Saat berkutat dengan pekerjaan sekolah, Ishana merasakan kecupan singkat di pelipis. Menoleh sekilas, dia tersenyum manis pada Kaivan. “Udah mau tidur, Mas?” “Belum, Mas nunggu kamu,” jawabnya. Sedetik kemudian Kaivan berpindah ke box baby Asmara, memperhatikan anaknya lama-lama. “Anak kita kenapa jadi mirip Shilla, ya? Memang bisa seperti itu?” “Bisa, muka bayi ‘kan masih ganti-ganti. Ingat nggak waktu lahir dia mirip siapa? Aku cuma kebagian hikmahnya aja.” “Mungkin karena saking sayang sama papanya, padahal Mas harap Asma fotokopianmu. Satu Ishana adalah berkah, dua Ishana adalah keberuntungan.” “Tukang gombal memang beda, selalu pandai dalam merangkai kata-kata.” Ishana mendengkus kecil, lalu mengakhiri kesibukannya. Setelah merapikan meja, dia beranjak menuju kamar mandi untuk men