Mama mau cucu!

1024 Words
Bagiamana jika orangtuamu sudah mendesak ingin segera memiliki cucu? Anima Lampauta, gadis berusia dua puluh lima tahun yang sudah selalu didesak orangtuanya masalah pernikahan. Dia putri tunggal yang diharapkan segera memberikan penerus pada keluarga Lampauta. "Mama tadi lihat teman Mama sedang gendong cucunya, kamu tahu apa katanya, saat mama akan menyentuh cucunya? Dia bilang agar Mama segera memilikinya sendiri. Pokoknya, Mama mau cucu!" Maya mengatakan keluhannya pada sang putri. Anima bergeming, dia sudah biasa mendengar bermacam-macam keluhan dari mamanya. Bahkan hampir setiap hari mamanya akan membicarakan tentang memiliki cucu. Bukan hal aneh, karena keluarga Lampauta hanya memiliki satu anak perempuan, yaitu Anima Lampauta. Rumah besar mereka terasa sangat sepi, karena Lampauta juga jarang pulang ke rumah. Gadis itu hidup mandiri, meninggalkan orangtuanya yang merasa kesepian. Bahkan kakek Anima yang juga tinggal di rumah itu, juga selalu menyebutkan tentang Anima agar segera menikah. "Kamu dengerin Mama gak sih? Kamu bisa jadi perawan tua kalau tidak segera menikah. Mama tidak mau keturunan Lampauta putus di kamu!" omelan Maya masih dianggap angin lalu oleh Anima. "Anima Lampauta!" teriak Maya memekakkan telinga. "Apa sih, Ma? Anima lagi kerja. Mama juga ngapain ke kantor Anima? Nanti malam Anima kan sudah janji akan makan malam di rumah!" Anima berbicara santai seakan omelan Maya tidak sedikitpun mempengaruhinya. "Kamu selalu saja begitu. Mama pasti pernah melakukan kesalahan besar di masa lalu. Sehingga memiliki anak menyebalkan seperti kamu!" Maya menunjukkan wajah sedih, dengan air mata buaya yang tidak lagi bisa menipu Anima. "Tama! Tolong antarkan mamaku ke mobilnya. Pastikan dia masuk mobil dengan selamat!" Anima memanggil asistennya melalui saluran telepon. "Kamu jahat sekali!" Maya tidak habis pikir, Anima akan mengusirnya. "Mama pulang ya? Anima akan ada rapat lima menit lagi. Tama akan antarkan mama!" Anima melirik Tama yang baru saja masuk agar segera membawa mamanya keluar. Tama adalah asisten Anima sejak awal Anima membangun resort miliknya itu. Jadi laki-laki itu sudah biasa melihat adegan anak dan ibu seperti saat ini. Dia juga sudah biasa mengantarkan nyonya besar kembali ke mobilnya, setiap berkunjung ke resort ini. "Mari nyonya!" Tama mempersilahkan Maya untuk jalan lebih dulu. Maya terlihat kecewa. Ada raut kekesalan di wajahnya. "Mama tunggu kamu di rumah. Jangan terlambat. Dan bawa juga menantu untukku!" Anima melotot dengan senyum lebar kepada Tama, agar segera membawa mamanya keluar. Dia bisa gila kalau mamanya terlalu lama di sana. "Tama! Kau ini bagaimana? Aku sudah menyuruhmu memperkenalkan lelaki tampan padanya. Kamu pasti tidak melakukan tugasmu dengan benar!" omel Maya pada Tama, karena dia juga meminta tolong pada bawahan putrinya itu agar mendekatkan orang-orang tampan pada Anima. "Maaf nyonya, nona tidak suka dengan lelaki tampan!" jawab Tama agak bingung dengan kata-katanya sendiri. "Apa maksudmu? Kau ingin bilang kalau putriku lebih suka pria jelek? Atau jangan-jangan ... putriku punya kelainan seksual? Bagaimana ini!" Maya menghentikan langkahnya dengan raut wajah sangat panik. Dia tidak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. "Ah ... tidak begitu nyonya!" Tama panik menggaruk belakang kepalanya. Dia melihat orang-orang sekitar. Beberapa pegawai mungkin baru saja mendengar keluhan Maya. Dan Tama jadi kebingungan. Dia berbisik agar tidak berbicara sangat keras, tapi wanita itu masih berbicara keras dengan nada panik. Tama baru bisa bernafas lega, saat Maya sudah masuk mobil dan mulai meninggalkan pelataran resort. Dia juga bisa gila, jika Maya sering berkunjung kemari. Anima baru saja mengecek data pegawai. Dia baru membuka lowongan pekerjaan dalam jumlah cukup banyak. Karena resort barunya ini masih butuh banyak pegawai. Ini adalah resort kedua yang dia bangun sendiri dengan uang hasil menabungnya. Keluarga Lampauta memiliki banyak yayasan yang bergerak di bidang pendidikan. Tapi Anima tidak mau ikut terjun ke sana. Dia memilih membangun usahanya sendiri. Karena Anima tidak mau bernaung di bawah kekuasaan keluarganya. "Tama! Kau yakin datanya tidak salah? Kenapa ada sarjana jadi cleaning service?" Anima adalah orang yang teliti, semua pekerja yang berada di perusahaannya harus dia kenali. "Tidak Nona. Sebenarnya semua lowongan sudah penuh, tapi laki-laki itu tetap memaksa. Karena dia sedang butuh pekerjaan saat itu juga!" Tama juga sudah mengkoordinasi dengan pihak terkait penerimaan pegawai, tapi mereka juga hanya memberikan alasan tersebut. Anima mengecek semua latar belakang para pekerja melalui data yang mereka berikan. Dia agak terganggu dengan nama Kaelan Abisan yang memiliki ijazah terakhir sarjana hukum. Agak tidak masuk akal, karena dia tidak mendaftar ke kantor hukum, tapi malah mendaftarkan diri jadi cleaning service. "Kamu suruh dia ke ruanganku setelah rapatku selesai. Dia sudah bekerja sejak dua hari lalu, tapi laporannya baru sampai hari ini!" Anima terlihat tidak puas, dia membawa serta laptopnya dan keluar dari ruangan itu. Tama mengikut di belakangnya. Anima ada rapat dengan para pemegang saham. Sebagian dari mereka adalah para pemegang saham dari resort sebelumnya. Anima memiliki progres yang bagus dalam menjalankan bisnisnya, mereka puas dan masih ingin mempercayai Anima untuk tetap bekerjasama. "Apa ada pertanyaan? Karena setelah rapat ini selesai, kita akan langsung membicarakan tentang kelanjutan pembangunan taman yang berada di sisi barat resort!" Anima adalah wanita cerdas yang tidak suka berbasa-basi, sangat tegas dan membuat para rekannya yakin pada setiap ucapannya. Rapat berlangsung cukup lama. Memakan waktu sekitar dua jam penuh. Hingga akhirnya selesai, Anima menyalami para rekannya satu-persatu sebelum mereka keluar ruangan rapat. "Kau seperti biasanya. Selalu tegas dan terpercaya. Dan bagaimana dengan tawaranku bulan lalu. Akankah hari ini kau akan menerimanya?" tanya Alga selaku investor yang sudah lama mendekati Anima. Dia pria baik yang juga sangat sabar dengan sikap dingin Anima. "Maaf, tapi aku ada janji makan malam di rumah. Mungkin lain waktu, terimakasih atas tawarannya!" Anima menolak sopan. Terlihat riak kekecewaan di wajah Alga. Laki-laki itu tersenyum sebelum mengucapkan salam perpisahan secara formal. Tama yang sebenarnya mendengar perbincangan keduanya, dia masih berpura-pura membereskan dokumen yang sudah rapi. "Dokumennya akan pusing, kalau kau membolak-balikkannya begitu. Bawakan salinan hasil rapatnya ke ruanganku. Dan jangan lupa soal pegawai barunya!" Anima membawa laptopnya pergi kembali ke ruangannya. Tama mengangguk patuh. Dia segera melaksanakan semua perintah bosnya. Termasuk meminta pegawai baru menemui Anima. Baru saja Tama kembali ke ruangannya, dia melihat Anima berjalan ke arahnya. Bos-nya itu terlihat buru-buru hingga melupakan kacamata yang biasa bertengger manis, yang selalu dipakainy, saat berada di kantor. "Aku ada situasi darurat. Batalkan janjiku hari ini, undur saja esok hari!" Anima bahkan langsung berlalu keluar tanpa menunggu jawaban Tama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD