Bab 02. Hersey Orlando

1909 Words
Pria yang menatap hiruk pikuk kota dari ruangannya sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana, tersenyum tipis membayangkan beberapa hari yang lalu. Dirinya menikmati malam bersama dengan salah satu oraang gadis yang membuat dia tidak bisa melupakan gadis itu. Dia selalu mengingat tentang gadis itu setiap malamnya. Bahkan dia masih ingat, bagaimana sempitnya milik gadis itu menjepit miliknya. Sialan! Dia merasa miliknya di bawah sana sekarang berdiri secara perlahan. Mata Hersey menatap pada orang yang masuk ke dalam ruangan kerjanya, sambil membawa satu map. Hersey berjalan menuju kursi kebesarannya, dan duduk dengan menatap pria itu datar. “Apa yang kau dapatkan?” tanyanya datar. Pria itu menunduk dan memnberikan map pada Hersey. Hersey mengambil map itu dan membacanya dengan seringaian yang muncul di bibirnya. Ternyata gadis yang menjadi teman tidurnya kemarin bekerja di salah satu Mall dan menjadi seorang SPG. Dan dia dari panti asuhan. Menarik. Dia hanya perlu untuk mengancam sedikit dan gadis itu akan menjadi miliknya. “Kau boleh keluar.” Usir Harsey diangguki oleh orang itu dan keluar dari ruangan bossnya. Hersey memainkan minumannya dan tertawa kecil. Dia akan menemui wanita itu dalam waktu dekat, dan tidak peduli dengan istrinya. Yang terpenting dirinya tertarik pada wanita itu, dan ingin dekat dengannya. “Honey…” Mata Hersey melihat pada seseorang yang masuk ke dalam ruangannya, dengan membawa paper bag yang dia yakini di dalamnya ada sebuah makanan. Hersey mengangguk dan merentangkan tangannya, dan istrinya langsung memeluk tubuhnya. “Kau kenapa ke sini?” tanya Hersey lembut. Stella—istri Hersey merengut mendengar pertanyaan suaminya. Dia ke sini mau menemui pria itu, dan memberitahukan. Kalau dirinya ada pekerjaan di luar negeri dan tidak akan pulang dalam dua minggu ke depan. “Honey… kau kenapa bertanya seperti itu? Kau tidak senang aku ke sini mengantar makanan untukmu?” tanyanya cemberut. Hersey tertawa kecil dan menggeleng. “Bukan seperti itu sayang. Kau tidak pernah ke kantorku siang-siang begini. Kau tidak bekerja?” tanyanya. Stella mengangguk. “Aku bekerja. Dan aku mau mengatakan padamu, aku akan ke luar negeri, dan aku akan di sana selama dua minggu. Kau tidak masalah bukan? Ada proyek yang harus aku urus,” jawab Stella, dia memang sering meninggalkan suaminya. Dan bahkan keduanya sama-sama sibuk, dan jarang bertemu satu sama lain. Hersey menggeleng. “Tidak sayang. Pergilah. Kau bekerja, dan kalau kau tidak datang, nanti apa tanggapan karyawan tentang dirimu yang tidak bertanggung jawab dalam bekerja,” ucapnya, menyuruh istrinya untuk pergi. Mari mengambil keuntungan. Istrinya pergi, maka dirinya akan bersenang-senang dengan banyak wanita yang mau memuaskan dirinya. Dan jangan lupakan, wanita yang membuat dirinya puas, harus ditemui oleh dirinya. Dan mengikatnya bersama dirinya. Stella semakin memeluk tubuh suaminya, Stella membuka kancing kemeja suaminya, sebelum dia pergi meninggalkan suaminya, dia akan memuaskan suaminya ini. Dan memberikan seks yang niikmat untuk suaminya. Hersey yang melihat apa yang dilakukan oleh istrinya, membuka pakaiannya secara cepat dan membuka pakaian istrinya dengan cepat juga. Tajk menunggu lama, Hersey mulai melakukannya dengan gerakan cepat. Hersey tersenyum tipis setelah melakukan itu. Hersey segera memakai kembali pakaiannya, dan menatap pada istrinya yang melakukan hal yang sama. Hersey menatap wajah istrinya. Memang istrinya ini cantik sekali. Tapi dia tidak secantik Laura—wanita yang ditidurinya semalam. Dan pada pagi harinya, dia tidak menemukan Laura disampingnya. Wanita itu sudah pergi duluan. “Kapan kau berangkat?” tanya Hersey, mengambil satu kaleng bir, dan membawanya menuju sofa. Stella yang mendengarnya duduk di pangkuan suaminya dan mengalungkan tangannya di leher Hersey. “Tiga jam lagi. Aku akan pergi dan kau harus baik-baik di sini sayang,” kata Stella tersenyum manis pada suaminya. Hersey mengangguk, tentu dirinya akan baik-baik saja di sini, apalagi kalau istrinya ini pergi dalam kurun waktu yang sangat lama. Itu membuat dirinya semakin baik di sini. Hersey melumat bibir istrinya, dan membuat istrinya kehabisan nafas. “Aku akan baik-baik saja di sini sayang. Kau tidak perlu khawatir, dan bilang pada sekretarismu, untuk mengingatkan dirimu makan dan istirahat yang cukup,” pesannya diangguki oleh Stella, dia tersenyum senang melihat suaminya yang sangat perhatian pada dirinya. “Aku akan mengatakan pada sekretarisku tentang ini. Aku pergi dulu sayang,” ucap Stella mencium bibir Hersey sebelum dirinya keluar dari ruangan kerja suaminya. Hersey melambaikan tangannya, dan setelah itu Hersey merasa senang dan mengambil ponselnya. “Carikan tiga wanita sekaligus untuk malam ini.” ucapnya diangguki oleh orang di seberang sana. Memang hubungan Hersey dengan istrinya tampak baik-baik saja. Mereka hanya terlibat dalam pernikahan bisnis. Keduanya tidak segan untuk memuaskan satu sama lain. Dalam pernikahan mereka juga, Stella tidak mau memiliki anak. Dia tidak mau tubuhnya akan jelek hanya karena mengandung dan melahirkan. Dan jangan kira, Hersey tidak tahu, tentang Stella yang juga mengencani pria di luar sana. Dan saling memuaskan satu sama lain. Hersey tidak masalah dengan itu, asalkan wanita itu tidak mengatur dirinya. Dia dan Stella menikah hanya demi perusahaan mereka, agar lebih kuat dan kokoh. Hersey berdiri dari tempat duduknya, dia akan pergi sekarang. Hersey menatap pada sekretarisnya. “Kau batalkan semua janji hari ini. Aku punya keperluan penting hari ini,” kata Hersey diangguki oleh sekretarisnya. Wanita yang menjadi sekretaris Hersey berdecak malas. Dia ingin menendang wajah atasannya itu, tidaik tahu apa. Kalau dirinya harus menghadapi para klien yang keras kepalanya sama dengan Hersey. Kalau saja gaji di perusahaan Hersey tidak bes ar. Sudah lama dirinya mengundurkan diri dari sini dan mencari pekerjaan yang lain. Tapi, mencari pekerjaan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sangat susah sekali. Hersey turun dari dalam mobilnya, dan menatap pada Mall yang ada di hadapannya. Hersey tertawa kecil. Kenapa dia ke sini? Mungkin hari ini dia hanya memantau dari jauh saja, dan nanti dia akan menghampiri wanita itu dan menariknya kembali ke ranjangnya. Hersey masuk ke dalam Mall, dengan langkah tegapnya. Beberapa wanita yang melihat ke arah dirinya, menahan pekikan mereka, dan ada yang ingin menghampiri dirinya dan ingin menjatuhkan tubuhnya pada Hersey. Hersey tidak peduli dengan itu semuanya. Dia tidak mau meladeni wanita lain dulu saat ini. Yang ingin dia ladeni sekarang adalah, Laura Chuels—wanita yang memiliki lubang sempit dan tubuh yang sangat seksi sekali. Hersey berhenti agak jauh dari tempat Laura bekerja. Hersey tersenyum, melihat wanita itu yang menawarkan komestik pada pengunjung Mall. Dan jangan lupakan, pakaian wanita itu yang begitu minim. Hersey mengepalkan tangannya, melihat bagaimana pakaian Laura. Dia tidak suka dengan pakaian yang dipakai oleh Laura sekarang. Dia ingin menarik Laura dan membawanya ke kamar hotel dan menelanjangi wanita itu dan melakukan hal yang menyenangkan dan penuh desahan tentunya. Hersey berbalik, dia tidak mau berlari ke sana sekarang juga, dan melakukan itu sekarang pada Laura. Hersey menatap pada wanita yang melihat padanya. Dia kenal wanita ini, yang pernah melayani dirinya beberapa kali. Dan wanita ini juga jago memuaskan dirinya. “Tuan Hersey, anda sedang apa di sini?” tanyanya menggoda. Hersey tersenyum dan sedikit menjaga jarak. Dia harus nama baiknya dan juga istrinya. Mereka berdua cukup berpengaruh, dan banyak yang tahu tentang mereka berdua. “Saya sedang jalan-jalan saja.” Jawab Hersey. Wanita itu tersenyum senang mendengarnya. “Bagaimana kalau kita melakukan hal yang lain? Yang lebih menyenangkan sekadar jalan-jalan.” Ucap wanita itu. Hersey sudah tahu kemana tujuan ucapan wanita ini. Mana mungkin dirinya menolak apa yang dikatakan oleh wanita ini sekarang. Apalagi dia terangsang oleh pakaian yang dikenakan oleh Laura tadi. “Baiklah. Ikutlah ke salah satu hotelku,” ucap Hersey berjalan lebih dulu, diikuti oleh wanita itu dari belakang. Dia sangat senang, karena tawarannya diterima dengan baik oleh Hersey—pria yang sudah memiliki istri dan sungguh memuaskan sekali. Dia masuk ke dalam mobil Hersey dan duduk di samping Hersey. “Anda tidak takut ketahuan oleh istri Anda, apa yang anda lakukan sekarang?” tanyanya. Karena dia tahu, kalau istri Hersey orang yang berpengaruh juga. Dan dia wanita yang memiliki nama dijajaran pembisnis yang memiliki segalanya. Bersanding dengan Hersey, yang menjadi pengusaha nomor satu di Amerika. “Untuk apa takut ketahuan. Kalau dia ingin memiliki pria lain, silakan juga. Aku tidak masalah. Asalkan dia tidak mengatur diriku,” kata Hersey tertawa kecil. Wanita itu ikut tertawa kecil. “Anda benar. Yang penting saling menguntungkan,” ucap wanita itu dan mencium Hersey lembut. Dan tangan wanita itu sudah mulai bekerja. Hersey menahan tangan wanita itu, lalu menggeleng pelan. Dia tidak mau melakukan di pakiran. Dia mau melakukannya di dalam kamar hotel. Melakukannya di pakiran sama saja membuat dirinya menjadi perbincangan sana sini. Dan merusak namanya nanti kalau ada yang mengetahuinya. “Kita akan melakukannya di hotel. Aku tidak akan melakukannya di sini,” kata Hersey diangguki oleh wanita itu. Wanita itu duduk dengan tenang, dan semakin melebarkan senyumannya, ketika Hersey melajukan mobilnya menuju hotel pria itu yang dekat dengan Mall. Hersey turun dari dalam mobil lebih dulu, dan diikuti oleh wanita itu di belakangnya. Hersey langsung masuk ke dalam lift, dan menuju salah satu kamar di hotelnya. Mari nikmati siang hari ini dengan pelayanan dari wanita yang berada di sampingnya ini. Walau tadi istrinya sudah memberikan kepuasan juga. Tapi dia belum puas. Hersey dan wanita itu masuk ke dalam kamar hotel, dan keduanya mulai melakukan hal yang sangat menyenangkan. Dan Hersey tersenyum senang, setelah dua jam bergumul bersama dengan wanita bayaran ini. Hersey memakai kembali pakaiannya. Dan menatap ponselnya yang berkedip. Hersey membuka ponselnya, dan melihat pesan dari istrinya. Wanita itu mengirim foto yang mana sudah lepas landas. Hersey membalas pesan istrinya, mengatakan untuk hati-hati dan jaga kesehatan di sana. Dia bersikap seperti suami yang perhatian dan cinta pada istri sendiri, padahal dirinya lelaki yang tidak peduli dengan istrinya sendiri. Hersey memainkan ponselnya dan mengirim sejumlah uang ke rekening wanita yang memuaskan dirinya ini. “Aku sudah mengirim uang ke rekeningmu. Terima kasih sayang, layananmu memang selalu memuaskan,” ucap Hersey melambaikan tangannya dan keluar dari dalam kamar hotel. Wanita itu segera mencari ponselnya, dan melihat mbangking-nya, dan dia tersenyum lebar, melihat uangnya yang sangat banyak sekarang. Dia bisa belanja sepuasnya sekarang. Dia segera turun dari atas ranjang, dan berjalan menuju kamar mandi, membersihkan dirinya. Dia tidak mau menunda lagi, untuk pergi belanja dan membeli apa pun yang diinginkan oleh dirinya. Dia rela melayani Hersey setiap harinya, asalkan dia mendapatkan uang yang banyak dari pria itu. Hersey yang sudah masuk ke dalam mobilnya kembali, tersenyum dan melajukan mobilnya. Menuju apartement pribadinya yang dekat dari sini. Sebelum malam nanti dirinya akan ke klub malam, dan bersenang-senang. Dia sudah menikah, tapi, dia masih seperti orang lajang yang memiliki kebebasan hidup, melakukan apa pun yang diinginkan oleh dirinya. Menikah karena bisnis, bukanlah hal buruk. Malah menyenangkan bagi dirinya. Mari jalani pernikahan ini seterusnya, dan mendapatkan gelar sebagai suami yang bertanggung jawab, perhatian, penuh cinta, dan pernikahan yang tampak sempurna bagi orang-orang. Mereka tidak tahu saja, kalau pernikahannya ini, hanya terjalin dalam ikatan sebuah kertas yang tidak berarti. Keduanya sering tidak bertemu, dan kalaupun bertemu. Mereka hanya menghabiskan saling menyentuh satu sama lain. Dan memuaskan diri satu sama lain. Dan desahan terdengar dari keduanya, dan kamar mereka juga terpisah. Dan kalau mereka ingin melakukan itu, mereka memiliki kamar khusus, hanya untuk melakukan itu. Tak ada cinta. Tak ada perasaan apa pun terjalin antara keduanya. Dan mereka sudah sepakat tak memiliki anak, karena bagi Hersey terserah Stella mau mengandung atau tidak. Itu urusan Stella. Walau di dalam hatinya, dia ingin memiliki anak yang menjadi pewarisnya. Dan yang memanggil dirinya dengan panggilan. Hersey tersenyum miris, dan melajukan mobilnya. Apa-apaan keinginannya itu, dia tidak akan memiliki anak. Sudahlah. Jangan memikirkan anak, lebih baik dia memikirkan, bagaimana mengingkat Laura dalam hidupnya. Dan wanita itu tak bisa pergi darinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD