Mencari cinta

1152 Words
Setelah menghabiskan waktu bersama Chris, aku langsung pulang kerumah. Chris menawarkan untuk mengantar aku pulang, tetapi aku memutuskan untuk pulang sendiri. Meskipun ia sudah menawarkan untuk mengantarkanku pulang sampai beberapa kali aku menolaknya.   Ketika aku berjalan kaki didekat rumahku, aku melihat sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Mereka duduk disebuah bangku dan tertawa bersama. Mereka terlihat sangat bahagia seperti mereka berhasil menggapai level atas dalam sebuah kebahagiaan.   Aku berhenti sejenak dan menyandarkan badanku didinding sebuah mini market untuk menonton kebahagiaan mereka dari jauh. Aku membayangkan jika diriku tidak terjebak didalam suatu hal yang rumit dan bisa merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan sekarang, pasti aku sangat beruntung.   Disatu sisi, aku sangat ingin mempunyai hanya satu orang laki – laki dalam hidupku, disisi lain aku takut menjalani sebuah hubungan dan berkomitmen. Aku takut jika aku akan gagal dan mengalami sakit hati yang luar biasa. Aku takut hancur seperti waktu aku melihat orang tuaku yang gagal dalam membina sebuah hubungan.   Aku mencoba untuk tetap menjalani hidup ini dan mencoba untuk tetap tegar setiap harinya tapi aku tidak bisa membohongi diri sendiri jika aku sekarang tidak bahagia. Terkadang aku hanya ingin memiliki seseorang disisiku yang bisa menerima jika aku ini hancur. Aku ingin setiap pagi aku bangun dipagi hari aku melihat sesosok laki – laki disampingku. Menjalani hari – hari yang buruk bersama sehingga aku lupa jika aku adalah manusia yang hancur.   Sejujurnya, setiap pagi aku bangun aku ingin hari – hari burukku hilang dan ingin skip kehidupanku yang sekarang yang rasanya sangat berat bagiku. Aku lelah berpura – pura bahagia. Rasanya aku ingin pergi kesuatu tempat yang sunyi dan berteriak sekuat – kuatnya untuk melepas semua rasa sakit yang aku rasakan. Aku melanjutkan langkahku untuk pulang kerumah. Sesampainya dirumah aku langsung mandi dan mencoba untuk tidur. Namun aku sepertinya tidak bisa tidur dengan tenang mala mini. Rasanya pikiranku tidak bisa berhenti bekerja. Hatiku juga tidak bisa berhenti berbicara.   Aku menatap langit kamarku seraya mendengarkan lagu kesukaanku yaitu man on wire – the script. Aku mencemaskan hal yang seharusnya tidak perlu untuk dipikirkan. Pikiran negative selalu menghantuiku hampir setiap malam. Kata orang dengan kesibukan yang kita jalani akan membuat pikiran – pikiran tersebut hilang, tetapi itu salah. Aku tidak bisa menghentikan pikiran ini.   Aku akhirnya tidak tahan dengan pikiran negative yang sedang datang kepadaku malam ini, aku pergi ke dapur untuk membuat segelas coklat panas untuk mengalihkan pikiranku. Selagi menunggu air panas, aku mengecheck media sosialku. Aku melihat akun milik Chris. Ia tidak memposting apapun hari ini. Begitu juga dengan Michael, ia juga tidak membuat story ataupun memposting foto.   Secara tiba – tiba aku ingin menelfon Chris. Aku ingin tau apakah dia sudah tidur atau belum. Aku merindukan pelukannya. Entah kenapa aku malah teringat Chris bukannya Michael yang akhir – akhir ini sering aku temui. Yang aku inginkan terkabulkan, Chris mengangkat telfonku.   “Halo Michelle.” Sapa Chris dengan suara agak mengantuk. “Halo Chris. Aku ganggu kamu gak?” Tanyaku. “Enggak sama sekali kok. Ada apa?” “Aku cuma lagi pengen denger suara kamu. Kamu udah mau tidur ya?” “Enggak sih, belum. Paling bentar lagi. Kamu gak tidur?” Tanya Chris. “Belum. Yaudah kalau gitu. Bye Chris.” “Eh, tunggu. Aku masih pengen denger suara kamu.” “Masa sih?” Tanyaku penuh keraguan. “Iya serius. Aku dari tadi mikirin kamu. rencananya mau telfon kamu, eh kamu udah telfon aku duluan.” Kata Chris. “Gimana kalau besok ketemu?” “Hmm. Gimana kalau sekarang aja?” “Ha? Serius?” “Iya. Kamu tunggu ya.” Chris menutup telfonnya.   Setengah jam kemudian, seseorang melempari jendela kamarku dengan sebuah batu kerikil. Aku langsung menengok ke luar jendela dan ternyata itu adalah Chris. Aku langsung bersemangat dan turun kebawah untuk membukakan pintu.   “Chris.” Aku memeluknya erat. “Kamu kenapa?” Tanya Chris. “Gak apa – apa. Lagi pengen sama kamu aja disini.” Jawabku. “I miss you too.” Kata Chris seraya tersenyum hangat. “Aku gak bilang kalau aku kangen sama kamu.” Kataku sambil menahan tawa. “Hahaha. Jangan bohong.” Chris mencubit pipiku. Aku dan Chris berjalan masuk kekamarku. Lalu kami berdua duduk di tempat tidurku. Chris melihat – lihat kamarku yang agak sedikit berantakan.   “Kamar kamu nyaman juga.” Katanya sambil merebahkan badan. “Sorry ya, agak berantakan.” “Ih santai aja. Enak kok disini. Aku suka.” Chris menatap mataku. Lalu memegang rambutku. “Kamu sebenarnya milih siapa? Aku atau Michael?” Tanya Chris. “Kok tiba – tiba nanya itu?” “Aku pengen tau aja.” “Aku belum tau siapa yang akan kupilih.” Jawabku. “Hmm. Oke kalau gitu. Aku bisa nunggu kamu kok. Sampai kapanpun.” Chris mencium pipiku.   Kemudian kami berdua merebahkan badan bersama di tempat tidurku. Kami berdua bergandengan tangan dan menatap langit kamarku. Terdapat lampu berbentuk awan yang mendukung suasana seperti ini.   Chris memegang kepalaku dan mencium bibirku dengan lembut. Lidahnya bertemu dengan lidahku lalu aku memeluknya erat. Sangat hangat dan nyaman. Jika aku bisa merasakan kehangatan seperti ini setiap hari, pasti hatiku akan tentram.   “Aku suka meluk kamu sambil tiduran kayak gini.” Kataku. “Aku juga.” Chris menarik selimut dan menyelimuti kami berdua. “Makasih ya udah mau kesini.” “Iya. Apasih yang enggak buat kamu.” Chris memelukku erat dan kami terlelap hingga pagi.   Paginya   “Chris bangun.” Aku menggoyangkan badan Chris. “Iya.” Katanya sambil mengusap mata.                        Sehabis membangunkan Chris, aku langsung bergegas untuk mandi dan bersiap – siap. Tidak perlu waktu yang lama, setelah aku selesai mandi ia sudah rapi dan kami siap untuk berangkat ke kantor.              “Aku anterin kamu ya.” Tawar Chris.            “Boleh.” Kataku.              Kemudian kami berangkat menggunakan mobil Chris.            “Apartment kemarin itu punya kamu ya?” Tanyaku.            “Iya punya aku. Satu lokasi dengan punya Michael.” Jawabnya.            “Terus kemarin kok bisa sih kamu ada di apartment Michael?”            “Iya, waktu itu aku ngeliat kamu masuk Apartment dia, jadi aku maksa masuk.” Chris mengusap kepalaku.            “Oh gitu ternyata.”            “Kamu kenapa kerja di kantor dia? Kenapa gak sama aku aja?” Tanya Chris lagi.            “Iya aku ditawari pekerjaan sama Michael dan waktu itu kamu gak ada nawarin aku juga. Jadi ya, aku terima.” Kataku.            “Hmm.”            “Selama kita belum ada hubungan apapun, aku gak berhak untuk ngatur – ngatur kamu. Tapi yang harus kamu tau, aku peduli banget sama kamu.” Lanjut Chris.            “Iya makasih ya udah selalu ada buat aku. Aku gak ngerti, kenapa sih kamu masih mau dekat dengan aku?” Tanyaku.            “Karena hati aku udah dicuri sama kamu.” Jawab Chris seraya menggodaku.            “Hahaha. Bisa aja kamu.” Aku tertawa.              Sesampainya di kantor, aku langsung bergegas masuk dan duduk dimejaku. Aku melihat kedalam ruangan Michael, ruangan itu kosong.              “Michelle. Coba kamu hubungi Michael.” Pinta teman sekantorku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD