“Kana, ke penginapannya naik becak lagi saja, ya? Gerimis-gerimis gini, ... asyik banget. Romantis!” lirih Lita sambil tersenyum lembut sekaligus ceria menatap Arkana. “Jarak dari sini ke penginapan terbilang jauh, Hon. Kamu tega, membiarkan kakiku ditekuk berjam-jam lamanya? Juga, ... kamu enggak kasihan ke tukang becaknya, mengayuh becak berjam-jam? Nanti yang ada, kaki tukang becaknya lepas!” balas Arkana. Mereka baru saja keluar dari rumah makan Padang dan sudah langsung membuat perut Lita kenyang. Sementara di belakang sana, Dinda dengan penyamarannya masih duduk tanpa perubahan berarti, meski kini, Dinda tengah sibuk mengelap darah mimisan dari hidungnya yang terus keluar. Sebelum aku mati, ... aku pastikan, aku akan memiliki Arkana! Batin Dinda masih dengan keputusannya memilik