangkah menuju ruang kerja Jonathan dengan dagu terangkat tinggi. Bian tak ambil pusing ketika Raline tidak membalas sapaannya, karena memang sejak dulu, Raline tidak pernah membalas sapaannya. Sebenarnya pernah, tapi itu bisa di hitung dalam hitungan jari. Raline akan membalas sapaannya jika mood wanita itu sangat baik, dan jika Bian perhatikan, sepertinya mood Raline siang ini sangatlah buruk, terlihat jelas dari urat lehernya yang tegang dan tatapan matanya yang penuh amarah. Bian jadi penasaran, apa yang selanjutnya akan terjadi di dalam ruang kerja Jonathan? Karena sepertinya, Raline sedang marah pada Jonathan, dengan kata lain, Jonathanlah pemicu kemarahan Raline. "Apa yang sudah Jonathan lakukan sampai Raline terlihat sangat marah?" Bian mencoba menebak apa yang sudah Jonathan lakukan. Jonathan tidak perlu mendongak untuk melihat siapa orang yang baru saja memasuki ruangannya. Jonathan tahu siapa yang datang, siapa lagi kalau bukan Raline, wanita yang berstatus sebagai istrinya sejak 2 tahun yang lalu. Raline menghampiri Jonathan yang sedang duduk di balik meja kerjanya, seperti biasa, sibuk bekerja. "Lihatlah isinya." Raline meletakkan sebuah amplop berwarna cokelat tepat di depan sang suami, Jonathan. Amplop tersebut adalah amplop yang beberapa menit lalu Raline terima dari Cris. Jonathan menatap sekilas amplop yang baru saja Raline letakkan di mejanya. Jonathan sama sekali tidak berniat untuk melihat isi dari amplop tersebut. Jangankan melihat isinya, menyentuhnya saja Jonathan enggan. "Kamu sama sekali tidak berniat untuk melihat isinya, Mas?" Raline berusaha untuk tetap tenang meskipun sebenarnya ia ingin sekali mengamuk, melampiaskan amarahnya dengan cara membanting beberapa barang yang ada di sekitarnya. "Tidak!" Jonathan menyahut cepat, dan tegas. Jonathan masih fokus pada pekerjaannya, karena menurut Jonathan, pekerjaannya jauh lebih penting ketimbang harus melihat apa isi dari amplop di hadapannya. Jika saja dengan membuka amplop tersebut maka dirinya akan mendapatkan banyak sekali uang, maka Jonathan akan membukanya. Tapi sayangnya, Jonathan tahu kalau isi dari amplop tersebut pasti tidaklah penting. "Kamu yakin Mas tidak mau melihat apa isi dari amplop itu?" Jonathan tidak menanggapi ucapan Raline. Raline mendengus, lalu meraih amplop tersebut. Raline mengeluarkan semua isinya, kemudian menghamburkan semua foto-foto dari dalam amplop tersebut ke udara sampai akhirnya foto-foto itu berserakan di lantai, meja kerja Jonathan, bahkan tak sedikit pula foto yang menempel di tubuh Jonathan. "Brak!" Dengan kekuatan penuh, Jonathan menggebrak meja kerjanya. Saking kuatnya gebrakan meja yang Jonathan lakukan, beberapa barang di atas meja tersebut sampai jatuh ke lantai. Jonathan paling tidak suka jika ada orang yang menganggu saat dirinya sedang fokus bekerja, sekalipun itu adalah istrinya sendiri. Raline berjengkit kaget sampai tanpa sadar mundur 2 langkah begitu melihat Jonathan berdiri dengan amarah yang terpancar jelas di kedua matanya. Urat di leher Jonathan timbul, dan kedua tangan Jonathan mengepal sempurna sampai buku tangannya memutih, itu menandakan kalau Jonathan sangat marah. Ini bukan pertama Raline melihat Jonathan marah, tapi tetap saja, Raline terkejut. Jonathan meraih 1 lembar foto yang berada di hadapannya, terkekeh begitu melihat foto tersebut. "Kamu memata-matai suami kamu sendiri?" tanyanya sambil mendongak, menatap tajam Raline. "Kamu selingkuh, Jonathan!" Teriak Raline penuh emosi membara. "Iya, aku memang selingkuh. Kenapa? Itu masalah buat kamu?" Jonathan balas berteriak sambil melemparkan foto tersebut ke hadapan Raline. "Kamu gila! Kamu sudah memiliki istri, Jonathan! Dan aku adalah istri kamu!" Raline menunjuk dirinya sendiri sebelum akhirnya menunjuk Jonathan. "Untuk apa kamu selingkuh, hah?" "Aku tidak perlu menjawab pertanyaan kamu." Jonathan menyahut sinis. "Sudah berapa lama kamu selingkuh? 1 bulan? 2 bulan? Atau 1 tahun?" "Itu juga bukan urusan kamu, Raline!" "Itu jelas menjadi urusan aku, karena aku adalah istri kamu Jonathan!" Raline kembali berteriak. Jonathan kembali duduk, dan memilih untuk tidak menanggapi ucapan Raline. "Tinggalkan wanita sialan itu!" "Tidak akan pernah." Jonathan menyahut cepat. "Dan jangan pernah menyebutnya sebagai wanita sialan!" lanjutnya penuh penekanan. "Lalu kamu mau aku menyebutnya apa? Wanita baik-baik? Itu tidak mungkin, Jonathan! Wanita baik-baik tidak akan pernah menjadi perebut suami orang." "Merebut?" tanya Jonathan sambil tertawa mengejek. "Siapa yang merebut? Wanita itu sama sekali tidak pernah merebut saya dari kamu, karena saya tidak pernah menjadi milik kamu, Raline." Raline tidak membalas ucapan Jonathan, karena ia tak tahu lagi apa yang harus ia katakan pada Jonathan. Ucapan Jonathan memang benar, Jonathan tidak pernah menjadi miliknya meskipun dirinya adalah istri Jonathan. "Sekarang sebaiknya kamu keluar!" Jonathan berteriak sambil menunjuk pintu keluar. Raline keluar dari ruangan Jonathan dengan air mata yang kini sudah membasahi wajahnya. Untung saja meja sekretaris masih dalam keadaan kosong, dan Bian juga tidak ada di balik meja kerjanya, jadi tidak akan ada orang yang melihatnya menangis. Dengan cepat, Raline menyeka air mata dipipinya, bergegas memasuki lift begitu lift terbuka. "Dasar wanita sialan! Kenapa harus merebut suami orang di saat ada banyak sekali laki-laki lajang di luar sana?" Umpat Raline penuh kebencian. Raline menyandarkan tubuhnya yang terasa lemas di lift. "Jonathan, kenapa aku tidak bisa memilikimu seutuhnya? Kenapa sampai saat ini kamu tidak bisa mencintaiku, Jonathan? Padahal usia pernikahan kita sudah menginjak 2 tahun. Apakah ini balasan atas kesalahan yang sudah aku lakukan karena aku meminta ayah untuk membantuku agar mendapatkan kamu, Jonathan? Apa pernikahan karena perjodohan memang akan berakhir seperti ini? Tidak bisakah berakhir indah seperti yang lainnya? Setelah kepergian Raline, Jonathan segera memanggil petugas kebersihan untuk membersihkan kekacauan yang Raline perbuat. Jonathan mempunyai petugas kebersihan pribadi yang memang hanya bertugas untuk membersihkan ruangannya. Tak lama kemudian, petugas kebersihan yang Jonathan panggil datang, dan mulai membersihkan foto-foto serta barang-barang lain yang berserakan di lantai. "Pak, foto-fotonya harus saya apakan?" Petugas kebersihan yang bernama Mike tersebut bertanya sesaat setelah menyelesaikan pekerjaannya. "Taruh saja di meja." Jonathan menyahut tanpa berbalik menghadap Mike. "Baik, Pak." Mike mematuhi perintah Jonathan, menaruh semua foto-foto tersebut di meja yang ada di depan meja kerja Jonathan. Mike lantas pamit undur diri, dan begitu tahu kalau Mike sudah keluar dari ruangannya, Jonathan duduk di sofa. Jonathan meraih tumpukan foto-foto tersebut, memeriksa foto tersebut satu-persatu secara teliti. Jonathan mendesah lega ketika tak ada satu pun dari foto-foto tersebut yang memperlihatkan dengan jelas wajah wanitanya. Wanita yang sudah beberapa bulan belakangan ini menjadi kekasih pujaan hatinya. "Cris melakukan pekerjaannya dengan sangat baik," lirih Jonathan sambil tersenyum simpul. Cris memang takut pada Raline, tapi ada orang yang membuat Cris lebih takut, dan orang itu adalah Jonathan. Sejak awal, Jonathan tahu jika hari ini Raline akan mendatangi kantornya sambil membawa amplop yang berisi foto-foto dirinya dengan wanitanya. 1 bulan yang lalu, Jonathan tahu, jika Raline mulai curiga padanya, karena itulah, ketika tahu jika Raline meminta agar Cris memata-matainya, Jonathan membiarkannya. Jonathan membiarkan Cris melakukan pekerjaannya, tapi Jonathan meminta agar Cris tidak membidik dengan jelas wajah wanitanya. Cris tentu saja mematuhi perintah Jonathan, karena Cris tahu apa yang akan terjadi jika sampai dirinya tidak tunduk dan patuh pada perintah Jonathan. Jonathan tahu apa yang akan Raline lakukan jika Raline sampai melihat bagaimana wajah kekasihnya. Pintu ruang kerja Jonathan tiba-tiba terbuka. Jonathan terkejut. Dengan cepat, Jonathan menoleh, menatap tajam pada Bian yang kini melangkah santai menghampirinya. Jonathan tidak mempersilakan Bian untuk duduk, tapi Bian duduk tepat di hadapan Jonathan. Bian duduk dengan kaki menyilang serta kedua tangan bersedekap. Bian juga menatap lekat Jonathan. "Jadi, apa yang sudah lo lakukan pada Raline?" Perhatian Bian tiba-tiba tertuju pada tumpukan foto yang ada di hadapan Jonathan. "Itu foto apa?" "Bukan foto penting kok." Jonathan segera meraih foto-foto tersebut, kemudian menyembunyikan di balik punggungnya. Jonathan tidak mau Bian melihat foto-foto dari wanita pujaan hatinya. Bian memutar jengah bola matanya. Jonathan bilang jika foto tersebut bukan foto penting, tapi sikap Jonathan membuatnya berpikir jika foto-foto tersebut sangatlah penting sampai-sampai Jonathan menyembunyikannya. Jonathan tidak akan menyembunyikan foto-foto tersebut jika memang semua foto itu tidak penting. "Lo tahu kan apa aja pekerjaan gue?" Jonathan diam. "Gue adalah personal assistant lo, dan tugas gue bukan hanya mengurus masalah pekerjaan lo di kantor, tapi juga mengurus masalah pribadi lo. Sekarang, sebaiknya lo kasih tahu gue alasan kenapa Raline sangat marah sama lo." Jika Jonathan tetap menolak untuk memberi tahunya, maka Bian akan mencari tahunya sendiri. Jonathan memang belum memberi tahu Bian jika sebenarnya, sejak beberapa bulan yang lalu, dirinya menjalin hubungan asmara dengan seorang wanita yang ia temui di club malam. Meskipun enggan, akhirnya Jonathan memberi tahu Bian semuanya. Menceritakan semuanya sejak awal sampai akhir, secara detail serta menyeluruh.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Istri Tuan Mafia

read
17.0K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.4K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.1K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.2K
bc

CINTA ARJUNA

read
11.5K
bc

Ayah Sahabatku

read
19.3K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
21.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook