bc

Amazed Love

book_age18+
1.4K
FOLLOW
16.8K
READ
revenge
second chance
drama
twisted
sweet
bxg
humorous
first love
spiritual
like
intro-logo
Blurb

(TAMAT)

.

Yasmin Innara Shaliha, gadis yang awal hidupnya datar dan biasa saja. Namun menjelang usia 28 tahun, perjalanan cintanya mulai diuji. Berharap di usianya saat ini mendapat jodoh terbaik dari Tuhan, dan mencoba meniti rumah tangga yang bahagia bersama Dameer, namun harapannya berbanding terbalik. Dia menderita luka fisik dan psikis oleh perlakuan lelaki yang selama ini dia nilai baik.

Ujian tak sampai di situ, perlakuan buruk kedua orang tua Dameer, dan pengkhianatan seorang sahabat membuatnya semakin terpuruk.

Trauma tentu saja ada, tapi kehadiran lelaki lain bernama Dava membawanya bangkit dari kesedihan, membawa warna yang berbeda untuk kehidupannya.

Sehingga saat Yasmin sadar telah jatuh cinta pada Dava, dia berusaha tak hanya sekedar mendapatkan cintanya tapi juga cintaNya.

.

.

(Cover By : Noisa_Art)

chap-preview
Free preview
LELAKI MISTERIUS
Yasmin merapatkan blazernya, sambil menatap lekat-lekat wajahnya di cermin. Usianya kini menginjak dua puluh delapan tahun, usia yang sudah cukup matang untuk berumah tangga. Entah apa yang kurang dalam dirinya, padahal dia dianugerahi paras yang cantik, hidung mancung, mata hazel dengan hiasan bulu mata yang lentik, serta kulit yang putih. Tapi, tak ada satu pun pangeran yang berani mendekatinya. 'Apa karena aku miskin ya?' batinnya. “Udah mau berangkat, Nak?” tanya Lilis, ibunya. Ia memutar kursi roda memasuki kamar Yasmin yang terbuka pintunya. Suara ibu paruh baya itu membuyarkan lamunan. Dia langsung menoleh dan mengangguk. “Tapi sepulang dari kantor, aku mampir ke toko baju dulu ya Ma, mau beli gaun. Rekan kerjaku menikah besok.” Seketika raut wajah Lilis berubah diiringi helaan napas kasar. “Bulan ini, kamu udah tiga kali datang ke nikahan temenmu. Mama pengen, dalam waktu dekat, kamu yang ke pelaminan, Yasmin.” Yasmin mengulas senyum, kemudian berjongkok tepat di depan Lilis. “Iya, Ma. Insyaa Allah sebentar lagi, doakan ya.” “Mama gak pernah putus doain kamu kok sayang. Makanya kamu jangan jutek-jutek, biar cowok gak risih deketin.” “Nggak kok, Ma. Tapi emang, gak ada yang mau sama aku saat ini.” “Nah itu apa?” Lilis menunjuk buket bunga mawar merah di ruang tamu. “Tadi, cowok misterius itu, kirim lagi hadiah buat kamu,” imbuh Lilis. Tempat tinggal yang ditempati mereka berdua bukanlah rumah mewah dan luas, melainkan hanya kontrakan petakan yang sangat sederhana. Sehingga dari kamar Yasmin, bisa terlihat bunga mawar merah yang tergeletak di meja. Yasmin mendengkus kesal. “Huh! Orang itu lagi!” Gadis itu cukup terganggu dengan hadiah-hadiah misterius yang kerap datang tiba-tiba. Kadang bunga, baju, sepatu, tas, cokelat dan barang lainnya. “Cobalah kamu buka hati sama cowok itu Yas.” “Gimana mau buka hati Ma, nama aja cuma singkatan DV doang. Apaan coba! Kalau dia benar-benar serius datang ke kontrakan ini, lamar aku. Ini kan gak jelas.” “Yakin kamu gak kenal sama cowok itu?” Yasmin menggeleng. “Di kantorku gak ada nama aneh macam DV, teman kuliah apa lagi.” Lilis tampak mengerutkan dahi. “Tapi mungkin dia pemalu, Nak. Bisa aja orang baik-baik, tapi merasa minder deketin kamu.” Yasmin tersenyum getir. “Minder? Yang ada aku kali yang minder, Ma. Kita gak punya apa-apa, rumah aja masih ngontrak. Udah ah, jangan urusin orang asing yang gak jelas itu, aku pamit kerja ya. Oya, kalau Mbak Laras udah ke sini, tolong tebus obat Mama di apotek, takutnya aku gak sempet,” ujar Yasmin kemudian, sambil mengulurkan tangan menyalami ibunya. “Iya, sayang. Hati-hati ya.” “He em. Assalamu'alaikum.” “Wa’alaikum salam.” Yasmin berjalan cukup cepat tanpa menoleh sedikit pun pada buket mawar di meja. Sementara Lilis mengehela napas berat, menatap punggung anaknya yang semakin menjauh. 'Mama gak muluk-muluk. Kepengen kamu punya jodoh lelaki yang sholeh, yang bisa bimbing kamu di dunia akhirat, Nak.’ **** Motor matic-nya sampai di pelataran gedung sebuah perusahaan periklanan Abelard Corp. Dia merapikan rok selututnya, dan sigap memencet tombol absen, karena satu menit saja telat, dia dinyatakan terlambat dan harus menyikat toilet sebagai hukuman. Yasmin duduk di meja kerjanya dan mulai menyalakan komputer. Seseorang mencolek bahunya. “Yas! Kamu dicariin pak CEO tuh!” Rupanya Cici, rekan kerjanya yang mencoleknya. “Tumben, biasanya sekretarisnya yang dipanggil. Ada apa ya?” Cici mengendikkan bahu, sambil merapikan jilbab panjangnya. “Mungkin kamu buat kesalahan?” tanya Cici. “Seingatku nggak. Masuk kesiangan pun gak pernah, walau sering nyaris telat sih.” “Itu kali masalahnya. Lagian, kamu tuh jomblo ya belum nikah, kok sering nyaris telat sih.” 'Mulai ....' batinnya mulai bergemuruh. “Macam aku. Pas udah nikah, wajib masakin buat suami, siapin air hangat buat mandinya beserta baju kerja. Jadi, waktuku tersita buat layanin suami, wajar kalau telat. Sementara kamu masih single, mestinya bisa datang lebih awal dong!” ujar Cici. Yasmin merasa heran, kenapa rekannya itu harus sesewot itu, padahal belum jelas atasannya akan menyemprotnya soal masalah itu. Yasmin menghela napas, Cici tak tahu. Bahwa di pun tak kalah sibuk seperti ibu rumah tangga yang lain. Saat perawat ibunya belum datang, dialah yang merawat ibunya yang terkena stroke. Pagi-pagi, sibuk membuat bubur, menyuapi bahkan memandikan. “Hey! Kok melamun?” tanya Cici membuyarkan lamunannya. “Eh, i-iya. Nanti aku bakal usahain datang lebih awal. Ya udah, aku masuk ke ruangan pak Dameer dulu ya.” Cici mengangguk, lalu Yasmin beranjak dari tempat duduknya. Gadis itu melangkah dan berdiri tepat di pintu ruangan atasannya, setelah menghela napas panjang dia mengetuk pintu. “Masuk!” ujar suara dari dalam. Perlahan Yasmin masuk, lalu mengangguk hormat. “Maaf Pak, Anda memanggil saya?” “Duduklah!” ujar lelaki berjas rapi dengan suara bariton yang khas. Yasmin kembali mengangguk dan duduk di kursi tepat di depan meja kerja atasannya itu. Suasana mendadak awkward, ini kali kedua dia masuk ke ruangan Dameer. Sebuah ruangan yang cukup dingin menguarkan aromaterapy beraroma lavender. Tapi bukan persoalan ruangan, melainkan lelaki tampan berkarisma yang membuatnya gugup. Tapi dia segera sadar siapa dirinya yang tak selevel dengan Dameer. Lelaki itu berdehem. Lalu menyodorkan sebuah rekaman CCTV padanya. Kening Yasmin berkerut, tak memahami maksud lelaki bernama Dameer itu. “Apa ini Pak?” tanya Yasmin. “Lihat aja.” Yasmin menyimak dengan seksama. Rekaman itu kebanyakan hanya menyorotnya di setiap sudut. Seketika dia menjadi kikuk dan malu. “Maaf, Pak. Apa saya salah? Kok kamera itu hanya menyorot kegiatan saya dalam bekerja.” Dameer menyunggingkan senyuman. “Memang. Karena tujuan aku memasangnya cuma biar fokus ke kamu aja.” “Untuk apa Pak?” Jantung Yasmin makin tak karuan, dia takut kalau pekerjaannya buruk lalu dipecat, sementara gadis itu sangat membutuhkan pekerjaan, mengingat dia tulang punggung keluarga. “Untuk bisa menatapmu lebih lama," ucap Dameer di sela senyum. “Hah?” Yasmin menatap dengan wajah kaget dan polos. “Aku suka kamu Yasmin.” Deg! Mata Yasmin membulat tak percaya. Bagaimana mungkin, lelaki tampan dan kaya seperti Dameer, menyukai gadis sederhana. “Su-suka? Suka dalam artian apa Pak, apakah terkait pekerjaan saya?” tanya Yasmin berusaha untuk tidak salah memahami. Dameer terkekeh. “Suka orangnya lah, jatuh cinta.” Kali ini, Yasmin menelan saliva dengan susah payah. Kalau saja jantung itu bersuara, pasti sangat berisik. “Aku tipe yang to the point. Maaf kalau mengejutkanmu.” “Oh, ng-nggak Pak. Cuma ... kenapa harus saya, kan banyak cewek cantik yang lebih sepadan dengan Anda.” Lelaki itu tersenyum sambil melipat kedua tangannya. “Hatiku cuma ke kamu, gimana dong?” Pipi Yasmin mendadak bersemu. Seperti mimpi yang jadi kenyataan, dia disukai CEO tampan. “Gimana, kamu mau gak jadi calon istri aku?” “Hah? Calon istri?” Kali ini, Dameer tergelak. “Kamu imut deh kalau lagi bengong atau bingung gitu.” “Oeh, ma-maaf Pak.” Yasmin menggaruk rambutnya. “Aku gak mau pacaran lama-lama. Pengennya lamaran trus nikah, lagian umurku udah tiga puluh tahun. Bukan remaja lagi yang hobi main-main, saatnya menjalin hubungan dengan serius.” Kedua mata itu bertemu, dengan pandangan yang dalam. Entah kenapa Yasmin bisa menatap riak mata Dameer yang penuh keseriusan. “Gimana, kamu mau?” “Saya ....” “Hm, begini aja. Aku kasih kamu waktu untuk berpikir selama tiga hari ini ya. Menerima aku, atau nggak, tapi please jangan jadi beban, misal kamu gak mau bilang aja terus terang, gak apa-apa kok,” ujar Dameer. Yasmin menghela napas lega, seenggaknya dia punya waktu untuk menjawab. “Baik, Pak. Terima kasih.” “Oke. Kamu boleh kembali ke mejamu.” Yasmin mengangguk lalu keluar dari ruangan Dameer.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook