Bab 5. Malu

940 Words
"Cucu apa sih, Pa?" protes Arina pada papanya dengan wajah memerah. Perempuan itu belum memikirkan sampai sana. Perkara nafkah lahir batin aja dia belum kepikiran. "Rin, Papa sama mama itu nikah anaknya cuma dua, kamu sama kakakmu aja, kakakmu udah nikah, kamu kan udah nikah juga, tapi sebelum nikah kamu udah kabur duluan ke sini, jadi rumah itu sepi enggak ada kalian. Kalau Papa minta cucu tiga kalian enggak keberatan, kan?" Arina melotot pada papanya, pembahasan soal cucu ini entah mengapa membuatnya merasa kesal. Dia tidak berani menatap Yudhi, takut pria itu merasa senang dan ikut menuntut dirinya soal cucu yang diinginkan papanya. "Ya, Pa, nikah aja baru, kok udah mikirin cucu segala sih?" "Kamu sama suamimu umurnya enggak muda lagi, jadi sudah seharusnya direncanakan dari sekarang, Sayang, kapan punya anak pertama, kedua dan seterusnya. Iya enggak Nak Yudhi? Kalau Nak Yudhi sendiri rencana mau punya anak berapa?" Baskara beralih pada Yudhi. "Berapa aja dikasih rezeki sama Allah aja, Pak. Saya enggak akan nuntut Arina untuk punya anak banyak." Yudhi tersenyum dan melirik pada Arina. Entah kenapa dia menjadi kesal dengan Arya dan Yudhi. Jika Yudhi berani membahas anak dengannya, dia janji akan membunuh suaminya. Arina bangkit dari duduknya untuk menghindari pembahasan soal anak. 'Nikah aja terpaksa, enggak tahu mau dibawa ke mana pernikahan ini, kok udah bahas anak sih?' protes Arina dalam hati karena kesal pada dua pria itu. Dia menyiapkan makan siang untuk papa dan suaminya. Makanan yang tadinya akan dia makan bersama sang suami, akan dia berikan pada papanya. Makanan tersaji di meja, Arina pamit, dia akan makan di luar, tidak mau terlibat obrolan apa pun dengan papa dan suaminya. Di luar Arina melihat tukang bakso, dia membayangkan makan bakso yang pedas dan asam untuk meredakan emosinya. Arina pun memesan bakso lalu makan sendirian setelah meracik bakso itu sesuai keinginannya. "Kok makan sendirian? Suaminya enggak diajak?" Suara pria itu, pria yang tidak dia inginkan kehadirannya membuat Arina melongo dan menjatuhkan bakso yang ada di sendok nya. "Mas ngapain ke sini? Bukannya tadi makan sama papa?" Tidak mungkin Yudhi berkata jujur jika Baskara menyuruhnya menyusul Arina. Pria itu diminta menenangkan perasaan kesal Arina sekaligus belajar mengenal sifat anak kesayangan Baskara itu, agar di kemudian hari dia bisa membujuk istrinya saat sedang kesal dan marah. "Lagi pengen makan makanan yang sama dengan kamu, enggak boleh?" Yudhi berteriak pada pedagang bakso memesan satu mangkuk bakso untuknya. Arina hanya melirik sekilas. Dia tidak memedulikan kedatangan pria itu di sana. Yudhi pun tidak berusaha membujuk Arina agar tidak kesal lagi. Keduanya makan dalam diam. Arina selesai makan lebih dulu, dia membayar dua mangkuk bakso itu lalu meninggalkan Yudhi sendiri di sana. Yudhi mempercepat makannya lalu menyusul Arina yang tidak berjalan menuju rumah. Dia berjalan ke arah lain untuk menenangkan diri. Yudhi menyamakan langkahnya berjalan di sebelah Arina. "Kok ngikutin lagi sih, Mas?" Arina khawatir ditemani Yudhi membuatnya semakin bertambah kesal. "Takut ada yang nyulik kamu." Arina menghentikan langkah, menghembuskan napas berat. "Di sini enggak ada yang bakalan nyulik aku, Mas. Lagian Mas mending pulang deh, enggak akan sanggup jalan jauh ngikutin aku. Perutnya kan masih sakit." Apa yang dikatakan Arina benar. Yudhi masih merasa kurang nyaman di bagian perutnya dan dia juga agak kesulitan mengikuti langkah cepat Arina, tetapi dia bersikap santai seolah tidak merasakan apa pun. Arina melanjutkan langkahnya, Yudhi pun tetap berjalan di sampingnya. Melihat Yudhi mulai berkeringat, dia merasa kasihan. Takut terjadi apa-apa dengan suaminya, Arina putuskan untuk pulang bersama Yudhi dengan berjalan perlahan sampai ke rumah. Ketika keduanya masuk rumah, Papa Arina sudah tertidur di sofa di ruang tengah. Pria itu merasa lelah karena menyetir sendiri untuk melihat anaknya bersama sang suami. Selama bersama dengan Yudhi tadi Arya merasa pria itu akan menjaga Arina dengan baik. Sore hari, Arya terbangun saat azan asar. Arina merasa kasihan dengan Arya harus tidur di sofa. Dia lupa menitipkan pesan pada papanya agar tidur di kamarnya saja kalau ingin istirahat. "Papa malam ini mau nginep di sini?" "Iya, besok Papa pulang ke rumah. Papa enggak berani jalan malam sendirian." "Kenapa enggak ngajak Mama? Oh ya reaksi Mama gimana, Pa?" Arina penasaran juga dengan reaksi mamanya. "Mama enggak Papa ajak. Papa sudah bilang sih kamu nikah di sini. Papa bilang ke mama kamu diamuk warga. Tadinya mama mau ikut ke sini, tapi Papa larang karena Papa bilang di sini kondisinya bahaya." Arina menghela napas. Bisa-bisanya Arya berbohong pada istrinya sendiri begitu. "Padahal kan enggak gitu, Pa." "Mama minta Papa ngajak kamu pulang karena khawatir, tapi sekarang mama udah aman kok. Papa enggak mau ngajak mama ke sini tuh nanti mama heboh nyapin segala macem di sini, bikin syukuran dan lain-lain sedangkan kerjaan Papa lagi banyak, ini juga maksain buat jenguk kamu. Alhamdulillah Papa bisa tenang sekarang." Melihat kelegaan di wajah papanya, Arina pun merasa tenang. Dia hanya berharap ke depannya akan berjalan dengan baik dan semuanya baik-baik saja. Malam harinya mereka makan di luar bersama dengan obrolan hangat. Tidak lupa mengabari sang mama agar tidak perlu khawatir dengan keadaan Arina lagi. Selesai makan malam, mereka beristirahat di rumah. Saat Arya tidur di kamarnya, Arina memutuskan untuk tidur di sofa saja malam itu. Namun, Yudhi yang melihat itu melarangnya dan meminta Arina untuk tidur di kamar pria itu, tetapi Arina menolak. Dia bersikeras untuk tetap tidur di sofa itu. Saat Yudhi ingin menarik tangan Arina agar perempuan itu bangkit perempuan itu malah menarik tangan Yudhi. Tubuh pria itu menjadi tidak seimbang hingga akhirnya dia terjatuh. Keduanya berbaring di sofa dengan posisi yang akan membuat orang lain yang melihatnya berpikiran lain. Saat itu keduanya masih diam dan saling menatap dalam. "Eh, kok malah di sini, masuk kamar sana, enggak enak dilihat kalau kayak gitu. Malu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD