Di dalam kabin jet pribadi Jafran, yang melesat membelah langit malam menuju Maladewa, Zumena duduk terdiam. Keputusan yang baru saja ia ambil di pulau terpencil terasa seperti luka yang menganga, meskipun itu adalah keputusan yang benar. Ia telah menolak Ayahnya, Jason Sanders, dan semua tuntutan yang dibungkus dalam rasa bersalah, memilih Jafran Abimana dan kebebasan yang ia janjikan. Jafran duduk di sampingnya, memegang tangan Zumena dengan erat. Ia mengerti bahwa meskipun Zumena terlihat tenang, di dalamnya sedang terjadi badai. Kepergian Jason yang dipenuhi keputusasaan, meninggalkan Zumena dengan rasa bersalah yang menusuk. "Kamu baik-baik saja?" bisik Jafran, ia mencium punggung tangan Zumena. Zumena menggeleng pelan. Ia menarik tangannya, meskipun Jafran tak tersinggung, ia meng

