★ Prolog ★

478 Words
Sejuknya malam itu terasa sangat panas bagi gadis yang tengah dikejar dua orang pria berotot di belakangnya. Ia sampai terengah-engah pada bagian pernapasan. Penampilannya yang berantakan sangat acak-acakan sudah ia hiraukan, yang hanya ada di kepalanya hanya lari dan lari. Menjauh dari orang-orang mengerikan itu. "Hei, ingin lari kemana kau!" salah satunya berteriak yang memekakan telinga. Oh, Tuhan! Selamatkan aku dari orang-orang kejam ini, aku sudah tidak tahan dengan perlakuannya, mereka menjual gadis-gadis yang mereka tangkap untuk dijadikan barang perjual-beli layaknya barang ekspor. Aku sudah membuat kesalahan besar! Tempat yang sangat-sangat paling kuhindari selama masa hidup sekarang ada di bawah kakiku! Gadis itu terpojok oleh jalan buntu yang menghambat pergerakannya, ia ingin teriak sekencang-kencangnya tapi lidah itu sudah kelu. Sekarang kedua orang yang mengejarnya kini sudah berdiri tepat satu meter di belakangnya, jantung gadis itu berdebar dua kali lebih cepat. Tampilan orang berandalan melekat pada pria itu membuatnya makin takut, tato penuh di lengan kanan dan kiri menutupi kulit eksotis mereka. Gadis itu berharap bahwa penyakit infeksi pada kulit akan mereka dapatkan di detik berikutnya. Tapi tidak, itu hanya hayalan semata. "Haha.. tidak ada tempat untuk keluar dari sini gadis kecil, kau tidak bisa pergi dariku!" kalimat mengerikan itu keluar dari salah satu bibir mereka yang menghitam akibat keseringan menghirup asap rokok. Aku harus selamat dari sini, harus! Pernyataan batin terus terucap asal di otaknya. Sampai semua buyar ketika batu sialan itu menghambat kaki kecilnya saat ingin menerobos melalui sela-sela tubuh kedua pria itu. Bruk! "Tertangkap juga akhirnya, dasar gadis tidak tahu diri, kau masih beruntung kami hanya mengikatmu dengan rantai, apa kau tidak lihat gadis-gadis lain yang kami masukan ke dalam ruangan kotor dan menyiksa mereka di sana. Apa kamu mau hal yang sama?!" "Beruntung kau bilang, hal seperti ini kau bilang beruntung?!" gadis itu masih mengatur napasnya yang terengah-engah, otot diafragma naik turun. "Aku tersiksa di sini, dan kau tahu itu!!" "Cih.. Max, kurung dia di ruangan bawah tanah agar gadis ini tahu akibatnya jika melawan." pria bertubuh kekar nan besar yang berdiri di belakangnya segera mendekat dan menarik paksa lengan kanan mungil yang gadis itu miliki. Ia terus meronta, mencoba melepaskan genggaman kuat di lengannya. Tapi semua usaha yang dilakukannya sia-sia. Gelap, pupil mata gadis itu hanya melihat ruangan yang gelap gulita, tak ada cahaya apapun yang menerangi jalan kecuali beberapa lentera redup yang berjejer di lorong-lorong sempit. "Tinggallah di sana sampai seseorang membeli mu, buatlah diri mu senyaman mungkin." pria itu membanting tubuh rapuhnya dengan kasar sampai terjerembab di lantai. Ringisan sakit tidak lupa ia keluarkan di sela-sela umpatannya. "Aku tidak akan bisa nyaman di tempat ini, kau dan teman-temanmu yang lain mereka semua sangat menjijikan yang hanya berani dengan para wanita, tidak tahu mal-" Bugh! "Diamlah! Ini peringatan terakhir JANGAN COBA COBA MENGHINA KAMI ATAU KUHABISI KAU!" Mata gadis itu perlahan-lahan mulai menutup yang diikuti dengan pandangan yang menjadi samar-samar sebelum gelap gulita sepenuhnya menghampiri, tepat di mana salah satu pria memukul di bagian pencernaan gadis itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD