72~DS

1440 Words

“Bim! Stop, Bim,” pinta Sinar menepuk-nepuk lengan Bima. “Minggir bentar,” pintanya lalu menutup mulut. Berusaha menahan sesuatu yang bergejolak di dalam perutnya. “Duh!” Bima berdecak. Meski begitu, ia tetap menepikan mobilnya dengan hati-hati. Begitu berhenti, Sinar langsung keluar dan berjongkok di trotoar. Melihat hal tersebut, Bima bergegas keluar. Berjongkok di samping Sinar dan memijat tengkuk gadis itu. “Gara-gara yang tadi, nih, pasti,” ujar Bima. “Lo pasti telat makan. Maag, terus muntah-muntah. Jangan sampe kayak kak Vio, kapan lalu pernah sampe masuk rumah sakit gara-gara makannya nggak jelas.” “Berisik!” Sinar masih sempat-sempatnya menghardik Bima, lalu kembali memuntahkan isi perutnya. Setelah dirasa nyaman, ia terduduk begitu saja. Tidak mau peduli dengan pandangan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD