06

794 Words
Kaluna sudah siap dengan dress mini pinknya. Menuruni tangga, gadis itu melihat papanya yang juga baru keluar dari kamarnya. “Pah, mau ke resto ya?” tanya gadis itu. James yang tampak sibuk memakai jamnya mendongkakkan kepalanya, melihat tampilan putrinya yang sudah tampak rapi. “Iya sayang. Kamu mau kemana?” tanya pria itu. “Mau nonton bareng Olika. Aku numpang ya pah” pinta gadis itu. James mengangguk. Tangannya terulur untuk menarik lembut tangan anaknya. “Berangkat sekarang?” Kaluna menganggukkan kepalanya. “Telp papa kalau udah mau pulang. Jangan pulang sendiri” teriak James dari dalam mobilnya. Kaluna memberikan tanda ok lewat jarinya. Kakinya degan semangat masuk kedalam lobi mall. Matanya memandang keseliling, mencari keberadaan Olika, yang katanya sudah sampai. “Lun!!” teriak seseorang dari belakangnya. Kaluna berbalik, dan mendapati temannya Olika sedang berlari kearahnya. “Lama bener sih” kesal Olika. “Maaf ya, tadi nemanin papa jemput barang dulu” ucap gadis itu merasa bersalah. “Lo di antar papa mu?” tanya Olika semangat. Kaluna mengangguk. “Trus papa lo mana?  Enggak ikut nonton juga?” Kaluna mengerutkan keningnya bingung dengan sikap temannya. “Ngapain papa harus ikut?  Lo kenapa sih?” “Lo itu udah temanan sama gue dari SMP,  dan lo masih belum menyadari kalau gue suka sama papa lo?” tanya Olika takjub. Kaluna membelalakan matanya tidak percaya. “Lo beneran suka sama papa gue?” Gantian, kini Olika yang mengangguk. “Jadi calon anakku, baik-baiklah pada calon ibumu ini” ucap Olika enteng. Kaluna bergidik ngeri. Yang benar saja! Kedua gadis itu memilih untuk menonton salah satu film horor barat. Walaupun sama-sama penakut, hal itu tidak membuat kedua gadis itu membatalkan niatnya untuk menonton. Biarlah selama menonton mereka kebanyakan menutup mata ketimbang melihat filmnya. Kaluna masih berkonsentrasi mengatur detak jantungnya agar tidak terkejut. Karna entah mengapa ia yakin, akan ada adegan yang mengejutkannya nanti. “Lun, Lun” sebuah suara dari arah sampingnya menggangu konsentrasi gadis itu. “Apaan?” bisiknya, yang kini memusatkan pandangannya kearah Olika. “Gue harus pulang sekarang” ucap Olika merasa bersalah. “Ha?  Maksudnya?  Kan film nya belum habis” ucap Kaluna. “Tapi ini urgent banget. Maaf ya. Lo kalau mau lanjut nonton, silahkan. Gue duluan ya” ucap Olika sambil bangkit berdiri. Kaluna terdiam ditempatnya. Kalau sendiri begini, mana berani lagi dia buat melanjutkan acara nontonnya. Dengan dongkol, gadis itu ikut keluar dari ruangan. Berusaha menyusul sahabtnya itu. Tapi sudah tidak ada siapa-siapa. Olika seaakan menghilang begitu saja. Ting Kaluna mendengar notifikasi ponselnya. Berharap itu Olika, gadis itu mengeluarkan ponselnya. Orang Aneh: Dimana? 16.12 “Apaan sih” gerutu Kaluna.  Bukan pesan ini yang ia harapkan. Dengan kesal gadis itu berjalan menuju pintu keluar. Dia baru menghabiskan waktu setengah jam. Mana mungkin ia menyuruh papanya untuk menjemputnya sekarang. Kaluna memandang langit yang tampak mendung setelah berada diluar mall. Pikirannya mulai berkecamuk memikirkan akan pulang menggunakan apa. “Kenapa enggak jawab pesan aku”  ucap seseorang dari belakangnya. Kaluna merasakan sebuah jacket kini menutupi pundaknya. Sebuah jacket kulit berwarna hitam. Kaluna berbalik, dan melihat Afka kini berada dibelakangnya. Berdiri begitu dekat, hingga hampir kedua tubuh mereka saling menyentuh. “Lo itu kok bisa ada dimana-mana sih?” kesal Kaluna. Afka tersenyum. Tanggannya melingkari tubuh gadis itu. “Karna aku harus menjaga gadis ini” Afka menoel hidung Kaluna pelan. Bukannya merasa kesemsem mendapati perlakuan itu, Kaluna malah bergidik ngeri. “Tolong lepas deh tangannya. Jangan kurang ajar” ucap Kaluna mulai meninggi. Afka tersenyum miring.  Wajahnya mendekat kearah teling gadis itu. “Maaf sayang, aku tidak bisa. Aku harus menjaga gadisiku dari tatapan mupeng orang-orang sekitar” ucapnya pelan. Lalu mendaratkan kecupan ditelinga gadis itu. Merinding bulu romaku!!!! Batin Kaluna. “Temani aku makan dulu yuk. Anak-anak udah nunggu diatas” ajak Afka lembut. Sebenarnya Afka tadi hendak ke toilet. Tapi matanya tiba-tiba melihat gadisnya yang tampak sedang mencari seseorang. Tidak ingin membuat rasa penasarannya menggunung, Afka memilih mengirimkan pesan kepada gadis itu. Afka tersenyum nanar. Didepan matanya, ia melihat Kaluna hanya membaca pesannya. Ia semakin emosi setelah melihat lebih jelas pakaian yang digunakan oleh gadisnya. Dengan berusaha menahan emosinya, Afka berjalan menghampiri Kaluna. ^^^ Lagi dan lagi, Kaluna berada dilautan cowok-cowok anak Garuda. Ooh, sungguh sesuatu yang ingin Kaluna jauhin sebenarnya. Gerah dengan jacket yang masih tersampir dibahunya, Kaluna melepaskan jacket itu, menggantungkannya di sandaran bangkunya. Sedangkan Afka sedang keluar untuk melanjutkan kegiataannya yang tertunda tadi, yaitu ke toilet. Kaluna masih berkonsentrasi memandang ponselnya. Ia bahkan tidak menyadari kini semua pandangan anal Garuda mengarah kepada bahu mulusnya. Kaluna itu punya kulit seputih s**u. Belum lagi tubuhnya yang memiliki besar yang sempurna pada bagian-bagian tertentu. Kekurangannya hanya pada tinggi badan gadis itu. Jadi, bukan hal yang tidak mungkin jika kini dia jadi bahan fantasi para laki-laki disini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD