Jawaban

1028 Words
Chris memang selalu peka terhadap sekitarnya. Sifat perhatiannya hampir serupa dengan Michael, tetapi Chris jauh membuatku lebih nyaman dan aman. Kebiasaan yang dari dulu tidak pernah hilang darinya adalah ia selalu membukakan pintu mobil untukku. Hal kecil yang berarti bagiku. Kami berdua memakai mantel tebal karena di New York sudah memasuki musim dingin. Musim kesukaanku. Setibanya di dalam supermarket, Chris mengambil troli belanjaan dan aku memilih – milih bahan – bahan makanan untuk aku beli. Tanpa aku sadari dua orang laki – laki yang sedang memegang hp mengikuti kami berdua. “Chris, dua orang itu ngikutin kita terus ya,” ujarku seraya menoleh ke belakang. Chris segera merangkulku, “tenang aja itu cuma paparazzi.” Aku keheranan melihat paparazzi yang tiba – tiba mengikuti kami, Apa alasannya mereka mengikutiku? Aku memilih untuk mencuekkan dua orang paparazzi itu dan lanjut berbelanja. Dilain hal, Chris membuka hpnya. “Pantas saja ada paparazzi yang ikutin kamu,” kata Chris. Aku memberhentikan langkahku, aku menghampiri Chris yang berada tidak jauh di belakangku, “emangnya ada apa?” “Lihat ini,” Chris menunjukkan postingan di hpnya. Terdapat fotoku, Michael dan seorang wanita yang aku lihat tadi pagi. Tertulis di postingan tersebut kalau aku sedang mengandung anak seorang CEO kaya raya bernama Michael Anderson, yang membuat hal ini semakin heboh adalah Michael yang ketahuan berpacaran dengan seorang selebgram cantik bernama Cassie. Aku sedikit merasa kesal dengan Michael, kenapa ia mengencani wanita lain disaat ia masih menunggu jawabanku. Mungkin ia merasa lelah menungguku, dan aku tidak bisa menyalahkannya. “Are you okay?” tanya Chris. Aku melanjutkan langkahku, “yes, I’m okay.” Chris bergerak cepat untuk mengimbangiku berjalan hingga akhirnya ia berada di sampingku. Chris menatapku dengan tatapan penasaran, “kamu kok diam aja?” “Aku lagi berbelanja, ya kali aku mau ngobrol,” kilahku. “Gak apa – apa kalau kamu ngerasa cemburu,”balas Chris. Aku tersenyum sarkas, aku tidak mau mengakui kalau aku cemburu terhadap pacar baru Michael, “aku gak cemburu sama sekali.” “Oke kalau gitu. kalau aku yang punya pacar baru, kamu bakalan cemburu gak?” pertanyaan Chris membuatku terkejut. Aku menatapnya dengan serius, “pacar baru? Maksud kamu itu aku?” Chris memberhentikan langkahnya, “kamu? Maksud kamu apa?” wajah Chris tampak sangat terkejut mendengar ucapanku. “Iya, aku.” “Kamu milih aku?” Chris memegang tanganku. Aku tersenyum, “iya, aku milih kamu.” Tidak aku sangka pilihan yang yang selama ini sulit aku putuskan akan dengan mudahnya aku ucapkan. Aku memang mencintai Chris lebih dari pada aku mencintai Michael. Hatiku sangat lega karena aku sudah mengeluarkan beban pikiranku selama ini. Aku memeluk Chris dengan erat bagai tiada hari esok. “I love you so much,” ucapku. “I love you too.” Pemanangan ini akan sungguh menjadi harta karun bagi paparazzi yang melihat kami. Aku terbawa suasana romantis sampai aku tidak mengingat dua orang pengintai tersebut. ‘persetan dengan mereka,’ batinku. *** Chris menutup pintu rumahku sebelum ia menghujaniku dengan ciuman. Rasa yang dulu tertahankan kini tidak ada lagi. Cinta yang selama ini aku takutkan tidak semengerikan pikiranku waktu itu. Chris menggendongku ke dalam kamar, “aku gak percaya kamu udah jadi milikku sekarang.” “Aku juga.” Kegiatan kami terhenti saat bel pintu depan berbunyi. Aku menghela nafas dan segera bangkit dari ranjang. Seperti yang sudah aku tebak, Michael lah yang datang ke rumahku. “Boleh aku masuk?” tanya Michael. Aku melebarkan pintu, “silahkan.” Aku dan Michael duduk di sofa ruang tv, keadaan canggung menyelimuti ruangan. “Aku sudah memilih,” ucapku. “Kamu memilih Chris kan?” tebak Michael. Aku mengangguk, “iya, aku memilih Chris.” “Karena Cassie?” tanya Michael kepadaku. Pertanyaan yang dilontarkan Michael terkesan menuduh. “Bukan, kenapa larinya ke Cassie?” aku membalikkan pertanyaannya. Michael terlihat kesal kepadaku, ia mengepalkan tangannya seakan ingin meninju sesuatu, “aku udah bisa nebak kok kalau kamu lebih memilih Chris. Kamu gak akan peduli anak siapa yang kamu kandung, karena kamu itu p*****r!” “Jaga omongan kamu ya!” murka Chris yang berjalan mendekati aku. Michael berdiri dan menghampiri Chris, “loh, gue kan benar. Selamat hidup dengan w************n ini.” “Lu gak pernah berubah ya, gue kira lu berubah,” balas Chris. “Kalau lu gak terima Michelle lebih milih gue dari pada lu, seharusnya lu gak usah marah dong. Lagian kita udah baik – baik aja kan, kenapa lu ngomong kasar lagi ha?” protes Chris. Michael berjalan mundur dan mengangkat tangannya, “gue terima kok, lagian Cassie lebih dari pada Michelle.” “Mending lu pergi dari sini sebelum kesabaran gue habis.” Ucap Chris. Michael mengangguk seraya tersenyum sarkas, “lu siapa sih bisa ngusir – ngusir gue?” tantang Michael. “Gue pacarnya Michelle sekarang, lu mau apa?” Chris menatap Michael penuh kebencian. Michael tidak terima dan melayangkan tinjuan kepada Chris. Aku menahan tangan Michael, namun laki – laki ini mendorongku hingga aku menabrak ujung meja. Aku langsung meringis kesakitan, perutku sakit ketika terhentak meja dengan keras. Michael dan Chris langsung panik dan membawaku ke rumah sakit. Darah tidak berhenti mengalir dari tubuhku, sampai – sampai tempat duduk mobil Michael dipenuhi oleh darah. Aku menyandarkan kepala di pangkuan Chris, ia mengelus kepalaku. Terlihat wajahnya yang sangat panik sehingga ia mengeluarkan air mata. “Michael cepat!” teriak Chris. “Iya, aku udah cepat ini.” Sesampainya di rumah sakit, Chris menggendongku ke UGD. Perawat dan dokter langsung menanganiku. Mereka membawaku ke ruang operasi. Perlahan semua cahaya meredup dan hanya kegelapan yang menghampiriku. *** Aku terbangun di ruangan yang tampak tidak asing bagiku, ruangan bercat putih dengan wangi khas obat – obatan. Aku melirik ke sampingku, terlihat Chris dengan wajah cemasnya dan Michael yang berdiri di samping Chris sambil memegang kepalanya. “Hai, kamu sudah sadar,” kata Chris dengan nada suara pelan. “Gimana keadaan bayiku, apakah selamat?” tanyaku kepada Chris dan Michael. Chris memegang tanganku, “enggak sayang.” Jawaban itu membuat hatiku pilu, aku menangis sejadi – jadinya. Chris memelukku dengan erat. Tidak ada satu katapun yang terucap dari mulut Chris maupun Michael. Mereka sepertinya mengerti dengan perasaanku sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD