bc

Kau Milikku

book_age16+
165
FOLLOW
1K
READ
dare to love and hate
heavy
male lead
city
substitute
Neglected
like
intro-logo
Blurb

Irvan Gunawan:

"Jika mencintai milik orang lain adalah dosa, maka aku akan berdoa supaya ia tak lagi miliknya. Jika mendoakan hal itu adalah dosa, maka aku akan memilih berdosa demi kebahagiaannya.

Cheryl Almarita:

" Mencintai adalah hak semua orang, tapi tidak dengan cara merusak cinta orang lain. Mencintai memang indah namun terkadang menghasilkan luka, dan di cintai lebih indah, namun terkadang tak sesuai harapan".

Irvan Gunawan selalu berusahan membahagiakan wanita yang kini menjadi milik kakaknya sendiri-Cheryl Almarita, bahkan ia sangat mengidam-idamkan wanita kakaknya itu.

Bukan tanpa alasan Irvan melakukannya, tak lain dan tak bukan adalah karena ia sangat mencintai Cheryl dan ingin membahagiakannya.

Akankah Irvan bisa mendapatkan Cheryl? Bagaimana ia bisa meluluhkan hati wanita yang tengah menganggapnya sebagai adik itu?

chap-preview
Free preview
Satu
“Aku ingin menikah Ma” satu kalimat yang lolos dari bibir Leon Leonardo. “Menikah? Dengan siapa kamu akan menikah? Selama ini kau tidak pernah bilang kalau kau memiliki kekasih, kenapa tiba-tiba kau ingin menikah?” tanya Atika Permata Sari. “Karena aku ingin menunggu waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini dengan Mama dan Papa, dan menurut ku ini adalah waktu yang tepat karena aku sudah memantapkan hati ku untuk menikah dengan kekasih ku” jawab Leon. “Baiklah, kalau memang kamu sudah memantapkan diri untuk menikah. Bawa calon menantu papa ke mari, dan kita akan mempersiapkan pernikahan kalian” kata David Robert yang di jawab dengan anggukan oleh Leon. Sudah sejak lama Leon ingin menikah dengan kekasihnya Cheryl Almarita, namun lagi-lagi rasa ragu terus menerus menghampirinya hingga baru kali ini ia berani untuk membawa Cheryl ke pelainan bersamanya. “Cie yang mau nikah, udah yakin sama pilihannya? Nanti nyesel lagi, nanti malah ngecewain anak orang lagi” ledek Irvan Gunawan. “Irvan, kamu nggak boleh gitu dong sama kakak kamu, harusnya kamu itu mendukung kalau kakak kamu benar-benar ingin menikah, jangan kamu panas-panasin begitu, nanti kakak kamu malah batalin pernikahannya karena kamu” protes Atika. “Kenapa harus meledek kakak kamu? Kenapa tidak mencarikan mama dan papa calon menantu saja? Dengan begitu kamu bisa segera menyusul kakak kamu, bukan malah ngeledek nggak jelas seperti ini” timpal David. “Iya nih protes aja, aku yakin om dan tante pasti sudah sangat menginginkan menantu” timpal Leon lagi. “Irvan, mama sama papa sangat menginginkan menantu dari mu, tapi kami tidak akan memaksa karena kakak mu Leon baru saja menikah. Tapi bagaimana dengan mama dan papa mu? Apakah mereka akan bersabar menunggu kamu? Cobalah untuk di pikirkan nak, mereka pasti sangat merindukan menantu dan cucu mengingat kamu adalah putra tunggal mereka. Mereka juga sangat pasti sangat menantikan seseorang yang bisa mengurus mu dengan baik.” kata David lagi. “Bukan begitu papa ku sayang, papa kan tau sendiri bagaimana sifat putra tersayang papa ini, jangan sampai dia membuat masalah deh. Dan untuk mama dan papa Irvan, papa tidak perlu khawatir, mereka memberi ku kebebasan untuk menentukan kapan aku menikah. Aku juga tentu memikirkan perasaan mereka, tapi belum untuk saat ini. aku juga yakin kalau mereka bahagia di alam sana, karena anak tersayangnya ini di asuh dan di besarkan oleh papa dan mama yang sangat menyayangi ku, jadi aku yakin mereka tidak akan khawatir di surga” kata Irvan. “Kapan aku membuat masalah dalam keluarga ini? Yang ada kamu tuh, sampai saat ini masih saja jomblo akut, aku takut kalau kamu akan mencemarkan nama baik keluarga karena nggak nikah-nikah alias nggak laku” Leon tak mau kalah. “Nggak mau nikah mungkin benar, tapi kata nggak laku-lakunya itu kok rasanya nggak enak ya di dengar telinga. Aku bukan nggak laku ya, tapi aku nggak mau di sakiti dan nggak mau menyakiti. Kalau hanya untuk mendapatkan wanita, aku juga bisa mendapatkan wanita yang lebih cantik dari kekasih mu, atau bahkan, aku bisa mendapatkan kekasih mu itu kalau aku mau. Tapi sayangnya, aku bukan perusak dan aku bukan tipe orang yang suka menyakiti apalagi mengecewakan” kata Irvan. “Sudahlah, kalau kalian berdua masih di sini, perdebatan nggak akan pernah ada habisnya. Sebaiknya kami kembali bekerja Leon, dan atur waktu yang tepat untuk membawa kekasih mu ke sini serta membahas mengenai pernikahan kalian” kata David, lalu pergi meninggalkan Irvan dan Leon yang di susul oleh Atika. Irvan memang tinggal ke rumah Leon karena mereka adalah saudara sepupu, Irvan sudah menganggap David dan Atika seperti orangtuanya sendiri, sama seperti orangtua kandungnya Damita Puspita dan juga Erik Hartawan. Ia harus menelan pahitnya di tinggal kedua orangtuanya untuk selama-lamanya dalam kecelakaan mobil tujuh belas tahun yang lalu. Sebagai kakak tunggal Erik, David merawat dan menjaga Irvan sama seperti keempat putranya tanpa membandingkannya sedikitpun, ia bahkan lebih menyayangi Irvan daripada keempat anaknya. Meski demikian, keempat anak David tak pernah protes akan hal itu, mereka mengerti kenapa David melakukan hal itu, mereka juga sudah menganggap Irvan seperti adik kandung mereka sendiri. Setelah kepergian kedua orangtuanya, Irvan langsung mendekati Leon, ia benar-benar belum puas untuk mencari perkara dengan kakaknya itu. Bukan Irvan namanya jika tidak mencari perkara dengan keempat kakaknya, namun ia cenderung lebih pendiam kepada ketiga kakak iparnya. “Kak, kekasih mu cantik nggak? Apa dia memiliki adik perempuan? Siapa tau adik perempuannya mau sama aku, kan pasti cocok” goda Irvan yang membuat Leon semakin jengkel. “Kalau aku memberikan adik perempuan kekasih ku sama kamu, itu artinya kamu yang akan menikah, bukan aku” protes Leon. “Ya, itulah yang aku mau. Karena dari yang aku lihat, kamu belum benar-benar siap untuk menikah, aku takut kamu akan melukai hati wanita yang akan kamu cintai itu” kata Irvan sambil terkekeh. Leon hanya menatap Irvan tanpa berkata sepatah katapun, lalu ia bangkit dan pergi meninggalkan Irvan. “Kenapa orang-orang di rumah ini sangat sensitif? Sungguh kekanak-kanakan sekali” kata Irvan. Irvan melajukan motornya ke sebuah café yang tak jauh dari rumahnya, sebelumnya ia sudah menghubungi beberapa sahabatnya dan meminta mereka untuk bertemu di sana. Tak lama, Irvan tiba di sebuah café tempat di mana ia membuat janji dengan para sahabatnya. Dan benar saja, di sana sudah ada dua orang sedang menunggu kedatangan Irvan. “Hai Van” kata Agustinus Kamaludin, salah satu sahabat Irvan. “Udah lama ya nggak ketemu, makin sukses aja sekarang” lanjutnya. “Amin… amin amin, semoga saja aku bisa sukses beneran berkat doa kamu, dan aku nggak bakalan lupain kamu” kata Irvan sambil terkekeh, lalu meneguk minuman Erik Antona, sahabatnya yang juga ada di sana. “Kamu enak Van, masih bisa hidup bebas seperti sekarang ini. Berbeda dengan kita yang nggak bisa ke mana-mana lagi, apalagi istri ku sekarang lagi hamil tua, benar-benar nggak bisa di tinggal. Dan yang paling parahnya lagi Van, istri ku benar-benar bawel banget, ampun ampun dah sama dia. Dia benar-benar berbeda dari yang sebelumnya yang aku kenal, seratus delapan pulu derajat perubahannya, makin ke sini makin malas, maken kucel” kata Erik. “Iya bener, tapi kamu belum rasain aja bagaimana nanti setelah kamu punya anak Rik, bener-benar nggak bisa ngomong deh. Istri udah kayak pembantu, anak rewelnya minta ampun, ampun deh ngadepin hidup ini. Jujur ya, aku nyesel nikah cepet-cepet, nyesel nggak dengerin apa kata kamu Van, mantepin hati dan pikiran dulu, benar-benar siap dulu baru menikah” timpal Agus. “Iya ya Gus, terlalu cetek pemikirannya. Dulu aku mikirnya setelah menikah, aku bisa bersantai, hanya fokus kerja, nggak perlu mikir untuk beresin pakaian, makan di sediain, bahkan bisa nyuruh-nyuruh seenaknya, tapi nyatanya benar-benar apes. Kalian tau nggak, sekarang aja ini ya, tugas aku tambah dua kali lipat setelah menikah, bahkan menurut ku lebih setelah istri ku hamil. Aku harus sediain apa yang dia minta, harus ini itu, harus kerja juga di rumah, kadang aku nggak tahan, aku tinggal aja tuh semuanya di sana, bodo amat dia mau ngoceh apa aja” kata Erik lagi. “Istri mu nggak ngoceh Rik? Biasanya kalau istri ku aku gituin, dia pasti bakalan ngomelin aku panjang lebar, bahkan kalau di tulis dalam buku novel, bisa jadi satu buku novel penuh, bayangin aja, g*la kan?” kata Agus lagi. Ehem… Irvan berdehem setelah ia mendengar apa yang baru saja di keluhkan oleh kedua sahabatnya, ia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang di pikirkan oleh kedua sahabatnya itu. “Sekarang aku mau tanya sama kalian, yang memutuskan untuk menikah siapa?” tanya Irvan. “Ya kesepakatan bersamalah” jawab Erik dan Agus bersamaan. “Dia mau nikah, aku juga mau, yaudah kita on the way pelaminan” lanjut Erik. “Nah, menikah itu kesepatan bersama, dan aku yakin kalau kalian sebelumnya berjanji akan menjadikan istri kalian menjadi ratu di hidup kalian, tapi kenapa kalian seolah memperlakukannya menjadi seorang pembantu? Kalian menikahi anak dara orang itu bukan untuk di jadikan pembantu atau babu, karena mamanya melahirkan dia bukan untuk jadi pembantu, tetapi menjadi ratu. Papa dan mama wanita itu bahagia saat melihat putrinya lahir ke dunia, bagaimana mungkin kalian bisa tega membuat mereka menangis setelah menikahkan putri mereka dengan kalian? Kalau kalian tidak bisa membahagiakannya, kenapa di nikahi? Kalau hanya untuk mencari orang yang bisa di suruh-suruh, kenapa tidak mencarikan pembantu yang bisa kamu suruh-suruh? Bisa memasak sesuai dengan keinginan mu, mencuci pakaian mu dan bisa menjadi budak mu. Kalau ingin mencari budak seks, kenapa tidak pergi mencarinya di PSK atau pekerja seks komersial saja? Mereka akan dengan senang hati melayani nafsu birahi mu tanpa adanya perlawanan, bahkan kau bisa memperlakukannya sesuka hati mu karena kau sudah membayarnya, bukan? Tapi ingat, tidak dengan istri mu, karena kamu harus memberikan mereka sebuah kodrat lebih tinggi bahkan jauh lebih tinggi dari seorang pembantu ataupun PSK atau pekerja seks komersial” kata Irvan dengan lantang. “Kau bisa mengatakan hal itu karena kau belum menikah Van, jadi bicara mu sangat enteng. Lagipula, kalau melakukan seperti apa yang kamu katakan, mau dapat duit dari mana kita buat bayar pembantu sama bayar PSK? Bener nggak Gus?” tanya Erik. “Setiap gajian, duit mu juga habis untuk istri mu kan? Semua hasil kerja keras mu juga untuk istri mu, bukan? Kalau untuk perkara uang, itu sama saja. Tapi kalau untuk nilai kebenaran, memang sebaiknya menikah daripada harus membayar PSK untuk menemani kamu tidur dan memuaskan nafsu mu, hanya saja kau harus memikirkan perasaan istri mu” kata Irvan. “Aku yakin, bukan sekali dua kali lagi kalian membentak istri kalian atau mungkin menamparnya” lanjutnya, seketika Erik dan Agus terdiam. “Ingat Bro, wanita itu untuk di jaga, buka di kasari atau untuk di sakiti. Kalau memang belum mampu untuk berkomitmen, mending nggak usah nikah dulu kayak aku, peduli s*tan orang bilang apa, mau di katain jomblo aku juga aku nggak perduli, yang penting aku nggak nyakitin hati wanita yang sama seperti mama ku sendiri. Aku memiliki mama yang harus aku jaga perasaannya juga, belum lagi kalau aku memiliki saudara perempuan, aku pasti akan semakin menjaga istri ku, karena tanpa kita ketahui, ada karma yang haris kita dapat melalui saudara perempuan kita. Bagaimana kita memperlakukan saudara perempuan orang lain yang telah menjadi istri kita, orang lain juga pasti memperlakukan saudara perempuan kita demikian, dan aku taku kalau hal itu terjadi kepada saudara perempuan ku. Meskipun aku tidak punya saudara perempuan sih,tapi aku masih punya saudara sepupu” kata Irvan panjang lebar. “Terserah apa yang ingin kau katakan Van, setidaknya kita lihat saja nanti, apakah kamu akan tetap dengan ucapan mu atau kamu akan membenarkan apa yang kita lakukan. Memang sangat mudah mengatakannya karena belum mengalaminya” protes Agus. “Bener. Udah denger tangisan bayi di tambah lagi istri yang selalu bikin kesel, kita lihat aja nanti, apakah amarah Irvan yang tak terkendali itu masih bisa dia kotrol” timpal Erik lalu mereka tertawa bersama. Irvan hanya tersenyum menanggapi ucapan kedua sahabatnya, karena ia tau, apapun yang ia katakan tidak akan di terima oleh kedua sahabatnya tanpa ia buktikan sendiri. ‘Ya, apa yang kalian katakan benar. Karena itulah aku masih memilih melajang sampai saat ini, karena aku masih belum bisa mengontrol diri ku, karena au tidak ingin mennyakiti hati wanita ku, dan karena aku ingin benar-benar memantapkan hati ku untuk menikah dan bisa berkomitmen pada diri ku sendiri sebelum kepada wanita ku’ batin Irvan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook