Sore itu, Rose membawa Alexander dan Morgan untuk mendatangi makam Samantha. Bias wajah pria itu masih begitu dingin. Ada banyak hal yang tertahan. Berpikir suatu saat jika bertemu dengan sang adik, dia bisa meminta maaf untuk semua waktu yang tersisa. Hanya bisa menatap kosong nisan batu putih dengan ukiran nama adiknya. Samantha. Tubuh itu terbaring di sana sudah dua puluh tahun lamanya. Derai tangis Morgan mengiringi hati yang bergemuruh. Diusapnya nisan itu, lalu menyampirkan seikat bunga krisan di dekatnya. "Ayah ...." Tak bersuara, Alexander hanya mengusap rambut legam Morgan. Sementara di belakang, Intan menangis melihat suaminya itu meratap dengan tangan gemetar. Mertuanya justru tampak tenang, walau air matanya jatuh pelan-pelan. Alexander tak mengeluarkan sepatah kata pun, m