Bab 72 Taring Serigala

1140 Words

Hujan baru saja berhenti di Jakarta. Sisa-sisa air masih menetes dari daun pohon flamboyan di halaman rumah sakit swasta itu. Malam terasa sunyi, terlalu sunyi untuk hati Celestine yang riuh oleh rasa sakit. Ia membuka mata perlahan. Pandangannya buram, bercampur bau obat-obatan dan desis mesin monitor jantung. Lengan kirinya dibalut perban, rasa nyeri menjalar setiap kali ia mencoba bergerak. Satu-satunya hal yang ia ingat adalah suara ledakan… dan Aidan. “Aidan…” Namanya lolos dari bibir Celestine dengan lirih, seperti doa yang tak pernah terjawab. Aidan tak ada di sana. Bahkan bayangannya pun tak tersisa. Bram lah yang berada di kursi, wajahnya pucat, tubuhnya penuh perban. Begitu melihat Celestine sadar, matanya langsung berbinar—meski ada luka yang tak bisa ia sembunyikan. “Cel…

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD