Baru kali ini aku merasakan apa yang dirasakan perempuan lain. Rasanya berbeda saat aku dan Chris belum mempunyai status. Tidak ada lagi perasaan khawatir di dalam hatiku.
Chris menggenggam tanganku dengan erat, aku merasakan keintiman yang hangat hanya dari genggaman tangannya. “Aku gak pernah ngerasa sebahagia ini sebelumnya,” ucap Chris.
Kami memesan makanan untuk berdua, siang ini aku habiskan dengan Chris. Kami mengobrol tentang segala hal, termasuk hal – hal yang tidak penting. Chris juga menyarankan aku untuk kembali bekerja di salah satu perusahaan holdingnya, tetapi aku menolaknya. Saat ini aku tidak berminat untuk kembali bekerja di kantor. Menemui banyak orang adalah salah satu kendalaku.
Aku makan dengan lahapnya. Mungkin perasaan bahagia mempengaruhi nafsu makanku.
“Gimana kalau kita liburan berdua lagi, kali ini kita harus nikmati waktu berdua tanpa ada pertengkaran atau siapapun yang mengganggu kita,” ajak Chris.
“Aku setuju, selama ini kita liburan ada aja masalah yang datang.”
Aku tidak sabar untuk pergi liburan berdua dengan laki – laki yang aku cintai. Satu – satunya cinta di dalam hatiku.
Setelah kami selesai makan siang, Chris kembali bekerja di kantornya. Sedangkan aku akan kembali ke rumah dan menyelesaikan pekerjaanku. Aku memarkirkan mobil di depan rumah seperti biasanya.
“Michelle,” terdengar suara seorang laki – laki. Aku membalikkan badanku untuk melihat siapa yang memanggil namaku.
“Michael?”
“Hai, apa kabar?” tanya Michael.
Aku heran dengan pertanyaannya, kenapa ia menanyakan kabarku padahal kami berjumpa kemarin.
“Baik, kenapa ya?” aku membalikkan pertanyaannya.
“Aku punya kabar untuk kamu.”
“Kabar apa?”
Michael memberiku amplop coklat yang berukuran besar. Lalu aku membuka dokumen tersebut, tampak foto seorang wanita asia dan seorang laki – laki berkulit putih.
“Dia adalah orang tuamu,” kata Michael.
“Apa?” tanyaku penuh rasa bingung.
“Boleh aku masuk ke dalam?” tanya Michael.
Aku mengangguk, aku dan Michael berjalan masuk ke dalam rumah dan kami duduk di sofa ruang tamu. Karena wajahnya yang tampak serius, aku menjadi cemas.
“Aku berusaha cari tau tentang orang tua kandungmu, ini adalah foto – foto mereka.” Kata Michael.
Aku tersenyum sarkas, “aku gak pernah nyuruh kamu untuk cari keberadaan orang tua kandungku, lagian aku sudah melupakan masalah ini. Kenapa kamu ungkit – ungkit lagi?” protesku.
Sebenarnya aku mengerti maksud dan tujuan Michael yang peduli denganku, tapi aku tidak suka dengan dia yang selalu ikut campur dengan urusanku.
“Karena aku tau kamu penasaran dengan identitas orang tua kandungmu,” jawab Michael.
Aku mengernyitkan dahi mendengar tebakannya yang sok tau, “aku gak pernah penasaran dengan identitas mereka, aku udah cukup bahagia dengan hidupku bersama Chris sekarang. Aku tidak perlu mencari mereka lagi dan menambah masalah baru.”
“Kamu itu denial, aku tau yang terbaik buat kamu. Apa kamu mau hidup bahagia tapi kamu masih merasa kosong? Kamu harus tau siapa orang tua kandung kamu, gak mungkin kamu cuek aja menjalankan hidup yang bullshit ini.”
Aku berdiri dari sofa, aku tidak terima dengan sifat sok pahlawannya itu. “Aku gak mau tau tentang masalah ini dan aku yakin mereka juga tidak peduli denganku. Kenapa sih kamu selalu bertindak sok pahlawan denganku? Kenapa kamu gak biarkan aku milih kehidupan aku sendiri?”
Michael mendekatiku, ia menyentuh bahuku tapi dengan segera aku menghindar darinya. “Karena aku peduli sama kamu Michelle, aku gak mau kamu gak bahagia. Walaupun kamu milih Chris tapi aku yakin masih ada kesempatan untuk aku bersama dengan kamu lagi.”
Aku menghela nafas dengan dalam, “dengar ya, kamu pikir aku gak bahagia? Aku bahagia banget sekarang. Dan keputusanku untuk memilih Chris sudah mutlak dan aku gak akan berubah pikiran lagi.”
Michael masih berusaha untuk mendekat denganku, kali ini ia mencoba untuk menggenggam tanganku. “Aku ngerti dan menghargai keputusan kamu, tapi gak ada salahnya kan aku terus berjuang untuk seseorang yang aku cintai?”
“Tapi kamu harus merelakan aku,” balasku singkat.
“Aku gak akan bisa merelakan kamu, setidaknya bukan sekarang,”
“Masih ada kemungkinan untuk kita bersama lagi, aku bisa ngeliat itu dengan jelas,” tambah Michael.
“Terserah kamu Michael, tapi yang perlu kamu ingat adalah kamu gak perlu bahas – bahas soal orang tua aku lagi atau urusan pribadi aku yang lain.” Larangku.
“Sudah telat, aku sudah menghubungi mereka dan mereka berdua mau ketemu kamu,” ujar Michael.
Aku semakin emosi mendengar perkataannya tersebut. Dia selalu bertindak sesuka hatinya. “Apa? Kamu t***l ya? Kamu gak ngerti bahasa? Aku bilang gak usah urus masalah pribadi aku lagi!” tegasku.
“Kamu gak berhak ngomong kasar ke orang yang peduli sama kamu,” jawab Michael.
Aku mendekati Michael dan menarik kerah bajunya, “kamu ngerti gak? Jangan dekat – dekat denganku lagi!”
“No, I will never let you go!" tegas Michael dengan suara bernada rendah tetapi mengintimidasi. Kemudian ia pergi dari rumahku.
Aku kembali duduk di sofa. Aku berusaha menenangkan diriku dengan mengatur nafasku. Aku terbawa emosi dengan Michael yang datang lagi di kehidupanku dengan membawa segudang masalah.
Aku juga muak dengan permasalahan orang tuaku. Ketika aku sudah merasakan ketenangan dan hendak memulai hidup baru, pasti ada saja masalah yang datang dan mengacaukan semuanya.
Aku berjalan ke kamarku dan beristirahat.
***
“Aku pulang,” terdengar suara Chris dari lantai bawah. Aku langsung bangkit dari ranjang dan menghampirinya.
Aku memeluknya untuk melepas semua penat yang aku rasakan hari ini. Akibat kehadiran Michael di rumahku tadi agak sedikit membuatku merasakan emosi.
“Kamu kenapa?” tanya Chris. Mungkin ia bisa membaca raut wajahku yang tampak kusut.
“Aku gak apa – apa kok, aku cuma capek aja,” elakku. Aku belum mau berkata jujur soal kedatangan Michael tadi, aku tidak mau membuatnya khawatir.
“Okay, kalau gitu gimana kita makan malam dulu? Aku lapar.” Ajak Chris.
Aku tersenyum dengan manis, “oke, ayo kita makan malam.”
Aku sudah memesan makanan untuk makan malam kami berdua yaitu spaghetti dan taco.
Aku dan Chris makan di ruang makan. Kegundahanku tentang Michael seakan sirna ketika aku melihat wajah manis Chris yang terus – terusan melirikku.