"Sudah siap? Lebih merapat lagi. Satu ... dua ... tiga." Sebuah suara memberikan arahan sebelum suara jepretan foto terdengar.
Seorang wanita berpakaian putih dengan bunga lili bertabur pada bagian ujung dengan tali hitam terkalung di leher kembali memegang kamera DSLR, membidik portrait couple calon mempelai pengantin.
Banyak jepretan yang
Orion ambil sebelum dia mengakhiri sesi pemotretan kali ini. Semakin banyak foto yang diambil, akan didapatkan foto yang sempurna.
"Ya, satu kali lagi untuk pengambilan foto terakhir. Sekarang berdiri berhadapan. Satu tangan dari masing-masing menyentuh bahu pasangan. Jangan lupa smile." Orion kembali memberikan arahan dan membidikkan lensa pada couple di hadapannya.
Kembali terdengar suara jepretan foto beberapa kali hingga sesi pemotretan selesai.
Orion menutup lensa kamera sembari mengusap keringat yang meleleh di pelipis, melepas kamera dari leher lalu membawanya duduk sejenak di sebuah kursi panjang dari kayu yang berada di lokasi foto.
Calon pengantin wanita yang selesai foto kemudian menghampiri Orion. "Permisi, kira-kira foto pre-wednya jadinya kapan?"
"Lusa foto itu sudah jadi. Aku akan kirim soft copy dan hard copy nya nanti padamu."
"Baik,aku tunggu hasil jepretan memukaumu."
Orion mengangguk dengan senyum tipis yang terbit, membuat lesung pipitnya terlihat. Setelah calon mempelai tadi pergi, Orion menyandarkan sejenak punggungnya ke sandaran kursi. Setelah ini dia masih ada jadwal memotret untuk pre-wedding lagi di tempat lain. Ada tiga tempat lain yang harus dia datangi.
Baru lima menit duduk dan belum hilang sasa lelahnya, terdengar suara dering ponsel. Orion tidak tahu siapa yang menelepon. Bisa dibilang ponselnya aktif berdering bila musim pernikahan begini. Banyak yang memberinya job foto pre-wedding. Ramai sekali malah orderannya, sampai terkadang dia lewat tengah malam baru bisa istirahat.
"Halo, Orion. Aku ada job untukmu. Apa kamu bisa membantuku?" Terdengar suara seorang pria bicara dengan suara parau dan juga panik.
Dari nada bicaranya Orion bisa menebak ada kabar negatif. Tapi semoga tebakannya salah dan dia berharap klien yang telepon kali ini mengordernya untuk pesan slot foto pre-wedding.
"Apa ada masalah?" balas Orion.
"Ya, masalah besar gawat sekali! Kamu harus menolongku. Lila sekarang tengah dekat dengan pria lain. Bukan hanya dekat saja, mereka akan melangsungkan pernikahan beberapa waktu ke depan. Besok mereka akan mengadakan foto pre-wedding. Aku mohon tolong aku. Jangan sampai pernikahan itu terjadi. Kamu sudah aku setting yang handle foto pre-weddingnya besok. Mengenai lokasinya, aku akan kirimkan detailnya nanti."
"Ya, aku tunggu info lanjutan darimu." Percakapan berakhir setelahnya.
Namun tak lama setelahnya terdengar notifikasi masuk. Setelah dicek rupanya notifikasi transferan sejumlah nominal sebagai DP transaksi.
Orion Binar Anatari, punya profesi ganda. Selain sebagai wedding fotografer, dia juga punya side job sebagai pelakor bayaran. Tugasnya membantu klien yang menyewanya untuk menghancurkan hubungan seseorang. Dia terkenal di provinsi Bali ini.
Orion tersenyum tipis setelah membaca nominal yang dikirim padanya, jumlahnya lumayan. Tapi bukan itu yang terpenting sekarang. Baginya yang terpenting adalah menyelesaikan tugasnya, semoga tidak berat.
Setelahnya ada pesan masuk dari Alex, pria yang menyewanya untuk menghancurkan hubungan Lila. Pesan itu berupa informasi lokasi pengambilan foto pre-wedding.
Orion membaca sekilas informasi tersebut lalu melanjutkan pekerjaan yang belum selesai, memotret di lokasi lain.
Keesokan harinya.
Setelah sarapan pagi, Orion bergegas untuk berangkat setelah memeriksa perlengkapan yang dibawa ternyata komplit, tidak ada yang tertinggal. Dia bawa semua peralatannya masuk ke bagasi mobil terlebih dulu baru dia duduk di kursi kemudi.
"Sebentar, aku lihat dulu lokasinya." Orion memeriksa alamat yang diberikan oleh Alex kembali untuk menghindari kesalahan.
Alamat untuk foto pre-wedding ada di Bukit Pinggan yang berlokasi di sekitar Denpasar, setengah jam dari tempat Orion berada saat ini.
Orion melaju mobil ke lokasi pemotretan. Dia berangkat pagi sekali hari ini untuk mendapatkan hasil foto yang spektakuler. Bukit Pinggan ramai di atas jam 09.00 pagi dan paling bagus untuk pengambilan foto pada jam di bawah itu karena pengunjung masih sepi. Untuk pengunjung di atas jam 09.00 tidak bisa dijamin seberapa banyak yang datang.
Jalanan yang Orion lewati terlihat lenggang dan sepi jadi lebih mudah baginya untuk tiba di lokasi lebih cepat dari jam seharusnya.
Terlihat seorang wanita duduk menunggu tepat di balik pintu masuk bukit. Wanita itu beranjak dari duduknya dengan senyum terkembang melihat kedatangan Orion.
"Aku suka bila kamu yang memotret," ujar Lila dengan senyum berseri tanpa ada rasa curiga sedikit pun dengan kedatangan Orion yang datang kemari bukan hanya untuk memotretnya, tapi ada niat lain.
"Ya, setelah ini aku masih ada jadwal memotret lagi. Kita bisa mulai ambil foto sekarang. Dimana calon mempelai pria nya?" Orion tidak melihat pasangan Lila di sana.
Lila berbalik. Di belakangnya kosong tak ada seorang pun. "Tadi dia di sini. Kemana dia pergi? Apa mungkin dia saat ini ada di toilet? Mungkin dia agak gugup dan merapikan penampilannya di sana."
"Oke, kita tunggu saja. Bila begitu aku permisi ke toilet sebentar sembari menunggu calon mempelai prianya datang." Orion tiba-tiba saja ingin buang air kecil. Mungkin karena suhu di sekitar sini yang dingin.
Lila mengangguk memberikan izin. Orion kemudian menuju ke toilet umum yang ada di sisi barat setelah pintu masuk.
Toilet wanita dan lelaki di sana berhadapan. Ketika Orion tiba di toilet wanita, seorang pria keluar dari toilet pria. Pria itu familier sekali bagi Orion.
"Aries? Kenapa kamu ada di sini?" pekik Orion melihat pria berpostur tinggi berdiri menjulang di hadapannya.
Aries adalah sepupu Orion. Sudah beberapa waktu ini mereka berdua jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Biasanya mereka sering keluar bila di waktu senggang.
"Orion? Kenapa kamu di sini?" Aries balik bertanya dan terkejut melihat sepupu yang berusia 6 tahun lebih muda darinya ini juga ada di sini.
"Tentu untuk memotret pasangan. Kamu sendiri kenapa mengenakan setelan jas seperti itu di sini?" Orion masih penasaran, kenapa sepupunya ini mengenakan pakaian rapi yang hampir mirip seorang pengantin? Tapi dia tidak punya pikiran negatif sama sekali.
"Aku? Aku ke sini untuk melakukan pemotretan pre-wedding."
Hana membuka mulutnya lebar dalam syok. Ini benar-benar membuatnya terkejut dan syok. Lagi, ini tidak masuk akal! Bagaimana bisa calon mempelai prianya adalah Aries? Kenapa dia tidak tahu sama sekali tentang rencana pernikahan sepupunya ini? Ini buruk! Buruk sekali!
"Aries, kamu nggak bercanda, 'kan?" Orion mencoba untuk tidak memercayai apa yang dia dengar.
"Kamu nggak salah dengar. Dan aku juga terkejut fotografernya rupanya kamu." Aries terlihat tenang kembali setelah sebelumnya terkejut.
Tubuh Orion terlihat gemetar. Sungguh, dia tidak rela setelah tahu calon mempelai prianya adalah Aries. Mungkin bila itu pria lain, dia tidak akan sepeduli ini, meski ada alasan lagi lebih kuat dari ini.
"Batalkan. Jangan kamu lanjutkan. Kamu tidak boleh menikah dengan Lila."