Bab 11 - Terkuak

1660 Words
Waktu menunjukkan pukul 15.40 saat Stella dan Arga keluar dari ruangan meeting. Mereka tidak langsung pulang, melainkan mampir di kedai yang menjadikan mi sebagai menu utama. Arga sengaja mengajak Stella makan mi dulu untuk mengisi perut. Sekalipun mereka sudah makan siang di acara perpisahan tadi, itu sudah beberapa jam yang lalu. Tak bisa dimungkiri Arga lapar lagi. Tentu saja Stella setuju-setuju saja. Sampai akhirnya, mereka duduk di meja paling pojok di kedai mi yang cukup populer ini. “Sebenarnya bagus kalau klien udah punya kandidat sendiri, kita hanya perlu memastikan kandidat yang diinginkan bersedia mengisi posisi yang klien inginkan. Cuma masalahnya adalah … calon kandidat adanya di luar kota.” “Kita juga belum tahu apakah calon yang diinginkan bersedia atau nggak. Begitu, kan, Pak?” “Nah, itu dia. Untuk berjaga-jaga list beberapa kandidat potensial lainnya untuk dijadikan alternatif, tentunya yang memenuhi persyaratan klien. Kalau bisa sebelas dua belas dengan yang di luar kota.” “Baik, Pak.” “Bisa jadi akhir depan ini kita ke luar kota untuk bertemu kandidat secara langsung. Kamu sudah berkomunikasi dengannya, kan?” Ya, akhir pekan depan karena akhir pekan ini … adalah besok. Dan itu terlalu mendadak. Sedangkan hari selain weekend, calon kandidat tidak bisa sehingga mau tidak mau akhir pekan depan saja. “Iya, Pak. Hanya tinggal membuat janji untuk bertemu.” “Tapi tunggu, kalau kamu nggak bisa ikut karena mustahil meninggalkan Randy sendirian….” “Aku bakalan coba bicarakan ini dengan Randy dulu ya, Pak.” Arga mengangguk-angguk. “Baiklah kalau begitu.” Pria itu kemudian bertanya, “Apa yang dia lakukan saat kamu bekerja?” “Hmm, nonton TV atau scrolling media sosial. Sebelumnya ada orangtua kami yang satu bulan penuh bergantian berkunjung dan menginap, yang otomatis menjaga Randy saat aku bekerja. Tapi hari ini bisa dibilang hari pertama aku benar-benar meninggalkan Randy sendirian.” Stella melanjutkan, “Aku harap dia baik-baik aja.” “Apakah kamu akan tetap berharap dia baik-baik aja setelah tahu kenyataannya?” batin Arga. *** Selesai makan mi, Stella dan Arga kini sudah ada di mobil. Seperti tadi, Stella yang mengemudi sedangkan Arga duduk di kursi belakang. Mereka sedang dalam perjalanan menuju kantor. Namun, secara mendadak Arga ingin memutar balik. Hal itu Arga katakan tepat setelah membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Tanpa banyak bertanya meskipun sebenarnya Stella penasaran, wanita itu langsung memutar balik mobil yang dikemudikannya saat menemukan logo u-turn tak jauh dari posisi mereka. “Kita mau ke mana, Pak?” tanya Stella setelah berhasil memutar balik dengan lancar dan hati-hati. “Setelah kecelakaan, apa kamu pernah melihat ponsel suamimu?” Arga malah balik bertanya. “Aku dengar ponselnya hancur. Makanya Randy beli ponsel baru.” “Kamu benar, ponselnya memang hancur banget. Tapi saya nggak punya pilihan selain mencoba memulihkannya. Saya membutuhkan data di dalamnya, termasuk klien-klien yang ada dalam list-nya Randy. Bukan hanya ponsel Randy, saya juga sekaligus memulihkan ponsel Ghea juga,” jelas pria itu. “Saya sebetulnya nggak terlalu berharap apalagi dua bulan udah berlalu, tapi ternyata barusan saya dihubungi kalau ponsel mereka telah diperbaiki dengan data yang berhasil dipulihkan.” Beberapa menit kemudian, mereka tiba di tempat bengkel ponsel yang secara tempat sama sekali tidak tertata. Banyak bangkai ponsel dan kabel-kabel berserakan di mana-mana. Warna cat temboknya pun bisa dikatakan usang. Ini lebih seperti bangunan tua. Namun, mengingat ponsel Ghea dan Randy berhasil dipulihkan padahal sudah hancur parah, Stella merasa itu sudah lebih dari cukup. Terkadang penampilan tidak mencerminkan keahlian, bukan? Stella masih berdiri menunggu Arga yang saat ini sedang mengobrol dengan sang teknisi. Tak lama kemudian, Arga menghampirinya sambil membawa paperbag yang bisa dipastikan berisi ponsel yang tadi mereka bicarakan. Mereka lalu kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju kantor. Sepanjang perjalanan, hanya ada keheningan di antara mereka. Arga mulai berpikir … apa seharusnya ia tidak memberi tahu Stella tentang pemulihan data ponsel yang hancur? Bukannya apa-apa, bagaimana jika ada bukti perselingkuhan Ghea dan Randy pada dua ponsel ini? “Sial, apa saya telah salah mengambil langkah? Secara nggak langsung saya memberi tahu Stella,” batin pria itu. “Kenapa nggak dibuka, Pak?” tanya Stella sambil memperhatikan Arga melalui spion tengah. “Nanti, di kantor aja.” Stella mengangguk paham. “Hmm, nanti aku boleh melihat ponsel Randy, kan, Pak?” “Ya,” jawab Arga, agak ragu. Meskipun semenjak amnesia Randy sudah menjadi versi terbaiknya menurut Stella, tapi tetap saja … banyak pertanyaan yang belum terjawab. Terutama tentang dugaan bahwa ada dua kemungkinan tentang Randy : punya wanita lain atau tidak suka wanita. Hanya saja, satu bulan lalu Randy sempat mengajaknya berhubungan suami-istri. Walaupun ending-nya gagal karena orangtua Randy berkunjung ke apartemen mereka, tapi intinya itu menunjukkan kalau Randy normal, kan? Itu sebabnya Stella takut kemungkinan satunya yang benar bahwa Randy punya wanita lain. Melalui data pada ponsel Randy yang telah berhasil dipulihkan, setidaknya Stella bisa menemukan jawaban, kan? Atau minimalnya petunjuk. Sungguh, meskipun rumah tangganya dengan Randy kini jauh lebih baik, tapi tak bisa dimungkiri Stella ingin menepis segala hal buruk yang secara diam-diam pernah ia tuduhkan pada Randy. “Ponsel itu akan menjadi bukti kalau aku salah perkiraan,” batin Stella, yang masih mengemudikan mobil. Rasanya ia ingin cepat-cepat tiba di kantor. “Semenjak menikah, kamu belum pernah buka ponselnya?” tanya Arga kemudian. “Belum,” jujur Stella. “Kami saling menghargai privasi satu sama lain.” Arga pun mengangguk paham. *** Semesta seolah berpihak pada Stella semenjak suaminya amnesia. Randy yang sebelumnya cenderung dingin dan cuek, berubah secara drastis jadi penuh kehangatan. Saat Stella merasa telah mendapatkan kebahagiaan yang nyata, ia malah ditampar fakta yang begitu menyakitkan. Di ruangan Arga, pria itu baru selesai mengecek data-data di ponsel Randy sedangkan Stella baru kembali dari pantry setelah menyiapkan kopi untuk bosnya. “Ini....” Arga menyerahkan ponsel pada Stella tepat setelah wanita itu meletakkan kopi di meja. Cepat atau lambat, Stella pasti melihat isi ponsel Ghea dengan Randy, kan? Stella masih berdiri saat mulai memeriksa isi ponsel yang Arga sodorkan padanya. Melalui ponsel Ghea dan Randy yang telah dipulihkan … akhirnya Stella tahu kalau ternyata ada affair di antara mereka. Sungguh, Stella ingin tidak percaya, tapi fakta terlalu nyata untuk disangkal. Dengan tangan yang gemetar, juga kaki yang mulai kehilangan keseimbangan lantaran kesulitan menopang tubuhnya, Arga dengan sigap menahan tubuh Stella. “Hati-hati,” ucap pria itu. “Kamu duduk dulu, ya.” Arga membantu Stella duduk disofa. Setelah itu, Arga pun duduk di sofa yang berseberangan dengan yang Stella duduki. “Apa Pak Arga tahu?” “Maafkan saya, Stella. Maaf karena nggak ngasih tahu kamu sejak awal.” “Pak Arga beneran tahu?” “Lebih tepatnya … saya baru tahu pasca mereka kecelakaan. Sebelumnya, saya nggak tahu sama sekali.” Stella yang masih syok kembali melihat bukti-bukti perselingkuhan suaminya. Sedangkan Arga ... pikiran pria itu malah cenderung memikirkan sesuatu yang tidak tepat untuk dipikirkan sekarang, terlebih dalam situasi begini. Bagaimana tidak, Arga telanjur melihat video perselingkuhan Ghea dengan Randy, bukan video biasa melainkan video dua insan yang sedang berhubungan suami istri. “Stop memikirkan itu, Arga,” batin Arga yang malah semakin membuat omes-nya menjadi-jadi. Arga ingin mengutuk dirinya sendiri, bagaimana bisa ia melihat video itu dari detik pertama hingga selesai? Sekarang ia sedang menerima risikonya yakni miliknya di bawah sana, mulai menunjukkan reaksi normalnya sebagai pria. Bohong kalau hasrat Arga tidak terpancing. Pikiran busuk Arga mulai menjadi-jadi. Bahkan, saat memperhatikan Stella, kini Arga tidak melihat wanita itu sebagai sekretarisnya lagi, melainkan wanita yang mungkin akan membantunya melampiaskan hasrat seorang duda yang selalu ditahannya cukup lama. Sambil menatap Stella, kini Arga mulai membayangkan sekretarisnya itu tanpa busana di bawahnya. Sungguh, bolehkah sekali saja? Arga tahu dirinya tak pernah begini sebelumnya. Bahkan, Stella juga sama sekali bukan sedang menggodanya. Malah Stella sebenarnya sedang dilanda sakit hati setelah mengetahui pengkhianatan suaminya. Namun, mau bagaimana lagi kalau Arga telanjur tak bisa menahan diri? “Stella,” panggil Arga. Stella menoleh pada Arga dengan wajah sedihnya. Arga kemudian berjalan mendekat pada wanita itu. Ia sengaja berdiri tepat di samping Stella, ikut melihat apa yang sedang Stella lihat di layar ponsel. Rupanya Stella sedang menonton video Ghea dan Randy tanpa busana di ranjang, sedang melakukan hubungan selayaknya suami-istri. “Enggak usah diteruskan kalau kamu nggak sanggup melihat bukti-bukti perselingkuhannya.” “Aku nggak menyangka dia se-tega ini, Pak.” “Berdirilah,” pinta Arga. Stella kemudian menurut sehingga kini mereka berdiri berhadapan. Tanpa banyak bicara, Arga menyentuh pipi Stella, menghapus air mata yang mengalir menggunakan ibu jarinya. “Randy memang berengsek,” ucap Arga. “Kalau kamu mau ... saya bisa meminjamkan pelukan untuk kamu.” Alih-alih menjawab, Stella langsung memeluk Arga. Tubuh mereka pun merapat, membuat milik Arga yang masih mengeras sejak tadi jadi semakin uring-uringan meminta untuk dibebaskan. Berusaha menahan diri, tapi upayanya gagal karena saat ini tangannya dengan penuh keberanian meraba rok Stella, pelan-pelan masuk menelusuri ke dalamnya sehingga membuat Stella spontan berusaha melepaskan diri. Namun, tidak semudah itu melepaskan diri dari pria yang telanjur terbakar hasratnya. Stella boro-boro berhasil melepaskan dirinya, malah underwear-nya yang kini telah berhasil diturunkan oleh bosnya. Dari segala kemungkinan yang ada, bukankah apa yang Arga lakukan terhadap Stella sangatlah tidak masuk akal? Bagaimana bisa Arga melakukan ini? Bagaimana mungkin seorang Arga bertindak se-nakal ini pada sekretarisnya? “A-apa yang Pak Arga lakukan?” gugup Stella. “Kamu melihat video intim Randy dengan Ghea, kan? Kalau kamu mau, kita juga bisa melakukannya.” “Ja-jangan, Pak.” “Kamu nggak mau?” tanya Arga. “Tapi bagaimana ini? Saya mau.” “Pak—” Stella tidak melanjutkan ucapannya karena Arga sudah membungkamnya dengan ciuman yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ciuman panas yang tak bisa Stella hindari. Selama beberapa saat Stella berusaha melepaskan diri, tapi Arga sudah menyingkap roknya, memainkan jari-jarinya di sana dan membuat Stella mulai luluh karena hasrat yang sedari tadi ditahannya seakan memberontak. “Ahhh...,” desah Stella spontan. Oh tidak, bagaimana ini? Kenapa tiba-tiba jadi begini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD