When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Alea menggeliat dengan merentangkan kedua tangannya ke samping. Matanya terbuka, tatapannya pada langit-langit kamar. Keningnya berkerut, kepalanya langsung menoleh ke samping. Alea terjengkit bangun, kepalanya menunduk, meneliti dirinya sendiri. Matanya mengerjap, rasa bingung melanda perasaannya. Ia terbangun di atas ranjang, di dalam kamarnya, dan sendirian, tanpa ada Lee bersamanya. Alea turun dari ranjang, ia berdiri di depan cermin, disingkap pakaian tidurnya, sehingga terlihat tubuh polosnya di dalam cermin. Alea lebih mendekat ke cermin, diteliti setiap inci tubuhnya yang bisa ia jangkau dengan kedua matanya. Tidak ada tanda-tanda, kalau Lee mengecupi tubuhnya. Kulitnya yang putih bersih, benar-benar bersih, tanpa adanya noda bekas kecupan. Tanpa sadar, tatapan Alea terpaku

